Ibrani 5:1: Peran Imam Besar

Pendahuluan
Salah satu aspek penting dalam teologi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah konsep tentang imam besar. Dalam kitab Ibrani, khususnya Ibrani 5:1, penulis memberikan pengajaran mendalam tentang peran imam besar sebagai mediator antara Allah dan manusia. Ayat ini menjadi kunci untuk memahami keunikan imamat Kristus dibandingkan dengan sistem imamat dalam Perjanjian Lama.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna Ibrani 5:1 dalam terang pandangan teologi Reformed, serta kontribusi dari beberapa pakar seperti John Calvin, R.C. Sproul, William Lane, dan Herman Ridderbos.
Teks Ibrani 5:1 (AYT)
"Setiap imam besar, yang diambil dari antara manusia, ditetapkan untuk manusia dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan Allah supaya ia mempersembahkan persembahan dan kurban untuk dosa." (Ibrani 5:1, AYT)
Konteks Kitab Ibrani
Kitab Ibrani ditulis untuk orang-orang Yahudi Kristen yang mengalami pergumulan iman, godaan untuk kembali kepada sistem ibadah lama, dan kebingungan tentang siapa Kristus dalam rencana keselamatan Allah. Oleh karena itu, penulis Ibrani berusaha menegaskan supremasi Kristus atas segala hal — termasuk sebagai Imam Besar yang sempurna.
Teologi Reformed melihat bahwa kitab Ibrani menempatkan Yesus sebagai pemenuhan dan penggenapan dari seluruh sistem simbolik Perjanjian Lama, termasuk peran imam besar.
Eksposisi Ayat Ibrani 5:1
1. "Setiap imam besar, yang diambil dari antara manusia"
John Calvin dalam Commentaries on the Epistle to the Hebrews menegaskan bahwa bagian ini menunjukkan bahwa imam besar haruslah manusia — bukan malaikat atau makhluk ilahi — agar bisa mewakili manusia di hadapan Allah.
Mengapa harus manusia? Karena hanya manusia yang dapat berempati terhadap kelemahan dan dosa manusia lainnya. Ini berkaitan erat dengan prinsip Reformed tentang inkarnasi Kristus, yaitu bahwa Dia menjadi manusia sepenuhnya agar dapat menjadi Imam Besar yang efektif.
R.C. Sproul menambahkan bahwa pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya mediator yang memahami kondisi manusia secara nyata — bukan secara teori, tetapi dari pengalaman hidup sebagai manusia.
2. "Ditugaskan untuk manusia dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan Allah"
William Lane dalam komentarnya atas kitab Ibrani menjelaskan bahwa tugas imam besar bukan hanya berurusan dengan ritual lahiriah, tetapi mewakili umat dalam urusan terdalam dan terpenting — yaitu rekonsiliasi dengan Allah.
Dalam sistem Perjanjian Lama, imam besar memasuki ruang Maha Kudus sekali setahun untuk mempersembahkan korban penghapus dosa umat (Imamat 16). Hal ini merupakan gambaran dari pelayanan Kristus yang menjadi pengantara antara Allah yang kudus dengan manusia berdosa.
Teologi Reformed menekankan bahwa peran Kristus sebagai Imam Besar bukan hanya simbolik, tetapi real dan final. Kristus tidak hanya mempersembahkan korban — Dia sendiri menjadi korban itu.
3. "Supaya ia mempersembahkan persembahan dan kurban untuk dosa"
Dalam sistem Perjanjian Lama, imam mempersembahkan korban binatang sebagai simbol pengampunan dosa. Namun, menurut Herman Ridderbos, ini hanyalah bayangan dari korban yang sempurna yaitu Yesus Kristus.
Kurban yang dipersembahkan oleh para imam Perjanjian Lama tidak mampu menghapus dosa secara tuntas (lihat Ibrani 10:4). Oleh karena itu, pelayanan imam besar dalam Perjanjian Lama bersifat sementara dan menunjuk kepada karya Kristus yang sempurna.
R.C. Sproul menegaskan bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib bersifat once for all — satu kali untuk selama-lamanya — menggenapi sistem korban Perjanjian Lama secara tuntas dan final.
Tema Teologi Reformed dalam Ibrani 5:1
1. Mediator yang Inkarnasional
Prinsip Reformed sangat menekankan bahwa Kristus sebagai Imam Besar sejati haruslah manusia sepenuhnya. Ini berkaitan dengan prinsip incarnational mediation — hanya manusia yang bisa mewakili manusia.
John Calvin menulis, "Karena kita adalah manusia yang penuh kelemahan, Allah telah menyediakan bagi kita seorang Imam Besar yang mengenakan natur kita, untuk merasakan penderitaan kita."
2. Pengorbanan yang Efektif dan Final
Berbeda dengan korban binatang dalam Perjanjian Lama yang bersifat sementara, pengorbanan Kristus bersifat sempurna.
William Lane menyatakan bahwa tindakan Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban menegaskan bahwa tidak ada lagi korban tambahan yang diperlukan untuk pengampunan dosa.
Ini berkaitan dengan doktrin Reformed tentang Sufficient and Efficient Atonement — bahwa pengorbanan Kristus cukup untuk menebus dosa umat pilihan Allah secara efektif.
3. Imamat Kristus dan Persembahan Diri
Imamat Kristus bukan hanya berkaitan dengan tindakan liturgis, tetapi melibatkan pengorbanan total diri-Nya untuk keselamatan umat.
R.C. Sproul menekankan bahwa Kristus bukan hanya Imam yang mempersembahkan korban, tetapi sekaligus adalah korban itu sendiri. Ini adalah aspek unik dalam teologi Reformed.
Aplikasi Praktis bagi Kehidupan Kristen
1. Jaminan Pengampunan Dosa
Karena Kristus telah menjadi Imam Besar kita, kita memiliki kepastian pengampunan dosa bukan berdasarkan perbuatan baik, tetapi berdasarkan karya-Nya yang sempurna di salib.
Ini menjadi dasar kehidupan Kristen yang penuh pengharapan dan keyakinan akan kasih karunia Allah.
2. Kehidupan Doa yang Berani
Karena kita memiliki Imam Besar yang mengerti kelemahan kita, kita dapat datang ke hadirat Allah dengan penuh keberanian (Ibrani 4:16).
Herman Ridderbos menyatakan bahwa pelayanan Kristus sebagai Imam Besar menghapuskan rasa takut dalam relasi kita dengan Allah. Kita tidak perlu lagi perantara manusia, sebab Kristus sendiri menjadi perantara kita.
3. Meneladani Kristus dalam Pengabdian
Pelayanan Kristus sebagai Imam Besar mengajarkan kita tentang pengabdian total dalam pelayanan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi "imamat yang rajani" (1 Petrus 2:9) — mempersembahkan diri kita sebagai korban yang hidup bagi Allah (Roma 12:1).
Kesimpulan
Ibrani 5:1 menegaskan peran Imam Besar sebagai mediator antara Allah dan manusia. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini memperlihatkan:
-
Bahwa imam besar haruslah manusia sepenuhnya untuk mewakili umat.
-
Bahwa pelayanan imam besar berfokus pada rekonsiliasi manusia dengan Allah melalui pengorbanan.
-
Bahwa Kristus adalah pemenuhan sempurna dari sistem imamat Perjanjian Lama.
Pelayanan Kristus sebagai Imam Besar memberikan jaminan pengampunan dosa, akses langsung kepada Allah, dan teladan pengabdian dalam kehidupan Kristen.