Galatia 3:19-20: Fungsi Hukum Taurat dalam Rencana Keselamatan
.jpg)
Pendahuluan
Galatia 3:19-20 membahas fungsi dan tujuan Hukum Taurat dalam rencana keselamatan Allah. Rasul Paulus menuliskan ayat ini dalam konteks perselisihan antara hukum dan iman, di mana banyak orang Yahudi percaya bahwa hukum masih memiliki peran dalam memperoleh keselamatan. Namun, Paulus menegaskan bahwa keselamatan hanya datang melalui iman kepada Yesus Kristus dan bukan melalui pemenuhan Hukum Taurat.
Ayat ini berbunyi:
“Jadi, mengapa ada Hukum Taurat? Hukum Taurat diberikan karena pelanggaran-pelanggaran, sampai keturunan itu datang sebagaimana maksud perjanjian itu dibuat. Hukum Taurat diberlakukan melalui para malaikat dengan perantara. Namun, perantara tidak untuk mewakili satu orang, padahal Allah adalah satu.” (Galatia 3:19-20, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna mendalam Galatia 3:19-20 dalam perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para pakar seperti John Calvin, John Owen, R.C. Sproul, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita juga akan melihat bagaimana ayat ini menjelaskan peran Hukum Taurat, perantara dalam hukum, dan bagaimana hukum itu berbeda dari janji keselamatan dalam Kristus.
1. Konteks Galatia 3:19-20 dalam Surat Galatia
Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus untuk menegur jemaat Galatia yang mulai terpengaruh oleh ajaran sesat yang menggabungkan hukum Taurat dengan Injil. Para pengajar sesat ini, yang dikenal sebagai kaum Yudaisme, mengajarkan bahwa iman kepada Kristus saja tidak cukup, tetapi orang percaya juga harus menaati hukum Taurat untuk memperoleh keselamatan.
Beberapa poin penting dalam konteks Galatia 3:19-20:
- Keselamatan hanya melalui iman kepada Kristus, bukan melalui hukum Taurat (Galatia 3:1-9).
- Hukum Taurat membawa kutukan karena tidak ada yang dapat menaati hukum itu dengan sempurna (Galatia 3:10-14).
- Janji Allah kepada Abraham lebih tinggi daripada hukum, karena diberikan berdasarkan iman, bukan perbuatan (Galatia 3:15-18).
- Hukum diberikan untuk mengungkapkan dosa, tetapi tidak pernah dimaksudkan sebagai jalan keselamatan (Galatia 3:19-20).
Ayat ini menunjukkan bahwa Taurat memiliki peran sementara, yang berakhir ketika Kristus datang untuk menggenapi janji Allah kepada Abraham.
2. Eksposisi Galatia 3:19-20
a) "Jadi, mengapa ada Hukum Taurat?"
Pertanyaan ini diajukan oleh Paulus untuk menjelaskan mengapa Allah memberikan hukum Taurat kepada bangsa Israel jika keselamatan hanya melalui iman.
Menurut John Calvin, Hukum Taurat bukanlah sarana keselamatan, tetapi alat untuk menunjukkan dosa manusia. Ia menulis:
"Taurat bukan diberikan untuk menghasilkan kebenaran, tetapi untuk menyingkapkan dosa dan membuat manusia melihat kebutuhannya akan anugerah Kristus."
John Owen menambahkan bahwa Taurat memiliki fungsi pedagogis, yaitu sebagai pendidik yang membawa kita kepada Kristus. Taurat menunjukkan betapa berdosanya manusia dan betapa mustahilnya mencapai standar Allah tanpa anugerah-Nya.
b) "Hukum Taurat diberikan karena pelanggaran-pelanggaran..."
Bagian ini menegaskan bahwa hukum Taurat diberikan untuk mengungkapkan dan mengekang dosa.
R.C. Sproul menjelaskan bahwa fungsi Taurat adalah mendefinisikan apa itu dosa, sehingga manusia tidak memiliki alasan untuk mengklaim ketidaktahuan.
Menurut Martyn Lloyd-Jones, Hukum Taurat juga diberikan untuk:
- Menunjukkan standar kekudusan Allah – Hukum Taurat adalah cerminan karakter Allah yang sempurna.
- Mengungkapkan ketidakmampuan manusia – Tidak ada manusia yang bisa menaati hukum dengan sempurna, sehingga mereka menyadari kebutuhan akan Juruselamat.
- Membatasi dosa – Dengan adanya hukum, manusia sadar bahwa ada konsekuensi bagi dosa.
c) "...sampai keturunan itu datang sebagaimana maksud perjanjian itu dibuat."
