Galatia 3:6: Iman Abraham dan Pembenaran

Galatia 3:6: Iman Abraham dan Pembenaran

 “Sama seperti Abraham yang percaya kepada Allah sehingga hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” (Galatia 3:6, AYT)

Pendahuluan

Galatia 3:6 merupakan ayat kunci dalam doktrin pembenaran oleh iman, sebuah tema utama dalam teologi Reformed dan inti dari Reformasi Protestan. Ayat ini mengutip Kejadian 15:6, di mana Abraham “percaya kepada Allah, dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” Rasul Paulus menggunakannya untuk menegaskan bahwa pembenaran bukan karena perbuatan hukum Taurat, tetapi semata-mata oleh iman.

Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi Galatia 3:6 secara mendalam melalui lensa para teolog Reformed seperti John Calvin, Martin Luther, R.C. Sproul, John Piper, dan Michael Horton. Kita akan membahas latar belakang historis, konteks teologis, serta aplikasinya dalam kehidupan Kristen masa kini. Artikel ini ditujukan untuk memberi pemahaman yang kaya dan mendalam bagi siapa saja yang ingin menyelami kekayaan teologi pembenaran oleh iman seperti yang diajarkan dalam Kitab Suci.

I. Latar Belakang Kitab Galatia

Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus untuk melawan pengaruh kelompok Yudaisme yang mencoba memaksakan hukum Taurat, khususnya sunat, kepada jemaat non-Yahudi. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa keselamatan tidak diperoleh melalui perbuatan hukum, melainkan melalui iman kepada Yesus Kristus.

Galatia 3 adalah inti argumen Paulus, dan ayat 6 menjadi referensi utama untuk menunjukkan bahwa pembenaran oleh iman bukanlah hal baru, tetapi sudah dimulai sejak zaman Abraham, jauh sebelum hukum Taurat diberikan.

II. Eksposisi Teks: Galatia 3:6

Frasa kunci:

“Sama seperti Abraham yang percaya kepada Allah sehingga hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.”

A. “Abraham percaya kepada Allah...”

  • Kata “percaya” (Yunani: episteusen) berarti menaruh kepercayaan penuh, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan janji-Nya.

  • Ini bukan sekadar kepercayaan intelektual, tetapi iman aktif dan pribadi.

B. “...diperhitungkan sebagai kebenaran.”

  • “Diperhitungkan” (Yunani: elogisthe) berarti diperhitungkan, ditetapkan, atau dianggap.

  • Ini adalah istilah legal—digunakan untuk menunjukkan status yang diberikan, bukan diperoleh.

  • “Kebenaran” (Yunani: dikaiosunē) berarti posisi benar di hadapan Allah, bukan karena kebaikan pribadi, tetapi karena diperhitungkan berdasarkan iman.

III. Pandangan Teolog Reformed

1. John Calvin: Iman Sebagai Alat Pembenaran

Calvin menekankan bahwa iman adalah saluran (instrumentum) yang dipakai Allah untuk mentransfer kebenaran Kristus kepada orang percaya. Dalam komentarnya tentang Galatia 3:6, ia berkata:

“Abraham tidak dibenarkan oleh perbuatan, tetapi oleh iman. Pembenaran adalah anugerah semata, dan iman hanyalah tangan kosong yang menerima kebenaran dari Kristus.”

Calvin juga menegaskan bahwa iman bukanlah jasa atau kebaikan itu sendiri. Iman tidak menyelamatkan karena kualitasnya, tetapi karena objeknya: Kristus.

2. Martin Luther: Pembenaran oleh Iman Saja (Sola Fide)

Luther melihat Galatia sebagai surat paling penting setelah Roma. Ia menulis:

“Ini adalah ayat yang menumbangkan semua klaim keselamatan oleh perbuatan. Abraham dibenarkan bukan oleh sunat, bukan oleh hukum, tetapi oleh iman!”

Luther menyebut ayat ini sebagai “landasan keselamatan Kristen”, karena menegaskan bahwa keselamatan adalah pemberian, bukan prestasi.

