Habakuk 3:1-19: Doa Habakuk dan Iman di Tengah Penderitaan
Pendahuluan
Kitab Habakuk adalah salah satu kitab nabi kecil yang berisi dialog antara Habakuk dan Tuhan, di mana nabi ini berjuang untuk memahami keadilan Allah dalam menghadapi kejahatan. Dalam pasal 3, Habakuk berdoa dengan penuh ketakjuban, ketakutan, dan akhirnya keyakinan penuh kepada Tuhan.
Habakuk 3:1-19 adalah doa atau mazmur yang menggambarkan kebesaran Allah, penghakiman-Nya, dan pengharapan umat-Nya di tengah penderitaan.
Habakuk 3:18-19
"Namun, aku akan bersukacita dalam TUHAN, bergembira dalam Allah keselamatanku. TUHAN Allah adalah kekuatanku, dan Dia membuat kakiku seperti rusa, Dia membuatku berjalan pada tempat-tempat tinggi."
Bagian ini menunjukkan transformasi iman Habakuk, dari keputusasaan menjadi kepercayaan penuh kepada Tuhan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi Habakuk 3:1-19 berdasarkan perspektif teologi Reformed, serta bagaimana kebenaran ini dapat diterapkan dalam kehidupan orang percaya.
1. Konteks Historis dan Teologis Habakuk 3:1-19
Kitab Habakuk ditulis sekitar abad ke-7 SM, saat kerajaan Yehuda sedang mengalami kemerosotan moral dan spiritual. Habakuk mengeluhkan kejahatan di Yehuda, tetapi Tuhan menjawab bahwa Ia akan memakai Babel untuk menghukum bangsa itu.
John Calvin dalam Commentary on Habakkuk menekankan bahwa Habakuk 3 adalah respons iman terhadap jawaban Tuhan.
"Ketika seseorang benar-benar mengenal Tuhan, ia akan tetap bersukacita dalam Tuhan, bahkan di tengah penderitaan." — John Calvin
Pasal ini adalah mazmur doa, yang menunjukkan penerimaan Habakuk terhadap rencana Allah dan kepercayaannya pada kedaulatan Tuhan.
2. Eksposisi Ayat-Ayat Utama dalam Habakuk 3:1-19
a. Doa Habakuk: Takut Akan Tuhan dan Permohonan Belas Kasihan (Ayat 1-2)
"TUHAN, aku telah mendengar kabar tentang Engkau, dan Engkau kutakuti, ya TUHAN! Hidupkanlah perbuatan-Mu dalam pertengahan tahun, nyatakanlah itu dalam lintasan tahun, di dalam murka, ingatlah belas kasihan!" (Habakuk 3:2)
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa iman sejati selalu melibatkan rasa takut yang kudus terhadap Tuhan.
"Orang yang mengenal Tuhan dengan benar akan memiliki ketakutan yang kudus, tetapi juga pengharapan dalam kasih karunia-Nya." — Herman Bavinck
Habakuk meminta Tuhan untuk mengingat belas kasihan-Nya di tengah penghakiman, menunjukkan pemahaman bahwa Allah tidak hanya adil, tetapi juga penuh kasih.
b. Kemuliaan dan Kuasa Allah atas Alam Semesta (Ayat 3-15)
Habakuk menggambarkan kebesaran Tuhan dengan gambaran alam yang dramatis:
- "Allah datang dari negeri Teman dan Yang Mahakudus dari gunung Paran." (ayat 3)
- "Gunung-gunung melihat Engkau dan menjadi gemetar." (ayat 10)
- "Matahari dan bulan berhenti di tempatnya berdiam." (ayat 11)
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menegaskan bahwa kehadiran Tuhan yang nyata selalu membawa ketakutan dan kekaguman yang mendalam bagi umat-Nya.
