Mengapa Yesus Harus Mati? - 1 Petrus 3:18

Pendahuluan:
Kematian Yesus Kristus di kayu salib adalah pusat dari iman Kristen. Tanpa kematian Yesus, tidak ada pengampunan dosa, tidak ada rekonsiliasi dengan Allah, dan tidak ada harapan keselamatan. Namun, mengapa Yesus harus mati? Apakah tidak ada cara lain bagi Allah untuk menyelamatkan umat-Nya?
Dalam 1 Petrus 3:18, Rasul Petrus memberikan jawaban yang kuat tentang tujuan dan signifikansi kematian Kristus:
"Sebab Kristus juga telah menderita satu kali untuk segala dosa, Dia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Dia membawa kita kepada Allah. Dia telah dibunuh dalam daging, tetapi dihidupkan oleh Roh." (1 Petrus 3:18, AYT)
Dalam perspektif teologi Reformed, kematian Yesus adalah rencana Allah yang kekal, yang diperlukan untuk memenuhi keadilan-Nya dan menyatakan kasih-Nya kepada umat pilihan-Nya. Artikel ini akan mengeksplorasi mengapa Yesus harus mati berdasarkan 1 Petrus 3:18, dengan merujuk pada ajaran para teolog Reformed seperti Yohanes Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, dan lainnya.
I. Kematian Yesus: Suatu Keharusan Ilahi
1. Kematian Yesus Ditentukan dalam Rencana Allah yang Kekal
Kematian Yesus bukanlah suatu kecelakaan sejarah atau akibat dari kebencian manusia semata. Ini adalah bagian dari rencana kekal Allah yang telah ditetapkan sebelum dunia dijadikan.
Kisah Para Rasul 2:23 berkata:
"Dia [Yesus] yang diserahkan sesuai dengan keputusan dan rencana yang sudah ditentukan Allah, kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan orang-orang fasik." (AYT)
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menegaskan bahwa **Allah tidak pernah bereaksi terhadap peristiwa secara spontan, tetapi segala sesuatu terjadi sesuai dengan dekret kekal-Nya.**¹
Jadi, kematian Kristus bukanlah rencana cadangan, tetapi inti dari rencana keselamatan Allah.
2. Kematian Yesus Diperlukan untuk Memenuhi Keadilan Allah
1 Petrus 3:18 mengatakan bahwa Yesus yang benar mati untuk orang-orang yang tidak benar. Ini menunjukkan konsep substitusi penal, yaitu bahwa Yesus menggantikan kita dalam menerima hukuman dosa.
Roma 6:23 berkata:
"Sebab upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (AYT)
Allah yang kudus tidak bisa mengabaikan dosa begitu saja. Jika Allah tidak menghukum dosa, maka Dia bukan Allah yang adil. Yohanes Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan:
"Allah tidak dapat menyatakan kasih-Nya kepada manusia tanpa tetap mempertahankan keadilan-Nya. Oleh karena itu, salib adalah tempat di mana kasih dan keadilan Allah bertemu."²
Dengan kata lain, Yesus harus mati karena hanya dengan demikian Allah dapat tetap adil sekaligus mengampuni dosa manusia.
II. Kematian Yesus: Satu Kali untuk Selamanya
1. Kematian Yesus Bersifat Final dan Efektif
1 Petrus 3:18 menekankan bahwa Kristus menderita "satu kali untuk segala dosa." Ini berarti bahwa pengorbanan Kristus tidak perlu diulang, karena sudah sempurna dan cukup untuk menebus dosa umat pilihan-Nya.
Ibrani 9:26 berkata:
"Namun sekarang, pada akhir zaman, Dia telah menyatakan diri-Nya satu kali saja untuk menghapus dosa melalui pengorbanan diri-Nya sendiri." (AYT)
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa **Kristus tidak hanya menebus kemungkinan keselamatan, tetapi benar-benar menyelamatkan umat-Nya dengan pengorbanan-Nya.**³
2. Kristus Mati sebagai Pengganti Umat-Nya
Frasa "Dia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar" dalam 1 Petrus 3:18 menegaskan doktrin substitusi, yaitu bahwa Kristus mati menggantikan umat-Nya.
