Apakah Kristus Bisa Berbuat Dosa?

Apakah Kristus Bisa Berbuat Dosa?

Pendahuluan

Salah satu pertanyaan teologis yang sering muncul dalam diskusi tentang natur Kristus adalah: Apakah mungkin bagi Kristus untuk berbuat dosa? Pertanyaan ini menyentuh inti doktrin Kristologi, khususnya terkait dengan sifat kemanusiaan dan keilahian-Nya.

Banyak teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan John Piper telah membahas masalah ini dari berbagai sudut pandang. Artikel ini akan mengupas argumen-argumen utama mengenai kemungkinan Kristus berbuat dosa (atau ketidakmungkinan-Nya berdosa) dalam terang Alkitab dan teologi Reformed.

I. Dua Natur Kristus: Keilahian dan Kemanusiaan

Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur dalam satu Pribadi—Ia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Yohanes 1:1 menegaskan keilahian-Nya:

"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."

Namun, Filipi 2:6-7 juga menunjukkan bahwa Kristus mengambil rupa manusia:

"Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia."

Di dalam pengertian ini, ada dua pertanyaan yang harus dijawab:

  1. Jika Kristus sepenuhnya manusia, apakah itu berarti Ia memiliki kemungkinan untuk berdosa?

  2. Jika Kristus sepenuhnya Allah, apakah keilahian-Nya membuat-Nya mustahil untuk berbuat dosa?

Teologi Reformed memegang doktrin anhypostasia dan enhypostasia, yang berarti bahwa kemanusiaan Kristus tidak memiliki keberadaan terpisah dari keilahian-Nya—dengan kata lain, Yesus tidak memiliki natur manusia yang independen dari natur ilahi-Nya. Ini berarti bahwa kemanusiaan-Nya tidak pernah eksis tanpa keilahian-Nya yang menopangnya.

II. Impeccability vs. Peccability: Apakah Kristus Bisa Berdosa?

Dalam diskusi teologi, ada dua pandangan utama tentang apakah Kristus bisa berdosa:

  1. Pandangan Peccability (Kristus dapat berdosa, tetapi tidak melakukannya)

  2. Pandangan Impeccability (Kristus tidak mungkin berdosa, karena Ia adalah Allah yang kudus dan sempurna)

Teolog Reformed umumnya berpihak pada impeccability, karena keilahian Kristus menjamin bahwa Ia tidak mungkin berdosa. Namun, ada argumen yang perlu ditelaah lebih lanjut.

1. Argumen untuk Peccability: Kristus sebagai Adam Kedua

Beberapa orang berpendapat bahwa jika Kristus benar-benar manusia, maka seharusnya Ia memiliki kemampuan untuk berdosa seperti Adam sebelum kejatuhan.

  • Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics berargumen bahwa Kristus memiliki kehendak manusia yang sejati, yang berarti secara teori, Ia memiliki kemungkinan untuk berdosa.

  • Louis Berkhof, di sisi lain, mengakui bahwa Kristus dicobai dengan nyata, dan pencobaan itu tidak akan berarti jika tidak ada kemungkinan dosa.

Matius 4:1-11 menunjukkan bahwa Yesus benar-benar mengalami pencobaan oleh Iblis:

"Lalu Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis." (Matius 4:1)

Jika pencobaan itu nyata, bukankah itu berarti Yesus mungkin bisa jatuh dalam dosa?

Namun, kelemahan dari pandangan ini adalah bahwa ia gagal memahami kesatuan natur Kristus. Meskipun Kristus memiliki kehendak manusia, kehendak ini tidak pernah bekerja terpisah dari kehendak ilahi-Nya. Oleh karena itu, meskipun pencobaan itu nyata, tidak ada kemungkinan bagi Kristus untuk berdosa.

2. Argumen untuk Impeccability: Keilahian Kristus yang Kudus

Para teolog Reformed yang menekankan impeccability berargumen bahwa karena Kristus adalah Allah, Ia tidak mungkin berdosa.

  • John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa natur ilahi Kristus tidak bisa berbuat dosa, karena Allah adalah kudus secara esensial dan tidak dapat dicemari oleh dosa.

  • R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa dosa adalah ketidaktaatan kepada kehendak Allah, dan karena Yesus adalah Allah, Ia tidak mungkin bertentangan dengan diri-Nya sendiri.

Ibrani 4:15 menyatakan:

"Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya, Ia telah dicobai dalam segala hal, sama seperti kita, tetapi Ia tidak berbuat dosa."

Kristus benar-benar dicobai, tetapi kodrat-Nya sebagai Allah memastikan bahwa Ia tidak dapat jatuh ke dalam dosa. Natur manusia-Nya tidak berdiri sendiri, melainkan dipersatukan dengan keilahian-Nya, yang membuat-Nya tidak bisa berdosa (impeccable).

III. Implikasi Teologis dari Ketidakmungkinan Kristus Berdosa

Jika Kristus tidak bisa berdosa, apakah itu membuat pencobaan-Nya tidak bermakna? Jawabannya adalah tidak. Berikut adalah beberapa implikasi dari impeccability Kristus:

  1. Kristus sebagai Adam Kedua yang Berhasil

    • Adam pertama gagal dalam pencobaan, tetapi Kristus menang (Roma 5:19).

    • Ketaatan Kristus adalah dasar dari keselamatan kita.

  2. Kemenangan Kristus atas Pencobaan Mengajarkan Kita

    • Kristus dicobai untuk menunjukkan kesetiaan-Nya sebagai manusia sejati.

    • Ia menang bukan karena dosa itu tidak nyata, tetapi karena kasih-Nya kepada Bapa lebih besar.

  3. Jaminan Keselamatan Kita dalam Kristus

    • Jika Kristus bisa berdosa, maka ada kemungkinan keselamatan kita bisa gagal.

    • Tetapi karena Ia tidak bisa berdosa, kita memiliki jaminan keselamatan yang pasti dalam Dia.

IV. Kesimpulan

Teologi Reformed secara konsisten mengajarkan bahwa Kristus tidak mungkin berdosa (impeccable), karena natur ilahi-Nya tidak dapat berdosa. Meskipun Ia benar-benar manusia dan mengalami pencobaan, kehendak-Nya yang manusiawi tidak pernah beroperasi secara independen dari keilahian-Nya.

Ketidakmungkinan Kristus untuk berdosa bukan berarti pencobaan-Nya tidak nyata, tetapi justru membuktikan kemenangan-Nya atas dosa dan Iblis. Karena Kristus tidak berdosa, Ia mampu menjadi Juruselamat yang sempurna, yang membawa kita kepada keselamatan yang kekal.

Sebagaimana dikatakan dalam 2 Korintus 5:21:

"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah."

Aplikasi bagi Kita:

  • Percayalah bahwa keselamatan kita terjamin dalam Kristus yang tidak berdosa.

  • Hadapilah pencobaan dengan mengandalkan Tuhan, sebagaimana Kristus melawan Iblis dengan Firman Allah.

  • Bersyukurlah bahwa kita memiliki Imam Besar yang memahami pergumulan kita, tetapi yang juga kudus dan sempurna.

Next Post Previous Post