Filipi 2:17: Pengorbanan dan Sukacita dalam Pelayanan

Pendahuluan
Filipi 2:17 adalah ayat yang menunjukkan pengorbanan Paulus dalam pelayanan Injil dan sukacita yang ia miliki di tengah penderitaan. Paulus menggunakan gambaran korban persembahan untuk menggambarkan bagaimana ia rela memberikan seluruh hidupnya bagi jemaat dan pekerjaan Tuhan.
Ayat ini berbunyi:
"Sekalipun aku harus dicurahkan seperti cawan persembahan di atas kurban dan pelayanan imanmu, aku bergembira dan bersukacita dengan kamu semua." (Filipi 2:17, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam Filipi 2:17 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan melihat bagaimana pengorbanan dalam pelayanan adalah bagian dari panggilan Kristen, bagaimana sukacita sejati ditemukan dalam ketaatan kepada Tuhan, dan bagaimana kita dapat mengaplikasikan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari.
1. Konteks Filipi 2:17 dalam Surat Filipi
Surat Filipi adalah salah satu surat Paulus yang penuh dengan tema sukacita dalam penderitaan. Paulus menulis surat ini saat ia berada di dalam penjara, tetapi ia tetap bersukacita karena Injil terus tersebar.
Beberapa poin penting dalam konteks Filipi 2:17:
- Paulus menasihati jemaat Filipi untuk memiliki kerendahan hati seperti Kristus (Filipi 2:5-11).
- Paulus mendorong mereka untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, karena Allah yang bekerja di dalam mereka (Filipi 2:12-13).
- Ia meminta mereka untuk hidup tanpa bersungut-sungut dan menjadi terang di dunia (Filipi 2:14-16).
- Filipi 2:17 menegaskan bahwa pengorbanan dalam pelayanan bukanlah sesuatu yang sia-sia, tetapi membawa sukacita.
Filipi 2:17 menunjukkan hati seorang pelayan Tuhan yang rela menyerahkan hidupnya demi Injil dan bagaimana ia menemukan sukacita di dalamnya.
2. Eksposisi Filipi 2:17
a) "Sekalipun aku harus dicurahkan seperti cawan persembahan..."
Paulus menggunakan gambaran korban persembahan untuk menggambarkan pengorbanannya dalam pelayanan Injil.
Menurut John Calvin, frasa ini merujuk pada praktek persembahan dalam Perjanjian Lama, di mana cawan persembahan (drink offering) dituangkan di atas kurban utama sebagai lambang penyerahan total kepada Allah (Bilangan 28:7). Calvin menulis:
"Paulus tidak melihat penderitaannya sebagai kehilangan, tetapi sebagai suatu kehormatan untuk menjadi bagian dari pekerjaan Allah."
John Owen menekankan bahwa Paulus melihat dirinya sebagai bagian dari korban yang lebih besar, yaitu pelayanan jemaat Filipi. Pengorbanannya bukanlah sesuatu yang sia-sia, tetapi bagian dari rencana Tuhan untuk kemajuan Injil.
Menurut R.C. Sproul, bagian ini menunjukkan bahwa pelayanan sejati menuntut pengorbanan, dan Paulus tidak hanya siap menderita, tetapi juga siap menyerahkan nyawanya bagi Injil.
b) "...di atas kurban dan pelayanan imanmu..."
Bagian ini menunjukkan bahwa pelayanan Paulus adalah untuk mendukung iman jemaat Filipi, seperti seorang imam yang mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Menurut John Calvin, kurban di sini mengacu pada iman jemaat Filipi yang diwujudkan dalam kehidupan mereka. Paulus melihat pelayanan jemaat Filipi sebagai sesuatu yang bernilai di hadapan Tuhan, dan ia merasa terhormat bisa berkontribusi di dalamnya.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa pelayanan yang sejati selalu melibatkan iman. Orang percaya dipanggil untuk bukan hanya menerima Injil, tetapi juga hidup dalam pelayanan yang menunjukkan iman mereka kepada dunia.
Menurut John Owen, bagian ini mengajarkan bahwa iman sejati harus diiringi dengan tindakan nyata, yaitu pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
c) "...aku bergembira dan bersukacita dengan kamu semua."