Yesaya 53:5 berkata:
"Tetapi Dia tertikam karena pelanggaran-pelanggaran kita, Dia diremukkan karena kesalahan-kesalahan kita; hukuman yang mendatangkan damai sejahtera bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan dengan luka-luka-Nya kita disembuhkan." (AYT)
Charles Spurgeon berkata:
"Kristus menanggung murka Allah agar kita bisa menerima kasih-Nya. Dia dihukum agar kita dibenarkan."⁴
III. Kematian Yesus: Membawa Kita kepada Allah
1. Kematian Yesus Mendamaikan Manusia dengan Allah
Tujuan utama kematian Kristus adalah "supaya Dia membawa kita kepada Allah" (1 Petrus 3:18). Dosa memisahkan manusia dari Allah, tetapi Kristus datang untuk mendamaikan kita dengan Bapa.
Kolose 1:22 berkata:
"Namun sekarang, Dia telah mendamaikan kamu dalam tubuh daging-Nya melalui kematian-Nya, untuk menghadapkan kamu di hadapan-Nya dalam keadaan kudus, tanpa cela, dan tidak bercacat." (AYT)
Michael Horton dalam The Christian Faith menjelaskan bahwa **pendamaian melalui Kristus bukan hanya sekadar menghapus dosa, tetapi juga memulihkan hubungan antara Allah dan manusia.**⁵
2. Kematian Yesus Mengalahkan Kuasa Dosa dan Kematian
1 Petrus 3:18 juga mengatakan bahwa Kristus "dibunuh dalam daging, tetapi dihidupkan oleh Roh." Ini menunjukkan kemenangan Kristus atas dosa dan kematian melalui kebangkitan-Nya.
1 Korintus 15:55 berkata:
"Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (AYT)
John MacArthur dalam The Gospel According to Jesus menekankan bahwa **salib bukanlah akhir, tetapi justru titik balik dari kemenangan Kristus atas kuasa kejahatan.**⁶
IV. Aplikasi bagi Kita: Bagaimana Kita Merespons Kematian Kristus?
1. Percaya kepada Yesus sebagai Satu-Satunya Juruselamat
Karena Kristus telah mati bagi dosa kita, kita harus menanggapinya dengan pertobatan dan iman kepada-Nya.
Kisah Para Rasul 16:31 berkata:
"Percayalah kepada Tuhan Yesus, maka kamu akan diselamatkan." (AYT)
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menekankan bahwa **iman sejati kepada Kristus tidak hanya melibatkan pengakuan intelektual, tetapi juga transformasi hati dan hidup.**⁷
2. Hidup dalam Kekudusan sebagai Orang yang Telah Ditebus
Karena Kristus telah mati untuk membawa kita kepada Allah, kita harus hidup sesuai dengan panggilan sebagai umat-Nya.
1 Petrus 1:15 berkata:
"Sebaliknya, sebagaimana Dia yang memanggil kamu adalah kudus, kamu juga harus menjadi kudus dalam seluruh hidupmu." (AYT)
John Owen dalam The Mortification of Sin menekankan bahwa **kita tidak bisa mengaku menerima pengorbanan Kristus tetapi tetap hidup dalam dosa.**⁸
3. Bersyukur dan Memuliakan Allah atas Pengorbanan Kristus
Efesus 1:7-8 berkata:
"Di dalam Dia kita memiliki penebusan melalui darah-Nya, pengampunan dosa-dosa kita, sesuai dengan kekayaan kasih karunia-Nya, yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita dengan segala hikmat dan pengertian." (AYT)
Sebagai orang percaya, kita harus hidup dalam rasa syukur dan terus memuliakan Tuhan atas karya keselamatan-Nya di dalam Kristus.
Kesimpulan: Yesus Harus Mati karena Ini Satu-Satunya Jalan Keselamatan
Berdasarkan 1 Petrus 3:18 dan perspektif teologi Reformed, kita dapat menyimpulkan bahwa:
-
Yesus harus mati untuk memenuhi keadilan Allah dan membawa keselamatan bagi umat pilihan-Nya.
-
Kematian-Nya bersifat final, efektif, dan cukup untuk menebus dosa.
-
Melalui kematian-Nya, kita didamaikan dengan Allah dan menerima hidup yang kekal.
Karena itu, mari kita percaya, hidup dalam kekudusan, dan bersyukur atas anugerah keselamatan yang diberikan kepada kita dalam Kristus.
Soli Deo Gloria!
Catatan:
¹ Herman Bavinck, Reformed Dogmatics
² Yohanes Calvin, Institutes of the Christian Religion
³ R.C. Sproul, The Holiness of God
⁴ Charles Spurgeon, All of Grace
⁵ Michael Horton, The Christian Faith
⁶ John MacArthur, The Gospel According to Jesus
⁷ Jonathan Edwards, Religious Affections
⁸ John Owen, The Mortification of Sin