Kabar Baik dari Keempat Injil: The Gospels

Pendahuluan
Dalam teologi Kristen, istilah "Injil" (Yunani: euangelion, artinya "kabar baik") merupakan inti dari keseluruhan pesan Alkitab. Namun secara khusus, "The Gospels" merujuk pada empat kitab pertama dalam Perjanjian Baru—Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes—yang masing-masing memberikan potret unik mengenai pribadi dan karya Yesus Kristus. Keempat Injil ini tidak hanya menyampaikan informasi historis tentang kehidupan Yesus, tetapi menjadi dasar pengajaran teologis Gereja sepanjang zaman.
Dalam pandangan teologi Reformed, keempat Injil tidak bertentangan satu sama lain, tetapi saling melengkapi. John Calvin, Herman Bavinck, dan D.A. Carson adalah beberapa dari sekian banyak teolog Reformed yang memberi kontribusi penting dalam memahami Injil dari sudut pandang Alkitabiah dan sistematis.
Artikel ini akan menyajikan eksposisi ayat dari keempat Injil, disertai pandangan para pakar teologi Reformed, dan menguraikan bagaimana keempat Injil itu menyatu dalam satu kesaksian tentang Yesus Kristus—Mesias yang dijanjikan, Tuhan yang berinkarnasi, dan Juruselamat umat manusia.
I. Injil Matius: Yesus sebagai Raja Mesianik
1. Fokus dan Tujuan
Matius menulis Injilnya terutama bagi orang Yahudi, menekankan pemenuhan nubuat Perjanjian Lama dalam pribadi Yesus. Oleh karena itu, kita melihat frasa “supaya genaplah” sangat sering muncul.
2. Eksposisi Kunci: Matius 1:1
“Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.”
John Calvin menyatakan bahwa Matius memulai Injilnya dengan mengaitkan Yesus kepada dua tokoh sentral dalam sejarah keselamatan—Abraham (bapa umat perjanjian) dan Daud (raja perjanjian). Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.
Menurut Herman Ridderbos, penyebutan “anak Daud” bukan sekadar genealogi, tetapi deklarasi teologis: Yesus adalah penggenap kerajaan Allah yang dijanjikan dalam 2 Samuel 7:12-16.
3. Ajaran Kerajaan Allah
Dalam pasal 5–7 (Khotbah di Bukit), Yesus menegaskan standar etika kerajaan Allah. Bagi teologi Reformed, ini bukan sekadar tuntutan moral, tetapi penyingkapan hukum Allah yang digenapi dalam dan oleh Yesus sendiri.
II. Injil Markus: Yesus sebagai Hamba yang Menderita
1. Injil yang Singkat dan Padat
Markus lebih ringkas dan langsung pada tindakan Yesus. Kata "segera" (euthys) sering muncul, menandakan pelayanan Yesus yang aktif dan penuh kuasa.
2. Eksposisi Kunci: Markus 10:45
“Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Menurut R.C. Sproul, ayat ini adalah “pusat teologis Injil Markus”—Yesus datang bukan sebagai pahlawan politis, tetapi sebagai Hamba Allah (Yesaya 53) yang memberikan nyawa-Nya untuk penebusan.
Dalam kerangka Reformed, ini adalah dasar dari doktrin penebusan terbatas (limited atonement)—Kristus mati bagi banyak orang, yakni umat pilihan-Nya.
III. Injil Lukas: Yesus sebagai Juruselamat bagi Semua Bangsa
1. Penekanan pada Kemanusiaan Kristus dan Kasih bagi Orang Berdosa
Lukas, seorang tabib dan penulis non-Yahudi, menulis kepada Teofilus dan khalayak luas untuk menunjukkan bahwa keselamatan dalam Kristus melampaui etnis Yahudi dan merangkul semua bangsa.
2. Eksposisi Kunci: Lukas 19:10
“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
John Owen melihat ayat ini sebagai ringkasan misi penebusan: inisiatif datang dari Kristus, objek penebusan adalah yang hilang, dan tujuannya adalah keselamatan yang sejati.
3. Injil untuk Orang Tertindas
Lukas menampilkan Yesus sebagai Mesias yang penuh kasih pada orang miskin, perempuan, dan mereka yang tersingkir secara sosial. Teologi Reformed tidak melihat ini sebagai agenda sosial kosong, tetapi ekspresi nyata kasih karunia ilahi yang merangkul semua jenis manusia dalam dosa mereka.
