Matius 27:57: Kesaksian Murid Kristus di Tengah Kematian-Nya

“Ketika hari mulai malam, datanglah seorang yang kaya dari Arimatea bernama Yusuf, yang juga telah menjadi murid Yesus.”(Matius 27:57, AYT)
Pendahuluan
Matius 27:57 mencatat momen penting dalam kisah penyaliban dan kematian Yesus Kristus: kedatangan Yusuf dari Arimatea, seorang pria kaya dan terhormat, yang diam-diam menjadi murid Yesus. Ayat ini tampaknya sederhana dan tidak terlalu mencolok di tengah narasi besar penyaliban, tetapi dalam tradisi teologi Reformed, bagian ini memuat nilai-nilai yang dalam mengenai panggilan murid, identitas sejati dalam Kristus, dan keberanian iman di tengah ancaman.
Eksposisi ini akan mengeksplorasi makna spiritual dan teologis dari Matius 27:57 berdasarkan tulisan dan pengajaran para teolog Reformed terkemuka seperti John Calvin, R.C. Sproul, Michael Horton, John Piper, dan Sinclair Ferguson. Selain itu, kita akan menggali bagaimana tokoh ini menjadi contoh nyata dari kesetiaan dalam keheningan, dan keberanian dalam ketaatan, serta apa artinya menjadi murid sejati yang tidak menonjol di panggung besar tetapi setia dalam tindakan nyata.
I. Konteks Sejarah dan Naratif Matius 27:57
Pasal 27 Injil Matius mencatat klimaks penderitaan Yesus:
-
Penyaliban (ay. 32–44)
-
Kematian-Nya (ay. 45–50)
-
Respons luar biasa dari alam dan para saksi (ay. 51–56)
Kemudian dalam ayat 57, narasi mengalir ke waktu “hari mulai malam” (menjelang Sabat), dan muncul tokoh baru—Yusuf dari Arimatea.
Ia datang ketika:
-
Suasana penuh ketakutan.
-
Para murid lainnya melarikan diri (Matius 26:56).
-
Otoritas agama dan politik telah menyalibkan Yesus.
Yusuf muncul sebagai salah satu dari sedikit orang yang dengan berani mendekat, justru saat Yesus sudah wafat dan dianggap gagal oleh banyak orang.
II. Eksposisi Teks Matius 27:57
A. “Ketika hari mulai malam…”
Kematian Yesus terjadi menjelang sore (kira-kira pukul 3), dan waktu penguburan harus cepat karena hukum Yahudi melarang mayat tergantung pada Sabat (Ulangan 21:23). Ini memberikan tekanan waktu—tindakan Yusuf harus cepat dan terencana.
John Calvin mencatat:
“Tindakan Yusuf bukan hanya keberanian, tetapi juga hikmat. Ia bertindak dengan tepat pada waktunya, menunjukkan bahwa iman sejati tidak hanya berani, tetapi juga bijaksana.”
B. “Datanglah seorang yang kaya dari Arimatea…”
Yusuf bukan orang sembarangan:
-
Kaya → memiliki pengaruh dan sumber daya.
-
Dari Arimatea → sebuah kota yang kemungkinan dekat Yerusalem.
-
Dalam Injil lain disebut “anggota Sanhedrin” (Mrk 15:43; Luk 23:50-51).
R.C. Sproul menekankan:
“Kekayaan Yusuf bukan kebetulan. Ini menggenapi nubuat Yesaya 53:9 bahwa Mesias akan dikuburkan di makam orang kaya.”
Maka, bahkan dalam penguburan-Nya, Yesus menggenapi nubuatan Mesianik, dan Allah memakai orang yang "tersembunyi" untuk menggenapi rencana-Nya.
C. “...bernama Yusuf...”
Nama Yusuf menunjukkan bahwa ia adalah orang Yahudi yang saleh. Ia bukan murid publik seperti Petrus atau Yohanes, tetapi seorang murid rahasia (Yoh. 19:38), yang selama ini tidak menonjol dalam pelayanan Yesus secara terbuka.
Namun dalam saat kritis, ia tampil ke depan.
Michael Horton menjelaskan:
“Murid sejati tidak selalu tampil mencolok, tapi selalu siap untuk taat ketika dibutuhkan, bahkan jika itu berarti melawan arus kekuasaan dan kenyamanan.”
