Efesus 4:5: Satu Tuhan, Satu Iman, dan Satu Baptisan

Efesus 4:5: Satu Tuhan, Satu Iman, dan Satu Baptisan

Pendahuluan

Efesus 4:5 adalah salah satu ayat yang menegaskan kesatuan dalam tubuh Kristus. Ayat ini berbunyi:

“Satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan.” (Efesus 4:5, AYT)

Dalam ayat ini, Rasul Paulus menyoroti tiga elemen penting dari iman Kristen: satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan. Ini adalah bagian dari seruan Paulus kepada jemaat di Efesus untuk hidup dalam kesatuan yang telah diberikan oleh Allah melalui Roh Kudus.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksposisi ayat ini berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan mengacu pada pemikiran para teolog besar seperti John Calvin, Charles Hodge, dan Herman Bavinck. Kita juga akan membahas implikasi dari ayat ini bagi kehidupan Kristen dan gereja masa kini.

Konteks Efesus 4:5

Pasal 4 dari surat Efesus adalah bagian di mana Paulus berbicara tentang panggilan gereja untuk hidup dalam kesatuan. Dalam Efesus 4:1-3, Paulus menasihati jemaat untuk hidup dengan rendah hati, lemah lembut, dan sabar, serta memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera.

Dalam ayat 4-6, Paulus menjelaskan dasar dari kesatuan ini, yaitu:

  • Satu tubuh (gereja)

  • Satu Roh (Roh Kudus)

  • Satu pengharapan (keselamatan dalam Kristus)

  • Satu Tuhan

  • Satu iman

  • Satu baptisan

  • Satu Allah dan Bapa dari semua

Efesus 4:5 adalah bagian dari daftar ini, yang menyoroti kesatuan dalam otoritas (satu Tuhan), kesatuan dalam doktrin (satu iman), dan kesatuan dalam sakramen (satu baptisan).

Eksposisi Efesus 4:5 dalam Teologi Reformed

1. “Satu Tuhan” – Kesatuan dalam Otoritas Kristus

Frasa “satu Tuhan” merujuk pada Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala gereja. Paulus menegaskan bahwa hanya ada satu Tuhan, yang adalah pusat iman Kristen.

John Calvin: Kristus sebagai Kepala Gereja

John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan kepala gereja. Ia menolak gagasan otoritas manusia di atas gereja, seperti yang terlihat dalam sistem kepausan. Menurut Calvin, kesatuan gereja hanya dapat terjaga ketika setiap anggota tunduk kepada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Raja.

Calvin juga menekankan bahwa iman Kristen tidak boleh terpecah oleh pemimpin manusia atau tradisi gerejawi yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Gereja yang sejati adalah gereja yang tunduk pada otoritas Yesus Kristus dan Firman-Nya.

Charles Hodge: Satu Tuhan sebagai Dasar Kesatuan Gereja

Charles Hodge dalam Commentary on Ephesians menjelaskan bahwa frasa “satu Tuhan” mengacu pada Kristus sebagai Tuhan atas seluruh gereja. Menurut Hodge, gereja-gereja lokal mungkin berbeda dalam tradisi atau budaya, tetapi kesatuan mereka ada dalam pengakuan bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat.

Hodge juga menekankan bahwa perpecahan gereja sering terjadi ketika manusia mencoba menggantikan otoritas Tuhan dengan otoritas mereka sendiri. Kesatuan sejati hanya bisa terjadi jika gereja tetap berpegang pada Kristus sebagai satu-satunya kepala dan otoritas tertinggi.

2. “Satu Iman” – Kesatuan dalam Kebenaran Injil

Frasa “satu iman” menekankan bahwa hanya ada satu Injil yang benar. Ini berarti iman Kristen tidak boleh dikaburkan oleh ajaran-ajaran palsu atau doktrin yang bertentangan dengan kebenaran Alkitab.

John Calvin: Iman yang Berpusat pada Kristus

Calvin menekankan bahwa iman yang sejati adalah iman yang berakar dalam kebenaran Injil dan pekerjaan Kristus di kayu salib. Menurut Calvin, ada banyak ajaran yang mengaku sebagai bagian dari Kekristenan, tetapi hanya iman yang benar yang membawa keselamatan.

