Roma 1:25: Ketika Manusia Menukar Kebenaran dengan Kebohongan

Pendahuluan
Surat Roma merupakan salah satu kitab teologis paling mendalam dalam Alkitab. Dalam pasal pertama, Paulus menguraikan kondisi manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, menunjukkan bagaimana pemberontakan manusia terhadap Allah membawa konsekuensi yang mengerikan. Salah satu ayat yang sangat kuat dalam mengungkapkan kenyataan ini adalah Roma 1:25:
"Sebab, mereka menukar kebenaran tentang Allah dengan kebohongan, dan sujud serta melayani makhluk ciptaan, bukan Sang Pencipta yang terpuji selama-lamanya. Amin!" (Roma 1:25, AYT)
Ayat ini mengungkapkan akar dari segala bentuk penyembahan berhala dan kemunduran moral: manusia secara sadar memilih untuk menolak kebenaran Allah dan menggantikannya dengan kebohongan. Dalam perspektif teologi Reformed, ayat ini berhubungan erat dengan doktrin dosa, anugerah umum, dan natur manusia yang telah jatuh (total depravity).
Artikel ini akan mengeksposisi Roma 1:25 secara mendalam dengan mengacu pada pemikiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Cornelius Van Til, dan R.C. Sproul, serta menjelaskan implikasi praktisnya bagi kehidupan orang percaya.
1. Konteks Roma 1:25
1. Surat Roma: Manifesto Injil dan Kejatuhan Manusia
Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Roma dengan tujuan untuk menguraikan secara sistematis tentang Injil dan kebenaran Allah yang dinyatakan dalam Kristus. Namun, sebelum ia berbicara tentang keselamatan, Paulus terlebih dahulu menjelaskan kebutuhan manusia akan keselamatan itu dengan menyoroti dosa dan kejatuhan moral manusia (Roma 1:18-32).
Dalam Roma 1:18-23, Paulus menunjukkan bahwa meskipun kebenaran Allah telah nyata melalui ciptaan, manusia dengan sengaja menolak-Nya. Roma 1:24-25 kemudian mengungkapkan konsekuensi dari pemberontakan ini:
- Allah menyerahkan manusia kepada keinginan dosa mereka sendiri (Roma 1:24).
- Manusia menukar kebenaran Allah dengan kebohongan dan menyembah ciptaan (Roma 1:25).
Roma 1:25 menjadi pusat dari argumentasi Paulus tentang bagaimana manusia jatuh ke dalam penyembahan berhala dan pemberontakan terhadap Sang Pencipta.
2. Eksposisi Roma 1:25
1. "Sebab, mereka menukar kebenaran tentang Allah dengan kebohongan"
a. Dosa sebagai Pemberontakan terhadap Kebenaran Allah
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa "hati manusia adalah pabrik berhala." Maksudnya adalah bahwa manusia secara alami cenderung untuk menciptakan "kebenarannya sendiri" dan menolak kebenaran Allah yang sejati.
Menurut teologi Reformed, kejatuhan manusia dalam dosa membuatnya tidak hanya tidak mau menerima kebenaran Allah, tetapi juga tidak mampu melakukannya (Roma 3:11). Ini adalah manifestasi dari total depravity—kondisi manusia yang telah sepenuhnya jatuh dan tidak dapat mencari Allah dengan kekuatan sendiri.
Cornelius Van Til, seorang apologet Reformed, menekankan bahwa sejak kejatuhan, manusia berusaha untuk hidup berdasarkan "kebenaran" yang ia ciptakan sendiri. Ia tidak netral terhadap Allah, tetapi secara aktif menolak dan menggantikan-Nya dengan kebohongan.
b. Apakah Kebohongan yang Dimaksud?
Paulus tidak menyebutkan secara spesifik kebohongan apa yang menggantikan kebenaran Allah. Namun, berdasarkan konteks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kebohongan yang dimaksud di sini dapat berupa:
- Penyembahan berhala – menggantikan Allah yang benar dengan dewa-dewa ciptaan manusia.
- Penyangkalan terhadap keberadaan atau kedaulatan Allah – atheisme dan skeptisisme modern.
- Penyimpangan moral – hidup dalam dosa dan menolak standar Allah.
- Humanisme sekuler – menempatkan manusia sebagai pusat segala sesuatu, bukan Allah.
