Pembenaran oleh Iman: Pelajaran dari Abraham (Roma 4:1-3)

Pembenaran oleh Iman: Pelajaran dari Abraham (Roma 4:1-3)

Pendahuluan

Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah salah satu tulisan teologis yang paling mendalam dalam Perjanjian Baru. Dalam Roma 4:1-3, Paulus membahas justifikasi oleh iman, dengan menggunakan Abraham sebagai contoh utama. Ayat-ayat ini sangat penting dalam teologi Reformed, terutama dalam doktrin pembenaran hanya oleh iman (sola fide), yang menjadi pilar utama Reformasi Protestan.

Berikut ini adalah teks dari Roma 4:1-3 (AYT):

1 Jadi, apa yang akan kita katakan tentang yang didapatkan oleh Abraham, bapa leluhur kita menurut daging?
2 Karena jika Abraham dibenarkan oleh perbuatannya, dia mempunyai alasan untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.
3 Apa yang dikatakan oleh Kitab Suci? “Abraham percaya kepada Allah dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.”

Dalam eksposisi ini, kita akan menggali makna ayat-ayat ini berdasarkan perspektif teologi Reformed, dengan merujuk pada pemikiran John Calvin, Charles Hodge, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul.

1. Abraham dan Pembenaran oleh Iman (Roma 4:1-2)

“Jadi, apa yang akan kita katakan tentang yang didapatkan oleh Abraham, bapa leluhur kita menurut daging?” (Roma 4:1)
“Karena jika Abraham dibenarkan oleh perbuatannya, dia mempunyai alasan untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.” (Roma 4:2)

Penjelasan Konteks

Paulus mengajukan pertanyaan retoris tentang apa yang ditemukan Abraham dalam hal kebenaran di hadapan Allah. Apakah Abraham dibebaskan dari dosa dan dianggap benar karena perbuatannya atau karena imannya?

Paulus menjelaskan bahwa jika Abraham dibenarkan oleh perbuatan, maka ia memiliki alasan untuk bermegah. Namun, kenyataannya, Abraham tidak dapat bermegah di hadapan Allah, karena keselamatannya bukanlah hasil usaha manusia, melainkan karunia Allah yang diterima melalui iman.

Pandangan John Calvin

Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan bahwa pembenaran tidak bisa datang dari perbuatan manusia, sebab manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak mampu memenuhi standar kebenaran Allah. Ia menulis:

“Jika pembenaran tergantung pada perbuatan kita, maka tidak akan ada harapan keselamatan, sebab tidak ada manusia yang dapat hidup sempurna di hadapan Allah.”

Dengan kata lain, Calvin menegaskan bahwa iman adalah satu-satunya sarana pembenaran, bukan perbuatan baik.

Pandangan Charles Hodge

Dalam komentarnya atas Roma, Hodge menekankan bahwa Abraham adalah contoh sempurna dari pembenaran oleh iman. Ia menjelaskan bahwa:

“Jika Abraham dibenarkan oleh perbuatan, maka ia bukan lagi contoh iman. Namun, Alkitab secara eksplisit menyatakan bahwa ia dibenarkan karena imannya kepada Allah.”

Hodge menunjukkan bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia, tetapi pemberian Allah secara cuma-cuma melalui iman.

Aplikasi dalam Gereja Masa Kini

  1. Keselamatan adalah anugerah Tuhan, bukan hasil usaha kita. Kita tidak bisa bermegah dalam perbuatan kita.

  2. Kita dipanggil untuk meneladani iman Abraham, percaya sepenuhnya kepada Allah, bukan kepada kekuatan diri sendiri.

  3. Gereja harus menegaskan doktrin sola fide agar jemaat tidak terjebak dalam ajaran keselamatan berdasarkan perbuatan baik.

2. Abraham Dibenarkan oleh Iman (Roma 4:3)

“Apa yang dikatakan oleh Kitab Suci? ‘Abraham percaya kepada Allah dan hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.’” (Roma 4:3)

Penjelasan Konteks

Ayat ini mengutip Kejadian 15:6, yang menyatakan bahwa iman Abraham diperhitungkan sebagai kebenaran. Ini berarti bahwa Allah tidak membenarkan Abraham berdasarkan perbuatan baiknya, tetapi karena ia percaya kepada janji Allah.

Kata “diperhitungkan” dalam bahasa Yunani (logizomai) adalah istilah akuntansi yang berarti memasukkan sesuatu ke dalam rekening seseorang. Dalam hal ini, kebenaran Allah dikreditkan ke dalam "rekening" Abraham karena imannya, bukan karena perbuatannya.

Pandangan Louis Berkhof

Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan bahwa konsep diperhitungkan sebagai kebenaran merupakan fondasi doktrin pembenaran oleh iman. Ia menulis:

“Pembenaran bukanlah proses internal di mana manusia menjadi benar melalui usaha sendiri, tetapi merupakan tindakan hukum Allah yang menyatakan orang berdosa benar karena iman kepada Kristus.”

Ini berarti bahwa kebenaran yang kita terima bukanlah hasil dari usaha kita, tetapi hasil dari kebenaran Kristus yang diperhitungkan kepada kita melalui iman.

Pandangan R.C. Sproul

Sproul dalam bukunya Faith Alone menegaskan bahwa kepercayaan Abraham kepada Allah adalah contoh nyata dari pembenaran oleh iman. Ia berkata:

“Iman Abraham bukanlah iman buta, tetapi iman yang didasarkan pada janji-janji Allah. Iman ini menjadi sarana pembenaran, bukan karena ada kuasa dalam iman itu sendiri, tetapi karena iman itu berpaut kepada Allah yang setia.”

Sproul menekankan bahwa iman bukanlah sesuatu yang menghasilkan pembenaran, tetapi alat yang melaluinya kita menerima pembenaran dari Allah.

Aplikasi dalam Gereja Masa Kini

  1. Gereja harus menegaskan bahwa keselamatan hanya oleh iman kepada Kristus, bukan melalui usaha manusia.

  2. Iman sejati harus berpaut kepada janji-janji Allah, bukan hanya sekadar kepercayaan kosong.

  3. Orang percaya harus hidup dalam keyakinan bahwa mereka dibenarkan sepenuhnya oleh anugerah Allah, bukan oleh pekerjaan mereka sendiri.

Kesimpulan

Eksposisi Roma 4:1-3 menunjukkan bahwa pembenaran oleh iman adalah inti dari Injil. Dari perspektif teologi Reformed, kita belajar bahwa:

  1. Abraham tidak dibenarkan oleh perbuatannya, tetapi oleh imannya kepada Allah (Roma 4:1-2).

  2. Kebenaran diperhitungkan kepada Abraham karena imannya, bukan karena kebaikan moralnya (Roma 4:3).

  3. Pembenaran oleh iman adalah prinsip yang berlaku bagi semua orang percaya di sepanjang zaman.

Dari pemikiran John Calvin, Charles Hodge, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul, kita melihat bahwa keselamatan adalah anugerah murni dari Allah yang diterima melalui iman. Tidak ada manusia yang dapat dibenarkan oleh perbuatannya sendiri, sebab kebenaran hanya berasal dari Kristus dan diberikan kepada kita melalui iman.

Semoga kita semua tetap teguh dalam iman kepada Kristus, seperti Abraham yang percaya kepada Allah dan diperhitungkan sebagai orang benar.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post