IV. Injil Yohanes: Yesus sebagai Anak Allah yang Kekal
1. Struktur dan Fokus
Tidak seperti Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas), Yohanes menekankan keilahian Yesus. Ia memilih tujuh mujizat dan tujuh pernyataan “Akulah” (ego eimi) untuk menunjukkan identitas ilahi Yesus.
2. Eksposisi Kunci: Yohanes 1:1–3
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia…”
Calvin menyatakan bahwa bagian ini menekankan pra-eksistensi Kristus sebagai Logos, Sang Firman, yang bukan hanya bersama dengan Allah tetapi adalah Allah sendiri. Ini adalah dasar Kristologi Reformed: Kristus adalah Allah sejati dan manusia sejati.
3. Penekanan pada Iman dan Hidup Kekal
Yohanes 20:31 mengungkap tujuan Injil ini:
“Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.”
Bagi B.B. Warfield, ini menunjukkan bahwa Injil bukan hanya untuk informasi, tetapi untuk transformasi melalui iman. Teologi Reformed menggarisbawahi bahwa iman itu sendiri adalah anugerah (Efesus 2:8-9), bukan hasil usaha manusia.
V. Kesatuan Empat Injil dalam Teologi Reformed
1. Injil Sebagai Kesaksian Ganda (atau Empat Kali Lipat)
Teologi Reformed menghargai perbedaan keempat Injil sebagai bentuk kesaksian yang sahih dan memperkaya. Irenaeus menyebut keempat Injil sebagai “Empat angin dari surga,” sedangkan Bavinck menulis bahwa keempat Injil menghadirkan “gambar wajah Kristus dari keempat penjuru dunia.”
2. Sola Scriptura dan Keempat Injil
Keempat Injil merupakan fondasi doktrin Kristologi dan Soteriologi Reformed. Mereka menyatakan:
-
Inkarnasi (Yohanes 1:14)
-
Kehidupan tanpa dosa (Ibrani 4:15; Matius 4)
-
Kematian sebagai penebusan (Markus 10:45)
-
Kebangkitan dan kuasa-Nya atas maut (Lukas 24; Yohanes 20)
3. Kabar Baik bagi Umat Pilihan
Dalam kerangka ordo salutis (urutan keselamatan), keempat Injil menggambarkan tahap awal—pemberitaan Kristus sebagai penggenapan janji keselamatan. Injil menjadi sarana panggilan efektif (effectual calling), yang oleh Roh Kudus menanamkan iman di hati umat pilihan.
VI. Aplikasi Praktis: Mewartakan dan Menghidupi Injil
1. Injil adalah Sentral dalam Pemberitaan Gereja
Menurut Martyn Lloyd-Jones, gereja yang tidak berpusat pada Injil bukanlah gereja sejati. Keempat Injil menunjukkan bahwa pewartaan Kristus harus menjadi isi utama dari khotbah dan pelayanan gereja.
2. Injil Menjadi Dasar Etika dan Disiplin
Yesus dalam Matius 5–7 memberikan prinsip hidup Kerajaan Allah. Teologi Reformed menekankan bahwa ketaatan bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi sebagai hasil dari keselamatan.
3. Injil Memanggil kepada Iman dan Pertobatan
Matius 4:17:
“Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!”
Pemberitaan Injil menuntut respons: iman yang aktif, bukan sekadar intelektual. Teologi Reformed menegaskan bahwa Roh Kudus bekerja secara efektif melalui Injil untuk membangkitkan iman sejati.
Kesimpulan
Keempat Injil memberikan satu kesaksian yang utuh, harmonis, dan menyeluruh tentang Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Dalam pandangan Reformed, Injil bukan sekadar dokumen sejarah atau narasi moral, tetapi pewahyuan ilahi tentang pribadi dan karya Yesus yang menebus umat pilihan-Nya.
Dengan memperhatikan eksposisi ayat dan pandangan para teolog seperti Calvin, Owen, Sproul, dan Bavinck, kita melihat bahwa:
-
Matius menekankan Yesus sebagai Raja Mesianik
-
Markus menampilkan-Nya sebagai Hamba yang Menderita
-
Lukas menunjukkan-Nya sebagai Juruselamat universal
-
Yohanes menegaskan keilahian-Nya sebagai Anak Allah
Semua Injil ini bersatu menyatakan satu Injil kekal yang adalah kabar baik bagi dunia yang berdosa. Sebagaimana Paulus berkata dalam Roma 1:16:
“Sebab aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya…”
Kiranya kita terus menghidupi, memberitakan, dan mengasihi Injil yang telah mengubah hidup kita. Soli Deo Gloria.