Bagian ini menunjukkan bahwa Hukum Taurat memiliki peran sementara, yang berakhir ketika Kristus datang.
Menurut John Calvin, frasa "keturunan itu" merujuk kepada Yesus Kristus, yang adalah penggenapan dari janji Allah kepada Abraham (Kejadian 22:18).
John Owen menambahkan bahwa hukum Taurat adalah bayangan yang menunjuk kepada Kristus. Ketika Kristus datang, hukum itu tidak lagi menjadi jalan bagi umat Allah, karena Kristus telah menggenapi hukum Taurat secara sempurna.
d) "Hukum Taurat diberlakukan melalui para malaikat dengan perantara."
Bagian ini menunjukkan bahwa hukum Taurat tidak diberikan secara langsung oleh Allah kepada manusia, tetapi melalui perantaraan malaikat dan Musa.
Menurut R.C. Sproul, ini menekankan bahwa hukum Taurat memiliki posisi lebih rendah daripada janji keselamatan dalam Kristus, karena diberikan melalui perantara, sementara janji kepada Abraham diberikan langsung oleh Allah.
John Calvin menegaskan bahwa Taurat memang berasal dari Allah, tetapi fakta bahwa itu diberikan melalui perantara menunjukkan bahwa Taurat bukanlah tujuan akhir dari rencana keselamatan Allah.
e) "Namun, perantara tidak untuk mewakili satu orang, padahal Allah adalah satu."
Bagian ini menyoroti perbedaan antara hukum Taurat dan janji Allah kepada Abraham.
Menurut John Owen, perantara diperlukan ketika ada lebih dari satu pihak yang terlibat, tetapi janji kepada Abraham diberikan langsung oleh Allah tanpa perlu perantara. Ini menunjukkan bahwa keselamatan dalam Kristus lebih tinggi daripada hukum Taurat.
R.C. Sproul menambahkan bahwa karena Allah adalah satu, keselamatan juga datang melalui satu Pribadi, yaitu Yesus Kristus. Janji Allah tidak membutuhkan perantara manusia, tetapi digenapi dalam Yesus sebagai pengantara yang sempurna.
3. Teologi Reformed tentang Hukum Taurat dan Injil
a) Tiga Fungsi Hukum Taurat
Dalam teologi Reformed, Hukum Taurat memiliki tiga fungsi utama:
- Cermin – Menunjukkan standar Allah dan dosa manusia.
- Pembatas – Menahan kejahatan di dunia dengan memberikan konsekuensi bagi dosa.
- Pedagogis – Membimbing manusia kepada Kristus.
Menurut John Calvin, hukum Taurat tidak bertentangan dengan Injil, tetapi menunjuk kepada kebutuhan manusia akan Injil.
b) Hukum Tidak Menyelamatkan, tetapi Anugerah Kristus
R.C. Sproul menegaskan bahwa hukum Taurat tidak diberikan untuk menyelamatkan manusia, tetapi untuk menunjukkan betapa perlunya kita akan kasih karunia.
Menurut Martyn Lloyd-Jones, banyak orang masih terjebak dalam pemikiran bahwa mereka bisa mendapatkan keselamatan melalui perbuatan baik, tetapi Injil menegaskan bahwa keselamatan hanya melalui iman kepada Kristus.
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Jangan Bergantung pada Hukum untuk Keselamatan
Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa keselamatan tidak datang dari menaati hukum, tetapi dari iman kepada Kristus.
John Calvin menekankan bahwa kehidupan Kristen bukan tentang usaha manusia, tetapi tentang percaya dan bersandar kepada kasih karunia Allah.
b) Gunakan Taurat sebagai Cermin untuk Mengenali Dosa
Meskipun kita tidak diselamatkan oleh hukum Taurat, kita tetap perlu menggunakan hukum sebagai pedoman hidup yang kudus.
R.C. Sproul menegaskan bahwa Taurat bukan musuh orang percaya, tetapi alat yang membantu kita mengenali dosa dan tetap hidup dalam kekudusan.
Kesimpulan
Galatia 3:19-20 menegaskan bahwa hukum Taurat diberikan untuk menunjukkan dosa, tetapi tidak pernah dimaksudkan sebagai jalan keselamatan.
Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Hukum Taurat berfungsi untuk mengungkapkan dosa dan menunjuk kepada Kristus.
- Taurat bersifat sementara dan berakhir ketika Kristus datang untuk menggenapinya.
- Keselamatan hanya datang melalui janji Allah dalam Kristus, bukan melalui perbuatan manusia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman kepada Kristus, bukan dalam ketergantungan pada hukum Taurat.