Keagungan Allah yang Tiada Banding

Pendahuluan
Dalam seluruh Alkitab, tidak ada pernyataan yang lebih memukau dan meneguhkan daripada "Allah tidak ada bandingnya." Kedaulatan, kemuliaan, dan keunikan Allah adalah pusat dari seluruh ajaran Kristen. Tema ini menjadi dasar penyembahan sejati, sumber penghiburan dalam penderitaan, serta pondasi penginjilan dan kekudusan hidup.
Di tengah dunia yang sering merelatifkan segala sesuatu—termasuk konsep tentang Allah—pengakuan akan keunikan dan ketidakterbandingan Allah menjadi doktrin yang sangat penting dan relevan. Artikel ini mengupas eksposisi topik ini melalui pendekatan teologis, biblika, dan praktis, dibangun di atas ajaran teologi Reformed klasik maupun kontemporer.
I. Definisi: Apa Arti “Incomparableness of God”?
Kata “incomparable” atau “tiada banding” dalam konteks teologi merujuk pada sifat Allah yang unik, transenden, dan tidak bisa dibandingkan dengan ciptaan-Nya. Allah tidak hanya berbeda secara derajat, tetapi secara hakikat dari segala sesuatu yang lain.
Herman Bavinck menulis:
“Allah tidak dapat diperbandingkan dengan apa pun juga, karena Ia adalah satu-satunya pribadi yang keberadaannya mutlak… segala sesuatu yang lain memiliki keberadaan dari-Nya.”
Dengan kata lain, ketiadaan bandingan bagi Allah bukanlah karena kita tidak tahu pembanding yang cocok, melainkan karena tidak ada yang cukup besar, cukup suci, cukup mulia untuk dibandingkan dengan-Nya.
II. Dasar Alkitabiah
Beberapa ayat utama yang menegaskan keunikan dan keagungan Allah antara lain:
1. Yesaya 40:18
“Dengan siapa kamu hendak menyamakan Allah, dan rupa apa yang akan kamu samakan dengan Dia?”
2. Keluaran 15:11
“Siapakah yang seperti Engkau di antara allah-allah, ya TUHAN, siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Nya, menakutkan karena perbuatan-Nya yang masyhur, Engkau yang melakukan keajaiban?”
3. Mazmur 86:8
“Tidak ada seperti Engkau di antara allah-allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat.”
4. Roma 11:33-36
“O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!”
Ayat-ayat ini menyatakan dengan kuat bahwa tidak ada makhluk, konsep, atau pengalaman yang sebanding dengan Allah.
III. Eksposisi Berdasarkan Atribut-Atribut Allah
Keunikan Allah terlihat dari atribut-atribut-Nya. Beberapa sifat Allah yang tidak dimiliki oleh makhluk mana pun:
1. Keberadaan-Nya yang Mutlak (Aseitas)
Allah tidak tergantung pada apa pun untuk keberadaan-Nya. John Frame menyebut ini sebagai sifat paling dasar dari keilahian.
2. Kemahatahuan (Omniscience)
Tidak ada yang tersembunyi dari Allah. R.C. Sproul menyebut bahwa pengetahuan Allah tidak pernah bertambah atau berkurang.
3. Kemahakuasaan (Omnipotence)
Tidak ada kuasa di luar atau di atas Allah. Ini menjadikan Dia satu-satunya objek penyembahan yang benar.
4. Kekudusan
Allah bukan hanya lebih baik dari makhluk, tetapi berbeda secara kualitas moral. Ia suci secara absolut.
5. Kedaulatan Mutlak
Tidak ada yang bisa menentang rencana Allah. Jonathan Edwards menyatakan bahwa Allah adalah penguasa tunggal alam semesta, dan semua hal tunduk pada kehendak-Nya.
IV. Perspektif Para Teolog Reformed
1. Jonathan Edwards
Dalam khotbahnya yang terkenal “The Excellency of Christ,” Edwards menunjukkan bagaimana Kristus sebagai Allah dan manusia adalah sintesis keagungan dan kerendahan yang tidak tertandingi. Allah begitu mulia sehingga pengenalan terhadap-Nya menghasilkan keheranan yang tidak pernah habis.
