Habakuk 1:12: Kepercayaan kepada Allah dalam Penghakiman

Habakuk 1:12: Kepercayaan kepada Allah dalam Penghakiman

Pendahuluan

Habakuk 1:12 adalah bagian dari dialog antara nabi Habakuk dan Allah, di mana Habakuk bergumul dengan keadilan Allah dalam menggunakan bangsa Kasdim (Babel) sebagai alat penghakiman atas Israel. Dalam ayat ini, Habakuk meneguhkan kembali karakter Allah sebagai Yang Mahakudus dan Gunung Batu, tetapi juga mempertanyakan bagaimana Tuhan bisa membiarkan bangsa yang lebih jahat menghukum umat-Nya sendiri.

Ayat ini berbunyi:

"Bukankah Engkau ada sejak zaman dahulu, ya TUHAN, Allahku, Yang Mahakudus? Kami tidak akan mati. Ya TUHAN, Engkau telah menunjuk mereka untuk penghakiman, ya Gunung Batu, Engkau telah menetapkan mereka untuk menghukum." (Habakuk 1:12, AYT)

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini dalam perspektif teologi Reformed, memahami konteks historisnya, serta bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan Kristen masa kini.

I. Konteks Historis dan Latar Belakang Kitab Habakuk

Kitab Habakuk ditulis oleh Nabi Habakuk, kemungkinan pada akhir abad ke-7 SM, menjelang kejatuhan Yehuda ke tangan Babel pada tahun 586 SM.

Situasi pada Zaman Habakuk

  • Bangsa Yehuda telah meninggalkan hukum Allah dan hidup dalam ketidakadilan moral dan sosial.
  • Habakuk mengeluh kepada Allah karena melihat kejahatan yang merajalela di antara umat Allah (Habakuk 1:1-4).
  • Allah menjawab bahwa Ia akan menggunakan Babel untuk menghukum Yehuda (Habakuk 1:5-11).
  • Namun, Habakuk mengalami pergumulan batin: Bagaimana mungkin Allah yang kudus menggunakan bangsa yang lebih jahat untuk menghukum umat-Nya?

Dalam ayat 12, Habakuk meneguhkan imannya kepada Allah, meskipun ia tidak sepenuhnya memahami rencana-Nya.

II. Eksposisi Habakuk 1:12 dalam Perspektif Teologi Reformed

1. "Bukankah Engkau ada sejak zaman dahulu, ya TUHAN, Allahku, Yang Mahakudus?"

Habakuk memulai dengan menegaskan atribut kekekalan dan kekudusan Allah.

John Calvin dalam Commentary on Habakkuk menulis:

"Ketika iman diuji oleh keadaan yang sulit, kita harus kembali kepada karakter Allah yang tidak berubah sebagai dasar kepercayaan kita."

Dalam perspektif Reformed:

  • Allah adalah kekal dan berdaulat atas sejarah (Mazmur 90:2).
  • Kekudusan Allah memastikan bahwa segala keputusan-Nya adalah benar (Yesaya 6:3).

Habakuk tidak meragukan keberadaan Allah, tetapi ia bergumul dengan cara Allah bertindak dalam sejarah.

2. "Kami tidak akan mati."

Habakuk menunjukkan keyakinan bahwa umat Allah tidak akan sepenuhnya binasa, meskipun mereka akan dihukum.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa:

"Pemeliharaan Allah memastikan bahwa umat pilihan-Nya tidak akan pernah dihancurkan sepenuhnya, tetapi akan tetap bertahan melalui penghakiman."

Ini berhubungan dengan doktrin pemeliharaan orang kudus (Perseverance of the Saints):

  • Allah mendisiplinkan umat-Nya, tetapi tidak akan meninggalkan mereka sepenuhnya (Ibrani 12:6).
  • Ada sisa umat yang akan tetap setia dan bertahan dalam anugerah Allah (Roma 11:5).

3. "Ya TUHAN, Engkau telah menunjuk mereka untuk penghakiman."

Habakuk mengakui bahwa Allah yang berdaulat telah menetapkan Babel sebagai alat penghakiman bagi Yehuda.

