Kebebasan Kehendak: "Freedom of the Will"

Kebebasan Kehendak: "Freedom of the Will"

Pendahuluan:

Kebebasan kehendak (freedom of the will) adalah salah satu isu teologis yang paling banyak diperdebatkan dalam sejarah gereja. Apakah manusia benar-benar memiliki kebebasan dalam memilih keselamatan? Jika Allah berdaulat atas segala sesuatu, bagaimana kehendak manusia bisa tetap bebas?

Dalam teologi Reformed, kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia bukanlah kontradiksi, tetapi bekerja secara harmonis dalam rencana keselamatan Allah. Salah satu tokoh utama yang membahas hal ini adalah Jonathan Edwards dalam bukunya "Freedom of the Will" (1754). Dalam karyanya, Edwards menegaskan bahwa manusia memiliki kehendak bebas dalam batasan natur dosa mereka, tetapi keselamatan sepenuhnya adalah hasil anugerah Allah.

Artikel ini akan membahas konsep kebebasan kehendak menurut teologi Reformed, dengan meninjau bagaimana pandangan ini didukung oleh Alkitab dan dijelaskan oleh para teolog seperti Jonathan Edwards, Yohanes Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan lainnya.

I. Apa Itu Kebebasan Kehendak?

1. Definisi Kehendak Bebas dalam Teologi Reformed

Dalam pengertian umum, kebebasan kehendak sering didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk memilih sesuatu tanpa adanya paksaan eksternal. Namun, teologi Reformed memberikan definisi yang lebih mendalam:

"Kehendak manusia memang bebas, tetapi terbatas oleh natur dosa setelah kejatuhan."

Jonathan Edwards dalam Freedom of the Will menjelaskan:

**"Manusia selalu bertindak sesuai dengan keinginan hatinya yang terdalam. Namun, setelah kejatuhan, keinginan hati manusia terikat pada dosa, sehingga ia tidak mampu memilih Allah dengan sendirinya."**¹

Roma 3:11 berkata:

"Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah." (AYT)

Ini berarti bahwa manusia memang memiliki kehendak, tetapi kehendaknya telah diperbudak oleh dosa.

2. Perbedaan Antara Kehendak Bebas dan Kemampuan Moral

Teologi Reformed membedakan antara:

  • Kebebasan alami manusia → manusia bebas dalam memilih berdasarkan keinginannya sendiri.

  • Kemampuan moral manusia → manusia tidak memiliki kemampuan untuk memilih Allah tanpa anugerah-Nya.

Yohanes Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan:

**"Manusia memiliki kehendak, tetapi setelah kejatuhan, kehendaknya terikat pada dosa. Oleh karena itu, ia tidak dapat memilih Allah tanpa pertolongan anugerah-Nya."**²

Ini berarti bahwa manusia dapat membuat pilihan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi ia tidak dapat memilih untuk datang kepada Allah tanpa pekerjaan Roh Kudus.

II. Apakah Manusia Benar-Benar Bebas?

1. Kedaulatan Allah dan Tanggung Jawab Manusia

Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, termasuk keputusan manusia.

Efesus 1:11 berkata:

"Di dalam Dia juga kita telah ditentukan menjadi ahli waris, yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan Dia yang mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya sendiri." (AYT)

Namun, Alkitab juga menegaskan bahwa manusia tetap bertanggung jawab atas pilihan mereka.

Yosua 24:15 berkata:

"Tetapi jika kamu menganggap tidak layak untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini siapa yang akan kamu layani." (AYT)

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menekankan bahwa **kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia, tetapi justru menopangnya.**³

2. Manusia Memiliki Kehendak, tetapi Terikat oleh Dosa

Yesus berkata dalam Yohanes 8:34:

"Sesungguhnya, Aku berkata kepadamu, setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa." (AYT)

Jonathan Edwards menjelaskan bahwa manusia akan selalu memilih berdasarkan kecenderungan hatinya, dan karena hati manusia telah rusak oleh dosa, ia tidak mungkin memilih Allah tanpa anugerah-Nya.

