Roma 1:28: Pikiran yang Bobrok dan Penghakiman Allah

Pendahuluan
Roma 1:28 adalah bagian dari pengajaran Rasul Paulus yang menjelaskan dampak dari penolakan manusia terhadap Allah. Ayat ini menyoroti bagaimana Allah menyerahkan mereka kepada pikiran yang bobrok, sebagai akibat dari keengganan mereka untuk mengakui kebenaran-Nya.
Ayat ini berbunyi:
"Karena mereka tidak mau mengakui Allah, maka Allah menyerahkan kepada mereka pikiran-pikiran yang bobrok untuk melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan." (Roma 1:28, AYT)
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna teologis ayat ini dalam perspektif Reformed, melihat konteks historisnya, serta bagaimana kita bisa menerapkannya dalam kehidupan Kristen masa kini.
I. Konteks Historis dan Latar Belakang Roma 1
Surat Roma ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, sekitar tahun 57-58 M. Surat ini dianggap sebagai penjelasan sistematis tentang Injil dan doktrin keselamatan.
Dalam Roma 1:18-32, Paulus menjelaskan bagaimana manusia secara sadar menolak Allah, meskipun pengetahuan tentang Dia telah dinyatakan melalui ciptaan (ayat 19-20).
- Roma 1:18-23 – Manusia menukar kemuliaan Allah dengan berhala.
- Roma 1:24-27 – Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang tidak wajar.
- Roma 1:28 – Allah menyerahkan mereka kepada pikiran yang bobrok, yang menghasilkan perbuatan-perbuatan yang melawan kehendak-Nya.
Ayat ini menegaskan bahwa ketika manusia terus-menerus menolak Allah, Allah membiarkan mereka mengalami akibat dari pemberontakan mereka sendiri.
II. Eksposisi Roma 1:28 dalam Perspektif Teologi Reformed
1. "Karena mereka tidak mau mengakui Allah"
Bagian ini menunjukkan bahwa penyebab utama dari kehancuran moral manusia adalah penolakan terhadap Allah.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menjelaskan bahwa:
"Manusia dalam natur dosanya tidak hanya menjauh dari Allah, tetapi juga berusaha untuk menghapus keberadaan-Nya dari pikirannya."
Dari perspektif Reformed, ini berkaitan dengan doktrin kehancuran total (Total Depravity) dalam Lima Poin Calvinisme (TULIP).
- Manusia secara alami menolak Allah dan tidak ingin tunduk kepada-Nya.
- Hati manusia telah diperbudak oleh dosa dan tidak bisa mencari Allah dengan kemampuannya sendiri (Roma 3:10-11).
2. "Maka Allah menyerahkan kepada mereka..."
Frasa ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya membiarkan manusia dalam dosa, tetapi juga "menyerahkan" mereka kepada konsekuensi dari dosa itu sendiri.
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa:
"Salah satu bentuk penghakiman Allah yang paling mengerikan adalah ketika Dia membiarkan manusia berjalan dalam kebebalannya sendiri, tanpa ada batasan ilahi."
Dalam teologi Reformed, ini berkaitan dengan penghakiman Allah yang bersifat pasif, di mana Allah tidak perlu langsung menghukum, tetapi cukup membiarkan manusia menanggung akibat dari dosa mereka sendiri.
3. "Pikiran-pikiran yang bobrok"
Kata "bobrok" dalam bahasa Yunani adalah adokimos, yang berarti "tidak layak", "tercela", atau "tidak dapat membedakan yang benar dan salah."
John MacArthur dalam komentarnya menulis:
"Pikiran yang bobrok adalah pikiran yang telah kehilangan kemampuannya untuk membedakan kebenaran dan kesalahan, karena telah begitu jauh dari standar moral Allah."
Ini mengajarkan bahwa dosa tidak hanya mempengaruhi perbuatan manusia, tetapi juga cara berpikir mereka.
Dalam perspektif Reformed:
- Dosa tidak hanya mencemari hati, tetapi juga akal budi manusia.