Bagian ini menunjukkan bahwa Paulus tidak melihat penderitaannya sebagai beban, tetapi sebagai sumber sukacita.
Menurut John Calvin, sukacita Paulus bukan berasal dari keadaan yang nyaman, tetapi dari kenyataan bahwa Injil terus diberitakan dan jemaat bertumbuh dalam iman.
R.C. Sproul menegaskan bahwa sukacita sejati tidak bergantung pada situasi duniawi, tetapi pada ketaatan kepada Tuhan. Paulus mengajarkan bahwa penderitaan demi Injil justru membawa sukacita yang lebih besar daripada kenyamanan duniawi.
Menurut Martyn Lloyd-Jones, orang yang hidup untuk diri sendiri tidak akan pernah menemukan sukacita sejati. Sukacita sejati hanya ditemukan dalam hidup yang dipersembahkan bagi Kristus.
3. Teologi Reformed tentang Pengorbanan dan Sukacita dalam Pelayanan
a) Pelayanan Kristen Menuntut Pengorbanan
Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa pengorbanan dalam pelayanan adalah bagian dari panggilan orang percaya.
Menurut John Calvin, Kristus adalah teladan utama dalam pengorbanan, dan orang percaya dipanggil untuk meneladani sikap Kristus dalam hidup mereka.
John Owen menegaskan bahwa pelayanan yang sejati bukanlah tentang mencari keuntungan pribadi, tetapi tentang menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.
b) Sukacita Sejati Ditemukan dalam Melayani Tuhan
Menurut R.C. Sproul, banyak orang berpikir bahwa sukacita berasal dari kehidupan yang bebas dari masalah, tetapi Alkitab mengajarkan bahwa sukacita sejati ditemukan dalam pelayanan yang setia kepada Tuhan.
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa orang yang hidup untuk dirinya sendiri akan selalu kekurangan sukacita, tetapi mereka yang hidup untuk Kristus akan mengalami sukacita yang sejati.
c) Penderitaan demi Injil adalah Bagian dari Rencana Allah
Menurut John Calvin, tidak ada penderitaan yang sia-sia dalam rencana Allah. Setiap pengorbanan yang dilakukan bagi Injil memiliki tujuan dalam rencana kekal Tuhan.
John Owen menegaskan bahwa kesulitan dalam pelayanan bukanlah tanda bahwa Tuhan telah meninggalkan kita, tetapi tanda bahwa kita sedang berjalan di jalan yang benar.
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Siap Berkorban demi Injil
Sebagai orang percaya, kita harus siap memberikan waktu, tenaga, dan bahkan kenyamanan kita demi pekerjaan Tuhan.
Menurut John Calvin, setiap orang percaya dipanggil untuk melayani Tuhan dengan segenap hati, tanpa mencari keuntungan pribadi.
b) Menemukan Sukacita dalam Pelayanan
Menurut R.C. Sproul, pelayanan bukanlah beban, tetapi kesempatan untuk mengalami sukacita yang sejati.
Kita harus belajar melihat pelayanan sebagai anugerah, bukan kewajiban yang membebani.
c) Tetap Setia dalam Penderitaan
Menurut Martyn Lloyd-Jones, pelayanan Kristen tidak selalu mudah, tetapi kita harus tetap setia karena Tuhan yang memanggil kita adalah setia.
Sebagai orang percaya, kita harus bersandar pada kasih karunia Tuhan dan terus maju dalam pelayanan meskipun menghadapi tantangan.
Kesimpulan
Filipi 2:17 menegaskan bahwa pengorbanan dalam pelayanan adalah bagian dari panggilan Kristen, dan di dalamnya terdapat sukacita sejati.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Pelayanan sejati menuntut pengorbanan, seperti Kristus yang telah memberikan diri-Nya bagi kita.
- Sukacita sejati tidak ditemukan dalam kenyamanan duniawi, tetapi dalam ketaatan kepada Tuhan.
- Penderitaan dalam pelayanan bukanlah tanda kegagalan, tetapi tanda bahwa kita sedang berjalan dalam rencana Tuhan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam pengorbanan bagi Injil, menemukan sukacita dalam melayani, dan tetap setia dalam segala keadaan.