Menurut R.C. Sproul, "kebohongan terbesar dalam sejarah manusia adalah bahwa manusia dapat hidup tanpa Allah." Ketika seseorang menolak Allah, ia secara otomatis menggantikannya dengan sesuatu yang lain—dan itu selalu merupakan kebohongan.
2. "Dan sujud serta melayani makhluk ciptaan, bukan Sang Pencipta"
a. Penyembahan Berhala dalam Perspektif Alkitabiah
Penyembahan berhala bukan hanya sekadar membangun patung dan menyembahnya, tetapi juga mencakup segala bentuk pemujaan terhadap ciptaan melebihi Allah.
Dalam Perjanjian Lama, umat Israel berkali-kali jatuh dalam penyembahan berhala, meskipun mereka telah mengenal Allah yang benar. Kitab Yesaya 44:9-20 mencela bagaimana manusia membuat berhala dari kayu yang sama yang ia pakai untuk memasak makanannya.
Dalam dunia modern, penyembahan berhala mengambil bentuk yang lebih subtil tetapi tetap nyata, seperti:
- Materialisme – menjadikan kekayaan dan harta sebagai tujuan utama hidup.
- Hedonisme – memprioritaskan kesenangan di atas segala hal.
- Humanisme – memuja manusia dan mengabaikan ketuhanan Allah.
- Ilmu pengetahuan tanpa Tuhan – menempatkan sains sebagai sumber kebenaran mutlak tanpa mengakui Allah sebagai pencipta.
Herman Bavinck menulis bahwa "Ketika manusia menolak Allah, ia tidak menjadi ateis sejati, tetapi menggantikan Allah dengan sesuatu yang lain." Dengan kata lain, tidak ada manusia yang benar-benar "netral"—ia selalu menyembah sesuatu.
3. "Sang Pencipta yang terpuji selama-lamanya. Amin!"
a. Kontras antara Allah dan Ciptaan
Paulus menutup ayat ini dengan kontras yang sangat jelas: manusia lebih memilih ciptaan daripada Sang Pencipta.
John Calvin menjelaskan bahwa "kemuliaan Allah adalah satu-satunya hal yang layak untuk dipuji dan disembah", tetapi karena dosa, manusia justru lebih memilih sesuatu yang jauh lebih rendah.
Allah, sebagai Pencipta yang terpuji selama-lamanya, adalah satu-satunya yang layak menerima penyembahan kita. Ketika kita menyembah ciptaan, kita merendahkan Allah dan memuliakan sesuatu yang tidak memiliki kuasa untuk menyelamatkan.
3. Implikasi Teologi Reformed dalam Roma 1:25
1. Natur Dosa dan Ketidakmampuan Manusia
Roma 1:25 menegaskan bahwa dosa bukan hanya tentang pelanggaran hukum moral, tetapi tentang pemberontakan terhadap Allah. Manusia tidak sekadar melakukan dosa—ia hidup dalam keadaan dosa yang membuatnya tidak mampu mengenal Allah tanpa anugerah-Nya (Efesus 2:1-3).
2. Perlunya Injil yang Murni
Karena manusia telah menukar kebenaran dengan kebohongan, satu-satunya solusi adalah memberitakan Injil dengan setia. Gereja harus tetap berpegang teguh pada kebenaran Allah dan menolak segala bentuk kompromi dengan kebohongan dunia.
3. Penyembahan Sejati Hanya bagi Allah
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menyembah Allah dengan segenap hati dan menjauhi segala bentuk penyembahan berhala, baik yang eksplisit maupun yang tersembunyi dalam budaya modern kita.
Kesimpulan
Roma 1:25 adalah teguran keras bagi manusia yang menolak Allah dan memilih kebohongan. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini mengajarkan bahwa:
- Manusia secara aktif menolak Allah dan menggantikannya dengan kebohongan.
- Dosa bukan hanya kesalahan moral, tetapi pemberontakan terhadap Sang Pencipta.
- Tanpa anugerah Allah, manusia tidak dapat mengenal kebenaran yang sejati.
- Gereja harus tetap setia kepada Injil dan melawan segala bentuk penyembahan berhala modern.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam penyembahan yang sejati, menghormati Sang Pencipta yang terpuji selama-lamanya. Amin!
Soli Deo Gloria!