- Tanpa anugerah Allah, manusia tidak bisa berpikir dengan benar tentang kebenaran ilahi.
Efesus 4:18 juga menyebutkan bahwa pikiran orang berdosa menjadi gelap dan terasing dari kehidupan Allah.
4. "Melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan"
Frasa ini menegaskan bahwa pikiran yang bobrok selalu menghasilkan perbuatan yang jahat.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa:
"Keputusan moral seseorang bukanlah hasil dari kebebasan sejati, tetapi refleksi dari kondisi hatinya yang telah diperbudak oleh dosa."
Dari perspektif Reformed, ini menunjukkan bahwa perbuatan dosa bukanlah sekadar "kesalahan" manusia, tetapi adalah konsekuensi dari hati yang telah dirusak oleh dosa.
III. Makna Teologis Roma 1:28 dalam Teologi Reformed
1. Konsep Penghakiman Allah yang Bersifat Pasif
Allah tidak selalu menghukum manusia secara langsung, tetapi bisa membiarkan mereka tenggelam dalam dosa mereka sebagai bentuk penghakiman.
- Mazmur 81:12 – "Aku membiarkan mereka mengikuti kedegilan hatinya sendiri."
- Hosea 4:17 – "Efraim telah berpaut kepada berhala-berhala, biarkanlah dia!"
2. Manusia Tidak Bisa Diselamatkan oleh Dirinya Sendiri
Teologi Reformed menekankan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak memiliki harapan untuk kembali kepada-Nya.
- Roma 8:7 – "Pikiran yang dikuasai oleh daging adalah musuh Allah."
- Efesus 2:1 – "Kamu dahulu mati karena pelanggaran dan dosa-dosamu."
Ini menunjukkan bahwa hanya Allah yang bisa membebaskan manusia dari kehancuran total akibat dosa.
3. Anugerah Allah Adalah Satu-Satunya Harapan
Meskipun Allah bisa "menyerahkan" manusia kepada dosa mereka, Dia juga menyediakan jalan keluar melalui Yesus Kristus.
Efesus 2:4-5 berkata:
"Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan."
IV. Penerapan Roma 1:28 dalam Kehidupan Kristen
1. Berhati-hati terhadap Penolakan terhadap Kebenaran
Kita harus hidup dalam ketundukan kepada firman Tuhan, agar tidak jatuh ke dalam pikiran yang bobrok.
Yakobus 1:22 berkata:
"Jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja, sebab jika tidak, kamu menipu diri sendiri."
2. Mengandalkan Roh Kudus untuk Memperbarui Pikiran
Sebagai orang percaya, kita harus meminta Roh Kudus untuk memperbarui pikiran kita agar tetap berjalan dalam kebenaran.
Roma 12:2 berkata:
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu."
3. Mewartakan Injil kepada Dunia yang Terhilang
Mereka yang telah diserahkan kepada pikiran yang bobrok masih memiliki harapan dalam Injil. Kita harus memberitakan kabar baik tentang Kristus kepada dunia yang sedang tersesat.
2 Korintus 4:6 berkata:
"Sebab Allah yang telah berfirman, ‘Dari dalam gelap akan terbit terang!’, Dia juga yang telah membuat terang-Nya bercahaya dalam hati kita."
Kesimpulan
Roma 1:28 adalah peringatan serius tentang akibat dari menolak Allah. Dalam perspektif teologi Reformed, kita memahami bahwa:
- Penolakan terhadap Allah menyebabkan penghakiman moral dan intelektual.
- Dosa mencemari bukan hanya perbuatan manusia, tetapi juga pikirannya.
- Hanya anugerah Allah yang bisa membebaskan manusia dari pikiran yang bobrok.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, menghindari cara berpikir dunia yang sesat, dan menyebarkan Injil sebagai satu-satunya harapan bagi dunia yang terhilang.
"Kiranya kita tetap teguh dalam kebenaran dan hidup dalam pembaruan pikiran oleh anugerah Kristus."