3. R.C. Sproul: Imputasi Kebenaran

Sproul menekankan bahwa pembenaran bukanlah transformasi batiniah, melainkan imputasi (pemberian) status hukum. Ia menjelaskan:

“Iman bukan yang membuat kita benar, tetapi sarana di mana kebenaran Kristus diberikan kepada kita. Sama seperti Abraham, kita dibenarkan karena kebenaran orang lain—yakni Kristus—diperhitungkan kepada kita.”

Sproul juga mengkritik kesalahpahaman umum bahwa Allah “menganggap kita benar” karena melihat iman kita sebagai kebaikan. Dalam teologi Reformed, kebenaran itu berasal dari Kristus, bukan dari iman kita itu sendiri.

4. John Piper: Iman Sebagai Menyukai Allah

Piper menafsirkan bahwa iman Abraham bukan hanya percaya bahwa Allah itu ada, tetapi menikmati Allah sebagai harta terbesar.

“Iman yang menyelamatkan adalah iman yang mengatakan: ‘Allah cukup. Janji-Nya cukup. Saya tidak butuh apa pun selain Dia.’”

Bagi Piper, iman adalah penyandaran diri sepenuhnya kepada karakter dan janji Allah, dan ini adalah dasar dari pembenaran.

5. Michael Horton: Perbedaan Pembenaran dan Pengudusan

Horton menggarisbawahi pentingnya membedakan pembenaran (justification) dan pengudusan (sanctification). Dalam Galatia 3:6, ia menjelaskan bahwa:

“Abraham dibenarkan bukan karena apa yang ia lakukan, tetapi karena ia percaya kepada janji. Ini mendemonstrasikan bahwa keselamatan sejak awal adalah oleh anugerah.”

Ia memperingatkan terhadap pengaburan batas antara iman dan ketaatan sebagai dasar pembenaran, sesuatu yang ditolak oleh teologi Reformed.

IV. Konteks Historis Abraham: Kejadian 15:6

Galatia 3:6 mengacu pada Kejadian 15:6, di mana Allah menjanjikan keturunan kepada Abraham, meskipun ia belum memiliki anak.

Iman Abraham bukan iman yang kosong, tetapi iman terhadap janji spesifik dari Allah—janji mengenai Mesias yang akan datang melalui keturunannya. Ini adalah contoh nyata iman kepada janji keselamatan, bukan iman umum.

V. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen

A. Menolak Keselamatan Berdasarkan Usaha

Galatia 3:6 adalah peringatan keras terhadap segala bentuk legalisme—baik dalam bentuk ketaatan kepada hukum Taurat, peraturan gereja, atau usaha pribadi untuk mendapatkan keselamatan.

Keselamatan tidak diperoleh karena:

  • Kita rajin beribadah.

  • Kita melakukan pelayanan.

  • Kita hidup bermoral.

Tetapi semata-mata karena iman dalam Kristus.

B. Menghidupi Iman Seperti Abraham

Iman Abraham bukan pasif. Ia:

  • Percaya sekalipun belum melihat.

  • Taat walaupun tidak mengerti.

  • Mengandalkan janji Allah meskipun tampaknya mustahil.

Ini adalah teladan iman yang menjadi model bagi orang percaya sepanjang zaman.

C. Menyadari Bahwa Pembenaran Adalah Status, Bukan Proses

Banyak orang Kristen bingung antara pembenaran dan pengudusan. Galatia 3:6 menegaskan:

  • Pembenaran adalah satu kali untuk selamanya.

  • Pengudusan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.

Kita tidak menjadi lebih dibenarkan karena kita hidup lebih suci. Kita dibenarkan penuh sejak awal ketika kita percaya.

Kesimpulan: Pembenaran oleh Iman – Harta Terbesar Orang Percaya

Galatia 3:6 menegaskan bahwa iman adalah alat pembenaran, dan Kristus adalah dasar pembenaran. Sama seperti Abraham, kita dibenarkan ketika kita mempercayai Allah dan janji-Nya, bukan ketika kita cukup baik untuk diterima-Nya.

Teologi Reformed menjadikan doktrin ini sebagai pusat iman Kristen, karena:

  • Menegakkan kemuliaan Allah.

  • Menekankan keselamatan oleh anugerah.

  • Meninggikan salib Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

Next Post Previous Post