Ibrani 2:3: Mengabaikan Keselamatan yang Besar
Pendahuluan
Ibrani 2:3 adalah salah satu peringatan serius dalam Perjanjian Baru mengenai bahaya mengabaikan keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus Kristus. Dalam ajaran teologi Reformed, ayat ini sering dikaitkan dengan doktrin pemeliharaan orang percaya (perseverance of the saints), anugerah yang tidak dapat ditolak (irresistible grace), serta tanggung jawab manusia dalam merespons Injil.
Ayat ini berbunyi:
"Bagaimana mungkin kita akan luput jika kita mengabaikan keselamatan yang sebesar itu? Keselamatan ini mula-mula diberitakan oleh Tuhan, lalu diteguhkan bagi kita oleh mereka yang telah mendengarnya." (Ibrani 2:3, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan membahas Ibrani 2:3 dengan mengacu pada beberapa pakar teologi Reformed seperti John Owen, R.C. Sproul, John Calvin, dan Martyn Lloyd-Jones. Kita akan membahas makna ayat ini dalam konteksnya, signifikansinya dalam doktrin keselamatan, serta aplikasinya dalam kehidupan Kristen.
1. Konteks Ibrani 2:3 dalam Surat Ibrani
Surat Ibrani ditulis untuk orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi yang sedang menghadapi tekanan dan pencobaan untuk kembali ke agama Yahudi. Salah satu tema utama surat ini adalah keunggulan Kristus di atas hukum Taurat, para nabi, dan malaikat.
Ibrani 2:3 berada dalam bagian peringatan pertama dalam kitab ini (Ibrani 2:1-4), di mana penulis memperingatkan tentang bahaya mengabaikan keselamatan yang diberikan melalui Kristus. Dalam pasal 1, penulis sudah menjelaskan bahwa Kristus lebih tinggi dari malaikat. Maka, dalam pasal 2 ini, jika hukum yang diberikan melalui malaikat di Perjanjian Lama saja memiliki konsekuensi serius bagi pelanggarannya, betapa lebih seriusnya hukuman bagi mereka yang menolak Injil yang diberikan langsung oleh Anak Allah.
2. Eksposisi Ibrani 2:3
a) "Bagaimana mungkin kita akan luput jika kita mengabaikan keselamatan yang sebesar itu?"
Frasa ini menggunakan gaya retoris untuk menegaskan bahwa tidak ada jalan keluar bagi mereka yang mengabaikan keselamatan.
Menurut John Owen, kata "luput" dalam konteks ini tidak hanya berarti kehilangan kesempatan untuk menerima keselamatan, tetapi juga menghadapi hukuman kekal. Ia menegaskan bahwa keselamatan di dalam Kristus bukan hanya sekadar undangan tetapi juga perintah ilahi. Mengabaikan keselamatan ini sama dengan menolak otoritas Allah sendiri.
John Calvin menambahkan bahwa manusia secara alami cenderung untuk mengabaikan keselamatan karena hatinya yang keras dan penuh dosa. Keselamatan yang besar ini adalah satu-satunya cara agar manusia dapat terhindar dari murka Allah. Oleh karena itu, mereka yang mengabaikannya sama saja dengan memilih kebinasaan.
R.C. Sproul mengingatkan bahwa kata "mengabaikan" (dalam bahasa Yunani amelēsantes) tidak merujuk pada perlawanan aktif terhadap Injil, tetapi lebih kepada sikap acuh tak acuh atau tidak peduli. Ini berarti bahwa seseorang tidak harus menolak Injil secara terang-terangan untuk terhilang; cukup dengan bersikap pasif dan mengabaikannya, maka ia sudah berada dalam bahaya besar.
b) "Keselamatan ini mula-mula diberitakan oleh Tuhan"
Bagian ini menegaskan bahwa Injil berasal dari Kristus sendiri, bukan hanya ajaran manusia.
Menurut John Owen, bagian ini menunjukkan bahwa pesan keselamatan bukan berasal dari nabi atau rasul, tetapi dari Tuhan Yesus sendiri. Hal ini menegaskan otoritas Injil sebagai wahyu ilahi tertinggi.
Martyn Lloyd-Jones menyoroti bahwa keselamatan dalam Kristus tidak bisa disejajarkan dengan ajaran agama lain. Jika Yesus sendiri yang menyatakannya, maka menolak atau mengabaikannya berarti menolak pewahyuan Allah secara langsung.
c) "Lalu diteguhkan bagi kita oleh mereka yang telah mendengarnya."
