Kasih yang Berasal dari Allah: 1 Yohanes 4:7

Pendahuluan
Kasih adalah tema utama dalam kehidupan Kristen. Dalam 1 Yohanes 4:7, Rasul Yohanes menekankan pentingnya kasih sebagai tanda bahwa seseorang benar-benar lahir dari Allah:
“Saudara-saudaraku yang kukasihi, marilah kita saling mengasihi karena kasih berasal dari Allah, dan setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah dan mengenal Allah.” (1 Yohanes 4:7, AYT)
Ayat ini tidak hanya mengajarkan tentang sifat kasih, tetapi juga menghubungkannya dengan kelahiran baru (regenerasi) dan pengenalan akan Allah. Dalam teologi Reformed, kasih bukan hanya sekadar emosi manusia, tetapi merupakan cerminan dari sifat Allah yang kudus dan sumber keselamatan kita dalam Kristus.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi eksposisi 1 Yohanes 4:7 berdasarkan pemahaman beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Charles Hodge, dan R.C. Sproul. Kita juga akan melihat bagaimana ayat ini berkaitan dengan doktrin kasih Allah, regenerasi, dan kehidupan Kristen.
I. Konteks 1 Yohanes 4:7
1. Konteks Historis dan Sasaran Surat
Surat 1 Yohanes ditulis oleh Rasul Yohanes untuk menguatkan gereja dalam menghadapi ajaran sesat, terutama dari kelompok Gnostik yang menyangkal keilahian dan kemanusiaan Kristus. Yohanes ingin memastikan bahwa orang percaya memahami hakikat kasih yang sejati sebagai tanda lahir baru.
Dalam pasal 4, Yohanes memperingatkan tentang roh-roh yang menyesatkan (1 Yohanes 4:1-6), sebelum beralih ke ajaran tentang kasih yang sejati dalam ayat 7-21. Dengan kata lain, kasih sejati hanya bisa dipahami dalam konteks kebenaran Injil.
2. Konteks Teologis
Dalam teologi Reformed, kasih bukan hanya sebuah perintah moral, tetapi sebuah refleksi dari sifat Allah. 1 Yohanes 4:7 menunjukkan bahwa:
-
Kasih sejati berasal dari Allah.
-
Orang yang memiliki kasih sejati menunjukkan tanda lahir baru (regenerasi).
-
Kasih yang benar tidak terpisah dari pengenalan akan Allah yang sejati.
John Calvin dalam Commentary on 1 John menekankan bahwa kasih bukan hanya ekspresi manusia, tetapi anugerah yang diberikan oleh Allah kepada umat pilihan-Nya untuk mencerminkan karakter-Nya.
II. Eksposisi 1 Yohanes 4:7 dalam Teologi Reformed
1. “Saudara-saudaraku yang kukasihi, marilah kita saling mengasihi”
a. Kasih Sebagai Perintah dan Identitas Kristen
Rasul Yohanes menggunakan panggilan “saudara-saudaraku yang kukasihi”, yang menunjukkan kasih sebagai elemen utama dalam kehidupan Kristen.
R.C. Sproul dalam Knowing God menjelaskan bahwa kasih dalam Kekristenan bukanlah sekadar emosi, tetapi sebuah tindakan aktif yang menunjukkan bahwa kita telah ditebus oleh kasih Allah dalam Kristus.
Kasih juga menjadi tanda identitas seorang Kristen. Dalam Yohanes 13:35, Yesus berkata:
“Dengan demikian, semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jika kamu saling mengasihi.”
b. Saling Mengasihi: Kasih yang Bersifat Aktif
John Calvin menekankan bahwa kasih yang sejati adalah kasih yang bersifat aktif, bukan hanya sekadar teori atau perasaan. Kasih Kristen harus diwujudkan dalam:
-
Kesabaran terhadap sesama (Kolose 3:12-13)
-
Pengampunan (Efesus 4:32)
-
Pengorbanan bagi orang lain (1 Yohanes 3:16)
Oleh karena itu, Yohanes tidak hanya mengundang orang percaya untuk mengasihi, tetapi mengingatkan bahwa kasih adalah bagian dari kehidupan Kristen yang otentik.