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa:

"Allah sering menggunakan bangsa yang tidak percaya untuk menggenapi rencana-Nya, meskipun mereka sendiri akan dihakimi pada akhirnya."

Dalam perspektif Reformed, ini menunjukkan doktrin kedaulatan Allah:

  • Allah memakai bahkan kejahatan manusia untuk menggenapi rencana-Nya (Kejadian 50:20).
  • Tidak ada yang terjadi di luar kendali Allah, termasuk penghakiman terhadap bangsa-Nya sendiri (Yesaya 46:10).

4. "Ya Gunung Batu, Engkau telah menetapkan mereka untuk menghukum."

Habakuk menggunakan nama "Gunung Batu" (Ibrani: Tzur) untuk menunjukkan kestabilan dan keteguhan karakter Allah.

John MacArthur dalam komentarnya menulis:

"Meskipun Allah tampaknya bertindak dengan cara yang sulit dipahami, Dia tetap menjadi Gunung Batu, tempat perlindungan bagi umat-Nya."

Dari perspektif Reformed:

  • Allah adalah tempat perlindungan yang kokoh bagi umat-Nya dalam masa kesulitan (Mazmur 18:2).
  • Hukuman yang Allah tetapkan bukanlah tanda bahwa Dia telah meninggalkan umat-Nya, tetapi adalah bagian dari disiplin-Nya untuk membawa mereka kembali kepada-Nya (Yeremia 29:11).

III. Makna Teologis Habakuk 1:12 dalam Teologi Reformed

1. Allah Berdaulat atas Penghakiman dan Pemulihan

Allah tidak hanya berkuasa dalam memberikan berkat, tetapi juga dalam mendisiplinkan umat-Nya.

A.W. Pink dalam The Sovereignty of God menulis:

"Jika kita hanya menerima anugerah Allah tetapi menolak disiplin-Nya, maka kita belum memahami sepenuhnya siapa Dia."

2. Kejahatan Tidak Pernah Keluar dari Kendali Allah

Allah bahkan dapat menggunakan bangsa yang jahat untuk menggenapi tujuan-Nya.

Roma 8:28 berkata:

"Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia."

3. Allah Tidak Pernah Meninggalkan Umat-Nya

Meskipun Yehuda dihukum, janji pemeliharaan Allah tetap berlaku.

Yesaya 41:10 berkata:

"Janganlah takut, sebab Aku menyertaimu."

IV. Penerapan Habakuk 1:12 dalam Kehidupan Kristen

1. Percaya pada Kedaulatan Allah dalam Situasi Sulit

Habakuk menunjukkan bahwa iman kepada Allah harus tetap teguh, bahkan ketika kita tidak memahami jalan-Nya.

Amsal 3:5 berkata:

"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri."

2. Menghadapi Penderitaan dengan Iman

Ketika menghadapi pencobaan atau kesulitan, kita harus percaya bahwa Allah sedang bekerja untuk tujuan-Nya yang lebih besar.

Ibrani 12:11 berkata:

"Memang tiap-tiap ganjaran pada saat diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Namun, kemudian ia menghasilkan buah kebenaran bagi mereka yang dilatih olehnya."

3. Menemukan Penghiburan dalam Karakter Allah

Seperti Habakuk, kita harus mengandalkan karakter Allah sebagai "Gunung Batu" dalam hidup kita.

Mazmur 62:2 berkata:

"Hanya Dialah Gunung Batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah."

Kesimpulan

Habakuk 1:12 mengajarkan bahwa:

  1. Allah adalah Tuhan yang kekal dan berdaulat atas sejarah.
  2. Penghakiman terhadap umat Allah adalah bagian dari disiplin-Nya, bukan tanda bahwa Dia meninggalkan mereka.
  3. Bahkan dalam kesulitan, kita harus percaya bahwa Allah tetap menjadi Gunung Batu, tempat perlindungan yang kokoh.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman, percaya bahwa Allah selalu bekerja dalam setiap situasi, bahkan dalam masa yang paling sulit sekalipun.

"Kiranya kita tetap percaya bahwa Tuhan adalah Gunung Batu kita, yang memegang kendali atas segala sesuatu."

Next Post Previous Post