"Ketika seseorang benar-benar memahami kemuliaan Tuhan, ia tidak bisa tidak kagum dan berserah kepada-Nya." — Jonathan Edwards
Bagian ini menunjukkan bahwa Tuhan berkuasa atas alam semesta, dan bahwa penghakiman-Nya adalah bagian dari rencana keselamatan-Nya.
c. Respons Habakuk: Gemetar, tetapi Tetap Percaya (Ayat 16)
"Ketika aku mendengarnya, hatiku gemetar, bibirku bergetar mendengar bunyinya. Kebusukan memasuki tulang-tulangku, di tempatku berdiri aku gemetar." (Habakuk 3:16)
John MacArthur dalam The MacArthur Bible Commentary menjelaskan bahwa iman sejati tidak meniadakan ketakutan, tetapi membawa kita kepada kepercayaan penuh kepada Tuhan.
"Orang percaya mungkin gemetar di hadapan Tuhan, tetapi mereka juga tahu bahwa dalam Dia ada kekuatan dan pengharapan." — John MacArthur
Habakuk mengalami ketakutan yang mendalam, tetapi tetap memilih untuk percaya kepada Tuhan.
d. Keyakinan Iman: Bersukacita dalam Tuhan di Tengah Penderitaan (Ayat 17-18)
"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, atau pohon anggur tidak berbuah... Namun, aku akan bersukacita dalam TUHAN, bergembira dalam Allah keselamatanku." (Habakuk 3:17-18)
Paulus dalam Filipi 4:4 juga berkata, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!"
Timothy Keller dalam Walking with God through Pain and Suffering menegaskan bahwa sukacita Kristen bukan berdasarkan keadaan, tetapi pada pengenalan akan Allah yang setia.
"Orang Kristen sejati bisa tetap bersukacita, bukan karena keadaan, tetapi karena mereka tahu bahwa Tuhan tetap berdaulat." — Timothy Keller
e. Tuhan sebagai Kekuatan dan Sumber Harapan (Ayat 19)
"TUHAN Allah adalah kekuatanku, dan Dia membuat kakiku seperti rusa, Dia membuatku berjalan pada tempat-tempat tinggi." (Habakuk 3:19)
Charles Spurgeon dalam Morning and Evening menegaskan bahwa iman sejati memberikan kekuatan untuk berjalan di tempat-tempat tinggi, yaitu hidup dalam kemenangan di tengah penderitaan.
"Jika Tuhan adalah kekuatan kita, maka tidak ada keadaan apa pun yang bisa menghancurkan kita." — Charles Spurgeon
Habakuk menunjukkan kepercayaan penuh bahwa Tuhan akan menopangnya di tengah kesulitan.
3. Penerapan Habakuk 3:1-19 dalam Kehidupan Kristen
a. Berserah kepada Tuhan dalam Segala Situasi
Paulus berkata dalam Roma 8:28 bahwa segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah.
John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa kepercayaan kepada Tuhan harus lebih besar daripada ketakutan terhadap keadaan.
"Tuhan paling dimuliakan dalam kita ketika kita paling bersukacita dalam Dia, bahkan di tengah penderitaan." — John Piper
b. Bersukacita dalam Tuhan, Bukan dalam Keadaan Dunia
Efesus 5:20 berkata:
"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu kepada Allah Bapa dalam nama Tuhan kita, Kristus Yesus."
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa sukacita sejati hanya ditemukan dalam Tuhan, bukan dalam kenyamanan dunia.
"Jika kita mengandalkan dunia untuk sukacita, kita akan kecewa. Tetapi jika kita mengandalkan Tuhan, kita tidak akan pernah dikecewakan." — R.C. Sproul
4. Kesimpulan: Iman yang Bertahan dalam Penderitaan
Habakuk 3:1-19 mengajarkan bahwa iman sejati bukan berarti bebas dari ketakutan, tetapi berarti tetap percaya dan bersukacita dalam Tuhan meskipun keadaan sulit.
Poin-poin utama dari eksposisi ini adalah:
- Ketakutan kepada Tuhan adalah bagian dari iman yang sejati.
- Kedaulatan Tuhan harus menjadi dasar kepercayaan kita.
- Sukacita sejati ditemukan dalam Tuhan, bukan dalam keadaan dunia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam iman yang teguh, menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, dan menemukan kekuatan dalam kasih-Nya yang kekal.
Soli Deo Gloria!