2. “Karena kasih berasal dari Allah”
a. Allah sebagai Sumber Kasih
Kasih bukan berasal dari manusia, tetapi berakar dalam sifat Allah yang kekal. 1 Yohanes 4:8 menyatakan “Allah adalah kasih”, yang berarti bahwa kasih adalah bagian integral dari hakikat-Nya.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa kasih Allah tidak bersifat pasif, tetapi aktif dalam menyatakan kebaikan dan belas kasih-Nya kepada umat-Nya.
b. Kasih Allah Bersumber dari Anugerah-Nya
Dalam teologi Reformed, kasih Allah dinyatakan dalam anugerah-Nya yang menyelamatkan. Allah tidak mengasihi manusia karena manusia layak dikasihi, tetapi karena Allah memilih untuk mengasihi berdasarkan kehendak-Nya yang bebas.
Efesus 2:4-5 menjelaskan bahwa keselamatan kita adalah karena kasih Allah yang besar:
“Tetapi Allah yang kaya akan belas kasihan, oleh karena kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus ketika kita masih mati dalam dosa-dosa kita.”
Kasih Allah adalah kasih yang mendahului kita (1 Yohanes 4:19), dan ini menunjukkan anugerah-Nya yang tidak bersyarat.
3. “Setiap orang yang mengasihi lahir dari Allah”
a. Kasih Sebagai Bukti Regenerasi
Frasa “lahir dari Allah” dalam ayat ini merujuk pada kelahiran baru (regenerasi), yaitu karya Roh Kudus yang mengubah hati manusia sehingga mereka dapat mengenal Allah dan hidup dalam kasih-Nya.
Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menjelaskan bahwa kelahiran baru bukanlah hasil usaha manusia, tetapi karya anugerah Allah yang memperbarui hati orang percaya sehingga mereka dapat mengasihi dengan kasih yang sejati.
Titus 3:5 menegaskan bahwa regenerasi terjadi karena karya Roh Kudus, bukan karena perbuatan baik kita.
4. “Dan mengenal Allah”
a. Kasih Tidak Terpisah dari Pengenalan Akan Allah
Dalam teologi Reformed, kasih yang sejati tidak bisa dipisahkan dari kebenaran Allah. Banyak orang di dunia berbicara tentang kasih, tetapi tanpa pengenalan akan Allah, kasih tersebut tidak memiliki dasar yang benar.
Hosea 4:6 berkata:
“Umat-Ku binasa karena kurangnya pengetahuan.”
Herman Bavinck menekankan bahwa kasih sejati tidak hanya bersifat emosional, tetapi juga bersumber dari pemahaman yang benar tentang siapa Allah dan bagaimana kita harus hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Kasih yang sejati mencerminkan:
-
Kasih terhadap Allah (Matius 22:37)
-
Kasih terhadap sesama (Matius 22:39)
-
Kasih yang berakar dalam kebenaran firman Tuhan (2 Yohanes 1:6)
III. Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Kristen
1. Hidup dalam Kasih yang Sejati
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengasihi dengan kasih yang berasal dari Allah. Ini berarti:
-
Mengasihi tanpa pamrih seperti Kristus mengasihi kita (Yohanes 15:12).
-
Mengasihi dengan tindakan nyata (Yakobus 2:15-16).
-
Mengasihi dalam kebenaran, bukan hanya dalam perasaan semata (1 Yohanes 3:18).
2. Kasih Sebagai Bukti Kelahiran Baru
Seorang yang telah lahir dari Allah akan memiliki hati yang penuh kasih, bukan kebencian atau dendam. Jika seseorang tidak memiliki kasih, itu bisa menjadi tanda bahwa ia belum mengalami kelahiran baru (1 Yohanes 4:8).
3. Mengenal Allah Melalui Firman dan Hidup Kudus
Kasih yang sejati harus didasarkan pada pengenalan akan Allah yang benar. Oleh karena itu, kita harus terus bertumbuh dalam:
-
Mempelajari firman Tuhan secara mendalam.
-
Hidup dalam ketaatan kepada Allah sebagai bukti kasih kita kepada-Nya (Yohanes 14:15).
Kesimpulan
1 Yohanes 4:7 mengajarkan bahwa kasih sejati berasal dari Allah dan merupakan bukti kelahiran baru. Dalam perspektif teologi Reformed, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting:
-
Kasih bukan hanya emosi, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan Allah.
-
Kasih Allah dinyatakan dalam anugerah keselamatan melalui Kristus.
-
Kasih adalah bukti regenerasi dan identitas sejati orang percaya.
-
Kasih yang sejati harus berakar dalam kebenaran dan pengenalan akan Allah.
Kiranya kita semakin hidup dalam kasih yang sejati sebagai cerminan kasih Allah kepada dunia.