Analogi: Seorang singa yang lapar akan selalu memilih daging daripada sayur, karena itulah natur dan kecenderungannya. Demikian pula, manusia yang telah jatuh dalam dosa akan selalu memilih dosa, kecuali Allah mengubah hatinya.

III. Bagaimana Anugerah Allah Membebaskan Kehendak Manusia?

1. Anugerah yang Efektif Mengubah Hati Manusia

Dalam teologi Reformed, hanya anugerah Allah yang efektif yang dapat membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan memberinya kemampuan untuk memilih Allah.

Yohanes 6:44 berkata:

"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku jika Bapa yang mengutus Aku tidak menariknya." (AYT)

R.C. Sproul dalam Chosen by God menegaskan bahwa anugerah Allah bukan sekadar menawarkan kesempatan, tetapi benar-benar mengubah hati manusia agar ia mau datang kepada Kristus.⁴

2. Karya Roh Kudus dalam Pembaruan Hati

Yehezkiel 36:26-27 berkata:

"Aku akan memberikan kepadamu hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu. Aku akan menyingkirkan hati batu dari tubuhmu dan memberikan kepadamu hati yang taat." (AYT)

John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menekankan bahwa kelahiran baru (regeneration) bukanlah hasil pilihan manusia, tetapi pekerjaan Allah yang mengubah hati sehingga manusia dapat memilih untuk percaya kepada Kristus.⁵

IV. Konsekuensi Teologis dari Pandangan Reformed tentang Kehendak Bebas

1. Keselamatan adalah Anugerah, Bukan Hasil Pilihan Manusia

Efesus 2:8-9 berkata:

"Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman, dan itu bukan hasil usahamu, itu adalah pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu, supaya tidak ada orang yang memegahkan diri." (AYT)

Jonathan Edwards berkata:

"Iman bukanlah sesuatu yang muncul dari kehendak manusia, tetapi adalah anugerah yang diberikan Allah kepada mereka yang telah dipilih-Nya."⁶

2. Tidak Ada yang Dapat Menolak Anugerah yang Efektif

Teologi Reformed mengajarkan bahwa ketika Allah bekerja di hati seseorang, orang tersebut pasti akan datang kepada Kristus.

Yohanes 10:27-28 berkata:

"Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku. Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka, dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya." (AYT)

John Owen dalam The Death of Death in the Death of Christ menegaskan bahwa ketika Allah memanggil seseorang secara efektif, orang tersebut pasti akan datang kepada Kristus.⁷

Kesimpulan: Kehendak Bebas dalam Terang Anugerah Allah

Berdasarkan pemaparan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa:

  1. Manusia memiliki kehendak bebas dalam pengertian alami, tetapi setelah kejatuhan, kehendaknya diperbudak oleh dosa.

  2. Manusia selalu memilih sesuai dengan kecenderungan hatinya, dan tanpa anugerah Allah, ia tidak akan memilih untuk percaya kepada Kristus.

  3. Keselamatan adalah hasil dari anugerah Allah yang efektif, yang mengubah hati manusia sehingga ia dapat datang kepada Kristus.

Sebagai orang percaya, kita harus merendahkan diri dan bersyukur bahwa keselamatan bukanlah hasil pilihan kita, tetapi adalah anugerah Allah yang murni dan efektif.

Soli Deo Gloria!

Catatan:

¹ Jonathan Edwards, Freedom of the Will
² Yohanes Calvin, Institutes of the Christian Religion
³ Herman Bavinck, Reformed Dogmatics
⁴ R.C. Sproul, Chosen by God
⁵ John MacArthur, The Gospel According to Jesus
⁶ Jonathan Edwards, Religious Affections
⁷ John Owen, The Death of Death in the Death of Christ

Next Post Previous Post