D. “...yang juga telah menjadi murid Yesus.”
Ini adalah pernyataan penting dari Matius. Meski Yusuf sebelumnya adalah anggota Dewan Yahudi, sekarang dia disebut sebagai murid Yesus. Perubahan identitas ini menunjukkan:
-
Peralihan loyalitas dari agama formal ke hubungan pribadi dengan Kristus.
-
Komitmen yang lebih tinggi daripada sekadar status sosial.
John Piper mencatat:
“Yusuf dari Arimatea membuktikan bahwa menjadi murid Kristus adalah soal tindakan, bukan sekadar identitas sosial.”
III. Dimensi Teologis dalam Tradisi Reformed
1. Pemilihan Ilahi dan Kedaulatan Allah
Yusuf muncul secara tiba-tiba, tapi bukan secara kebetulan. Dalam providensia Allah, Yusuf telah dipilih dan disiapkan untuk tugas penguburan Yesus—menggenapi nubuatan Mesianik (Yes. 53:9).
Herman Bavinck menyatakan:
“Dalam setiap fase kehidupan Yesus—dari kelahiran hingga penguburan—Allah berdaulat penuh, tidak ada yang kebetulan.”
2. Murid Sejati Bertindak dalam Kegelapan
Yusuf tidak berbicara di hadapan publik, tidak melakukan mukjizat, tidak berkhotbah. Tapi ia bertindak:
-
Di saat sulit.
-
Di saat semua murid publik melarikan diri.
-
Di saat dunia menyebut Yesus sebagai pecundang.
Sinclair Ferguson menyimpulkan:
“Iman yang sejati sering kali tidak bersuara keras, tetapi berbicara kuat melalui tindakan berani di saat gelap.”
IV. Aplikasi Rohani: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Yusuf?
A. Kesetiaan Tidak Harus Berarti Terkenal
Yusuf adalah contoh bahwa:
-
Kesetiaan dalam hal kecil memiliki dampak besar dalam rencana Allah.
-
Allah memakai orang biasa dengan keberanian luar biasa untuk tujuan kekal.
Ini meneguhkan bahwa setiap orang percaya:
-
Tidak harus menjadi pendeta atau misionaris untuk dipakai Tuhan.
-
Tetapi harus taat ketika dipanggil, di tempat dan waktu yang Tuhan tentukan.
B. Keberanian dalam Ketaatan
Yusuf mengambil risiko besar:
-
Ia meminta tubuh Yesus dari Pilatus (Mat. 27:58).
-
Ia bisa dicap sebagai simpatisan Yesus dan kehilangan statusnya di Sanhedrin.
-
Ia menyediakan makam pribadi miliknya sendiri.
Ini mengingatkan kita:
-
Mengikuti Kristus berarti berani kehilangan sesuatu.
-
Tetapi lebih baik kehilangan dunia daripada kehilangan Yesus.
John Calvin menulis:
“Kita tidak layak disebut murid Kristus jika kita hanya setia ketika nyaman.”
C. Tindakan Nyata Mengalahkan Kata-Kata
Yusuf tidak pernah dicatat berkata-kata dalam Alkitab. Tapi tindakannya berbicara:
-
Ia menyediakan ruang untuk tubuh Yesus.
-
Ia menunjukkan kasih dan hormat di tengah kehinaan salib.
-
Ia mempersembahkan apa yang ia miliki untuk memuliakan Kristus.
V. Signifikansi Eskatologis dan Kristologis
Meskipun Matius 27:57 hanya mencatat penguburan Yesus, tetapi:
-
Ini menegaskan bahwa Yesus benar-benar mati secara fisik.
-
Ini adalah bagian dari karya penebusan yang lengkap: kematian, penguburan, dan kebangkitan (1 Korintus 15:3-4).
-
Yusuf menjadi alat dalam mengantar tubuh Tuhan ke tempat di mana kebangkitan akan terjadi.
Kesimpulan: Yusuf dari Arimatea dan Murid Diam yang Ditinggikan
Matius 27:57 menunjukkan kepada kita:
-
Allah memakai murid yang tersembunyi untuk pekerjaan yang besar.
-
Kesetiaan dalam keheningan bisa berdampak kekal.
-
Dalam teologi Reformed, Yusuf adalah contoh bagaimana providensia Allah bekerja melalui orang yang taat.
Sebagaimana John Calvin simpulkan:
“Kematian Kristus akan tampak sia-sia jika tidak dikuburkan secara layak. Melalui Yusuf, Allah menjaga kehormatan Anak-Nya.”