Perumpamaan Domba dan Kambing: Penghakiman Terakhir dan Kehidupan Kekal

Perumpamaan Domba dan Kambing: Penghakiman Terakhir dan Kehidupan Kekal

Pendahuluan:

Salah satu perumpamaan Yesus yang paling kuat tentang penghakiman akhir adalah Perumpamaan Domba dan Kambing yang terdapat dalam Matius 25:31-46. Perumpamaan ini menggambarkan kedatangan Yesus yang kedua kali, di mana Dia akan memisahkan manusia seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing.

Teologi Reformed mengajarkan bahwa keselamatan adalah oleh kasih karunia melalui iman, namun iman yang sejati akan menghasilkan buah perbuatan yang nyata. Oleh karena itu, perumpamaan ini bukan tentang keselamatan berdasarkan perbuatan, tetapi sebagai bukti dari perubahan hati yang sejati.

Para teolog Reformed seperti John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, Wayne Grudem, dan John Piper menafsirkan perumpamaan ini sebagai gambaran dari pemisahan antara orang percaya sejati dan mereka yang hanya memiliki iman nominal.

Artikel ini akan membahas:

  1. Teks Perumpamaan dan Konteksnya
  2. Makna Simbolis Domba dan Kambing
  3. Penghakiman Terakhir dalam Teologi Reformed
  4. Keselamatan oleh Anugerah, tetapi Dinyatakan dalam Perbuatan
  5. Aplikasi dalam Kehidupan Orang Percaya

1. Teks Perumpamaan dan Konteksnya

Perumpamaan ini ditemukan dalam Matius 25:31-46, bagian dari rangkaian ajaran Yesus tentang akhir zaman.

a. Kedatangan Yesus yang Kedua Kali

Yesus membuka perumpamaan ini dengan menegaskan bahwa Dia akan datang dalam kemuliaan untuk menghakimi bangsa-bangsa:

“Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan duduk di atas takhta kemuliaan-Nya.” (Matius 25:31, AYT)

Ini adalah gambar eskatologis yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Raja dan Hakim yang akan menentukan nasib kekal setiap manusia.

b. Pemisahan antara Domba dan Kambing

Yesus kemudian menggambarkan bagaimana Dia akan memisahkan domba di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri:

“Lalu, Ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing.” (Matius 25:32, AYT)

Domba menerima berkat kehidupan kekal, sementara kambing menerima hukuman kekal.

John Calvin dalam Commentary on Matthew menegaskan bahwa pemisahan ini bukan berdasarkan perbuatan manusia, tetapi berdasarkan hubungan mereka dengan Sang Gembala, Yesus Kristus.

2. Makna Simbolis Domba dan Kambing

Perumpamaan ini menggunakan simbolisme gembala, domba, dan kambing yang sangat umum dalam budaya Yahudi.

a. Domba: Simbol Orang Benar

Domba dalam Alkitab sering kali digunakan sebagai simbol umat Allah yang setia.

Yesus berkata:

“Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku.” (Yohanes 10:27, AYT)

Domba adalah mereka yang:

  • Mengikuti Kristus sebagai Gembala
  • Menghasilkan buah iman dalam kehidupan mereka
  • Akan menerima kehidupan kekal

Jonathan Edwards menegaskan bahwa orang yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus akan secara alami mencerminkan kasih Allah dalam kehidupan mereka.

b. Kambing: Simbol Orang Fasik

Sebaliknya, kambing dalam perumpamaan ini menggambarkan orang yang menolak Kristus.

Yesus berkata kepada mereka:

“Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari hadapan-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7:23, AYT)

Ciri-ciri "kambing" dalam perumpamaan ini adalah:

  • Mengabaikan kebutuhan sesama
  • Tidak hidup dalam kasih yang nyata
  • Menganggap diri Kristen, tetapi tidak memiliki iman sejati

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa banyak orang mengira mereka mengenal Allah, tetapi hidup mereka tidak menunjukkan buah iman yang sejati.

3. Penghakiman Terakhir dalam Teologi Reformed

a. Yesus sebagai Hakim yang Adil

Teologi Reformed menekankan bahwa Yesus akan datang kembali sebagai Hakim yang adil:

“Karena Ia telah menetapkan suatu hari pada waktu mana Ia akan menghakimi dunia dengan adil oleh seorang yang telah ditentukan-Nya.” (Kisah Para Rasul 17:31, AYT)

John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa penghakiman Allah bukan hanya tentang hukuman, tetapi juga tentang pemulihan dan penggenapan rencana keselamatan-Nya.

b. Dasar Penghakiman: Buah Iman, Bukan Perbuatan sebagai Syarat

Yesus berkata kepada domba:

“Aku lapar, dan kamu memberi Aku makan; Aku haus, dan kamu memberi Aku minum.” (Matius 25:35, AYT)

Namun, ini bukan berarti perbuatan baik adalah syarat keselamatan, melainkan bukti dari iman yang sejati.

Efesus 2:8-10 menegaskan:

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman... bukan hasil pekerjaanmu, tetapi pemberian Allah.”

Wayne Grudem dalam Systematic Theology menegaskan bahwa iman sejati selalu menghasilkan perbuatan kasih sebagai bukti transformasi rohani.

4. Keselamatan oleh Anugerah, tetapi Dinyatakan dalam Perbuatan

Teologi Reformed menekankan keselamatan oleh anugerah, tetapi perbuatan baik sebagai bukti iman sejati.

“Iman tanpa perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26, AYT)

John Calvin berkata:

“Kita diselamatkan oleh iman saja, tetapi iman yang menyelamatkan tidak pernah berdiri sendiri.”

Domba tidak diselamatkan karena memberi makan orang lapar, tetapi karena mereka memiliki iman sejati yang dinyatakan dalam kasih.

5. Aplikasi dalam Kehidupan Orang Percaya

a. Memastikan Iman Kita Sejati

Paulus berkata:

“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.” (2 Korintus 13:5, AYT)

R.C. Sproul menekankan bahwa setiap orang Kristen harus menguji apakah iman mereka menghasilkan buah yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menghidupi Kasih kepada Sesama

Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada sesama adalah bagian dari hukum yang terutama:

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:39, AYT)

Jonathan Edwards menekankan bahwa kasih adalah bukti utama dari pekerjaan Roh Kudus dalam hidup seseorang.

c. Menantikan Kedatangan Kristus dengan Kesiapan

Orang percaya sejati hidup dalam kesadaran bahwa Yesus akan datang kembali:

“Sebab kamu sendiri tahu benar-benar bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam hari.” (1 Tesalonika 5:2, AYT)

John Piper menekankan bahwa kesiapan sejati bukan hanya tentang mengetahui doktrin, tetapi tentang hidup dalam ketaatan kepada Kristus setiap hari.

Kesimpulan: Siapakah Kita, Domba atau Kambing?

Perumpamaan Domba dan Kambing mengajarkan bahwa:

  1. Yesus akan datang kembali sebagai Hakim yang adil.
  2. Orang percaya sejati adalah mereka yang memiliki iman yang dinyatakan dalam kasih.
  3. Penghakiman terakhir bukan berdasarkan perbuatan, tetapi iman yang sejati selalu menghasilkan perbuatan kasih.
  4. Orang percaya harus hidup dalam kesiapan, mengasihi sesama, dan memastikan iman mereka sejati.

Sebagaimana R.C. Sproul berkata:

“Iman yang sejati adalah iman yang hidup dalam ketaatan dan kasih kepada Tuhan dan sesama.”

Semoga kita semua ditemukan sebagai domba yang setia, bukan kambing yang menipu diri sendiri.

Next Post Previous Post