Ia juga menegaskan bahwa gereja harus menjaga kemurnian ajaran dan menolak ajaran sesat yang mencoba mengubah Injil. Kesatuan gereja bukan hanya sekadar kesatuan dalam organisasi, tetapi kesatuan dalam pengakuan akan Injil yang sejati.

Herman Bavinck: Iman Sebagai Dasar Keselamatan

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa iman Kristen adalah satu karena berasal dari Allah yang satu. Menurutnya, iman yang sejati selalu berpusat pada Kristus, kasih karunia, dan karya keselamatan yang dinyatakan dalam Alkitab.

Bavinck juga menyoroti bahwa perbedaan denominasi bukanlah hal yang utama, selama mereka tetap memiliki iman yang sama dalam Kristus. Ia mengingatkan bahwa kesatuan dalam iman bukan berarti keseragaman dalam hal-hal sekunder, tetapi kesatuan dalam doktrin keselamatan yang sejati.

3. “Satu Baptisan” – Kesatuan dalam Sakramen Gereja

Frasa “satu baptisan” mengacu pada baptisan sebagai tanda masuknya seseorang ke dalam tubuh Kristus. Baptisan adalah sakramen yang melambangkan persatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya (Roma 6:3-4).

John Calvin: Baptisan Sebagai Meterai Kesatuan Gereja

Calvin mengajarkan bahwa baptisan adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Baptisan menandakan bahwa seseorang telah menjadi bagian dari tubuh Kristus dan harus hidup dalam persekutuan dengan gereja-Nya.

Calvin juga menegaskan bahwa baptisan yang sah adalah baptisan yang dilakukan dalam nama Tritunggal (Matius 28:19). Ia menolak baptisan ulang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak mengakui ajaran Tritunggal.

Charles Hodge: Baptisan Sebagai Tanda Kasih Karunia Allah

Hodge menyoroti bahwa baptisan bukanlah sarana keselamatan, tetapi tanda dan meterai dari keselamatan yang telah diberikan oleh Allah. Baptisan bukan hanya ritual eksternal, tetapi melambangkan kesatuan orang percaya dalam tubuh Kristus.

Menurut Hodge, perbedaan praktik baptisan (percik, selam, baptisan bayi, atau baptisan dewasa) tidak boleh menjadi penyebab utama perpecahan gereja. Yang terpenting adalah makna rohani dari baptisan itu sendiri, yaitu kesatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya.

Aplikasi Efesus 4:5 dalam Kehidupan Kristen

Dari eksposisi di atas, ada beberapa aplikasi penting yang bisa kita ambil dari Efesus 4:5:

1. Mengakui Kristus Sebagai Satu-Satunya Tuhan

Setiap orang percaya harus hidup di bawah otoritas Kristus dan menjadikan Dia sebagai pusat kehidupan. Ini berarti kita harus taat pada Firman Tuhan dan menolak ajaran atau pemimpin yang mencoba mengambil tempat Kristus sebagai kepala gereja.

2. Menjaga Kesatuan dalam Iman yang Sejati

Kesatuan gereja bukan berarti mengabaikan doktrin, tetapi berpegang teguh pada Injil yang benar. Kita harus menjaga kemurnian ajaran dan menghindari kompromi dengan ajaran sesat.

3. Memahami Baptisan Sebagai Tanda Kesatuan dengan Kristus

Baptisan adalah simbol dari kesatuan kita dengan Kristus dan tubuh-Nya. Ini mengingatkan kita untuk hidup dalam komunitas orang percaya dan menjaga kesatuan dalam gereja.

Kesimpulan

Efesus 4:5 menegaskan bahwa kesatuan gereja didasarkan pada satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan. Dalam perspektif teologi Reformed, kesatuan ini adalah karya Allah, bukan buatan manusia.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjaga kesatuan ini dengan tetap berpegang pada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, Injil sebagai satu-satunya kebenaran, dan baptisan sebagai tanda kesatuan dengan tubuh Kristus. Dengan demikian, kita bisa hidup dalam kesatuan yang memuliakan Allah dan menyaksikan Injil kepada dunia.

Next Post Previous Post