Bagian ini menunjukkan bahwa para rasul menjadi saksi utama dalam memberitakan keselamatan kepada generasi berikutnya.
John Calvin menekankan bahwa kesaksian para rasul dan murid-murid Yesus adalah konfirmasi dari kebenaran Injil. Mereka bukan hanya mendengar langsung dari Kristus, tetapi juga menyaksikan kematian dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu, mereka yang mengabaikan berita ini menolak kesaksian yang paling kuat dan dapat dipercaya.
3. Ajaran Teologi Reformed dalam Ibrani 2:3
a) Total Depravity (Kerusakan Total Manusia)
Teologi Reformed mengajarkan bahwa manusia dalam keadaan dosa tidak mampu mencari Allah dengan kekuatannya sendiri (Roma 3:10-12).
Menurut John Calvin, manusia secara alami tidak hanya menolak keselamatan, tetapi juga cenderung untuk mengabaikannya. Oleh karena itu, perlu ada campur tangan ilahi untuk membawa manusia kepada pertobatan.
b) Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak)
Jika seseorang benar-benar dipanggil oleh Allah, maka ia tidak akan dapat menolak panggilan itu selamanya.
R.C. Sproul menjelaskan bahwa Ibrani 2:3 bukan hanya peringatan bagi orang yang belum percaya, tetapi juga panggilan bagi orang percaya untuk tetap setia. Anugerah yang sejati akan mengubah hati seseorang sehingga ia tidak mungkin terus-menerus mengabaikan keselamatan.
c) Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus)
Peringatan dalam ayat ini juga ditujukan kepada jemaat untuk tetap teguh dalam iman mereka.
John Owen menekankan bahwa mereka yang benar-benar telah diselamatkan akan bertahan dalam iman mereka. Namun, jika seseorang terlihat mengabaikan keselamatan dan berpaling dari Injil, maka hal itu menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak pernah benar-benar dilahirkan kembali sejak awal (1 Yohanes 2:19).
4. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
a) Jangan Bersikap Acuh Tak Acuh terhadap Injil
Banyak orang Kristen yang tidak secara terang-terangan menolak Kristus, tetapi hidup mereka mencerminkan ketidakpedulian terhadap keselamatan. Mereka jarang membaca Alkitab, jarang berdoa, dan lebih terpengaruh oleh dunia daripada firman Tuhan.
Peringatan dalam Ibrani 2:3 menuntut kita untuk serius dalam iman dan tidak hanya menjadi pendengar Injil, tetapi juga pelaku firman (Yakobus 1:22).
b) Injil Harus Menjadi Prioritas dalam Hidup
Jika keselamatan di dalam Kristus adalah anugerah terbesar yang pernah diberikan kepada manusia, maka tidak ada hal lain yang lebih penting dalam hidup ini selain mengejar pengenalan akan Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Martyn Lloyd-Jones sering mengingatkan dalam khotbah-khotbahnya bahwa banyak orang Kristen lebih tertarik pada perkara dunia daripada pertumbuhan rohani mereka. Inilah bentuk nyata dari mengabaikan keselamatan yang besar itu.
c) Keselamatan Harus Dibagikan kepada Orang Lain
Jika kita memahami betapa besarnya keselamatan dalam Kristus, maka kita tidak boleh diam saja. Kita harus memberitakan Injil kepada orang lain.
Seperti yang ditekankan oleh John Calvin, "Jika kita benar-benar percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus, maka kita harus memiliki hati yang terbeban untuk menyampaikan kabar baik ini kepada dunia."
Kesimpulan
Ibrani 2:3 adalah peringatan serius mengenai bahaya mengabaikan keselamatan yang diberikan di dalam Kristus. Berdasarkan pemikiran para teolog Reformed seperti John Owen, R.C. Sproul, John Calvin, dan Martyn Lloyd-Jones, kita dapat memahami bahwa keselamatan ini adalah anugerah yang luar biasa, tetapi juga memiliki konsekuensi besar jika diabaikan.
Sebagai orang percaya, kita harus merespons keselamatan ini dengan penuh kesungguhan, menjadikan Injil sebagai prioritas utama dalam hidup, serta memberitakannya kepada orang lain.