Edwards menulis:
“The more you know Him, the more excellent He appears.”
2. Herman Bavinck
Dalam “Gereformeerde Dogmatiek”, Bavinck menekankan bahwa semua atribut Allah adalah satu kesatuan yang tak terbagi, menunjukkan bahwa keagungan-Nya tidak bisa dipisah-pisahkan atau dikategorikan seperti sifat manusia.
“Setiap atribut-Nya adalah Allah sendiri.”
3. John Frame
Frame menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya standar absolut bagi kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Karena itu, hanya Allah yang layak dibandingkan dengan diri-Nya sendiri.
4. R.C. Sproul
Sproul sangat menekankan kekudusan Allah sebagai sifat utama yang menandai keunikan-Nya. Dalam bukunya The Holiness of God, ia menulis:
“Allah tidak hanya lebih besar dari kita, tetapi Ia sepenuhnya lain.”
5. John Piper
Piper memperkenalkan konsep “Christian Hedonism” yang menyatakan bahwa Allah dimuliakan ketika kita puas sepenuhnya di dalam-Nya. Karena hanya Allah yang tiada banding, hanya Dialah sumber sukacita tertinggi.
V. Konsekuensi Praktis dari Doktrin “Incomparableness of God”
1. Penyembahan yang Murni
Penyembahan kita tidak boleh berdasarkan emosi semata, tetapi pada pengakuan akan keunikan Allah. Ibadah Kristen sejati muncul dari hati yang kagum pada Allah yang tiada banding.
“Karena Allah begitu agung, penyembahan kita pun harus mencerminkan kekudusan dan kesungguhan,” — John MacArthur.
2. Penghiburan dalam Penderitaan
Karena Allah tiada banding, maka tidak ada kesulitan atau musuh yang lebih besar daripada Dia. Kita dapat yakin bahwa Ia berdaulat atas setiap penderitaan dan akan menggunakannya untuk kebaikan kita.
3. Motivasi untuk Kekudusan
Jika Allah begitu kudus dan mulia, maka umat-Nya pun dipanggil untuk hidup kudus. “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Ptr 1:16). Mengenal Allah yang tiada banding menanamkan rasa hormat dan takwa.
4. Ketaatan dalam Penginjilan
Allah yang tiada banding adalah berita Injil kita. Kita tidak memberitakan agama yang setara dengan agama lain, tetapi Allah yang hidup dan sejati yang tidak ada duanya.
VI. Tantangan Zaman Ini terhadap Keunikan Allah
1. Relativisme Agama
Dunia modern menganggap semua agama sama. Namun Alkitab menyatakan bahwa hanya ada satu Allah yang benar.
“Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, kecuali Aku tidak ada Allah.” (Yesaya 45:5)
2. Humanisme Sekuler
Humanisme memusatkan segala sesuatu pada manusia. Teologi Reformed menekankan bahwa Allah adalah pusat segala sesuatu, bukan manusia. Soli Deo Gloria!
3. Penyembahan Emosional tanpa Pengertian
Di banyak gereja modern, penyembahan dilakukan dengan emosi yang besar, tetapi seringkali kehilangan pengertian akan siapa Allah itu sebenarnya. Penyembahan yang sejati lahir dari pengenalan akan keagungan Allah.
VII. Pengakuan dan Doa Respons
Merenungkan ketidakterbandingan Allah seharusnya menuntun kita kepada penyembahan yang lebih dalam, pengharapan yang lebih besar, dan ketaatan yang lebih sungguh-sungguh.
“Ya Tuhan, tidak ada yang seperti Engkau. Tidak ada yang sebanding dengan-Mu. Engkaulah Allah yang layak menerima seluruh hidupku.”
VIII. Kesimpulan
Allah tiada banding. Ini bukan hanya pernyataan teologis, tapi inti dari iman Kristen. Dari penciptaan hingga keselamatan, dari penyembahan hingga kehidupan kekal, segalanya berpusat pada Dia yang tidak bisa dibandingkan dengan siapa atau apa pun.
Teologi Reformed mengajak kita untuk merenungkan kedalaman atribut Allah dan menjadikan pengenalan akan Dia sebagai sukacita dan tujuan utama hidup.