Pendamaian: Dalam Kaitannya dengan Perjanjian, Imamat, dan Syafaat Kristus

Pendamaian: Dalam Kaitannya dengan Perjanjian, Imamat, dan Syafaat Kristus

Pendahuluan

Dalam teologi Reformed, pendamaian (atonement) merupakan salah satu doktrin kunci yang menjelaskan karya keselamatan Kristus bagi umat pilihan-Nya. Pendamaian bukan sekadar peristiwa kematian Kristus di kayu salib, melainkan sebuah karya keselamatan yang memiliki kedalaman historis dan teologis yang luas, yang terkait erat dengan perjanjian Allah (covenant), fungsi imamat Kristus, serta pelayanan syafaat-Nya yang terus berlangsung hingga saat ini.

Artikel ini akan mengupas doktrin pendamaian dalam tiga kaitan penting menurut teologi Reformed:

  1. Pendamaian dalam relasi dengan perjanjian anugerah,

  2. Pendamaian dalam kaitannya dengan jabatan imam besar Kristus, dan

  3. Pendamaian dalam konteks syafaat Kristus yang kekal.

1. Pendamaian dan Perjanjian Anugerah

a. Konsep Perjanjian dalam Teologi Reformed

Dalam teologi Reformed, sejarah penebusan dijelaskan melalui kerangka perjanjian. Ada dua perjanjian utama yang menjadi dasar pemahaman keselamatan:

  • Perjanjian Karya (Covenant of Works) yang dibuat Allah dengan Adam,

  • Perjanjian Anugerah (Covenant of Grace) yang ditetapkan setelah kejatuhan manusia.

Pendamaian Kristus adalah pemenuhan dari janji Allah dalam Perjanjian Anugerah, di mana Allah berjanji untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya melalui wakil yang ditentukan-Nya sendiri, yaitu Yesus Kristus.

b. Kristus Sebagai Wakil dalam Perjanjian

Kristus adalah Wakil Perjanjian (Federal Head) dari umat pilihan, seperti yang ditegaskan dalam Roma 5:12–21 dan 1 Korintus 15:22. Sama seperti Adam menjadi wakil seluruh umat manusia dalam Perjanjian Karya, Kristus menjadi wakil umat pilihan dalam Perjanjian Anugerah. Pendamaian adalah tindakan Kristus menggantikan umat-Nya, memikul hukuman dosa, dan memberikan kebenaran-Nya kepada mereka.

Teolog seperti Louis Berkhof dan Herman Bavinck menegaskan bahwa pendamaian Kristus adalah bentuk kepatuhan aktif dan pasif-Nya yang sempurna sebagai bagian dari pelaksanaan perjanjian. Kepatuhan aktif merujuk pada ketaatan Kristus terhadap hukum Allah, sementara kepatuhan pasif merujuk pada penderitaan dan kematian-Nya yang menggantikan umat pilihan.

c. Tujuan Pendamaian dalam Perjanjian

Tujuan utama pendamaian dalam konteks perjanjian adalah untuk menggenapi tuntutan hukum dan keadilan Allah, sehingga umat pilihan dapat dibenarkan, diadopsi, dan disucikan dalam Kristus. Karena Allah adalah adil dan kudus, dosa tidak bisa dibiarkan tanpa hukuman. Kristus, sebagai pengganti umat-Nya, menerima hukuman tersebut dalam pendamaian.

2. Pendamaian dan Imamat Kristus

a. Kristus Sebagai Imam Besar

Menurut Ibrani 4:14–5:10, Kristus adalah Imam Besar Agung yang ditetapkan oleh Allah menurut tatanan Melkisedek. Jabatan imamat ini adalah penggenapan dari sistem keimaman Perjanjian Lama, khususnya peran Harun dan keturunannya dalam pelayanan di bait Allah.

Dalam pelayanan keimaman, ada tiga fungsi utama:

  1. Mempersembahkan korban,

  2. Mendoakan umat,

  3. Mengajarkan hukum Allah.

Kristus memenuhi ketiganya, tetapi terutama dalam konteks pendamaian, penekanan terbesar adalah pada korban yang dipersembahkan. Namun bedanya, Kristus tidak mempersembahkan korban binatang seperti imam-imam lain, melainkan diri-Nya sendiri sebagai korban yang sempurna (Ibrani 9:11–14).

b. Korban yang Sempurna dan Final

Korban Kristus adalah final dan mencukupi untuk menebus dosa umat-Nya sekali untuk selamanya (Ibrani 10:10). Pendamaian-Nya berbeda secara radikal dari sistem korban dalam Perjanjian Lama yang bersifat berulang dan tidak pernah menyelesaikan masalah dosa secara tuntas.

John Owen, dalam karya klasiknya The Death of Death in the Death of Christ, menegaskan bahwa korban Kristus bersifat efektif dan terbatas hanya bagi umat pilihan. Pandangan ini dikenal sebagai pendamaian terbatas (limited atonement)—salah satu poin dari doktrin TULIP dalam teologi Reformed.

c. Imamat Kristus dan Kehidupan Umat

Imamat Kristus bukan hanya berdampak pada status legal umat di hadapan Allah (justifikasi), tetapi juga pada hubungan persekutuan yang intim dengan Allah. Karena karya pendamaian-Nya, tabir pemisah telah disingkirkan, dan umat percaya dapat menghadap Allah dengan keberanian (Ibrani 4:16).

3. Pendamaian dan Syafaat Kristus

a. Kristus Sebagai Pengantara yang Hidup

Setelah kebangkitan dan kenaikan-Nya, Kristus tidak berhenti melayani umat-Nya. Ia sekarang duduk di sebelah kanan Allah dan terus bersyafaat bagi mereka (Roma 8:34; Ibrani 7:25). Ini berarti bahwa pendamaian tidak hanya peristiwa masa lalu, melainkan juga memiliki implikasi berkelanjutan dalam kehidupan umat Allah.

Syafaat Kristus didasarkan pada karya pendamaian-Nya yang telah tuntas. Ia tidak mempersembahkan korban baru, melainkan mengingatkan Allah akan korban yang telah dipersembahkan, dan memohon berkat, pengampunan, dan pemeliharaan bagi umat-Nya.

b. Syafaat Kristus dan Keamanan Kekal

Salah satu implikasi besar dari syafaat Kristus adalah jaminan keselamatan yang kekal bagi umat pilihan. Karena Kristus hidup untuk bersyafaat, tidak ada satu pun yang dapat memisahkan umat-Nya dari kasih Allah (Roma 8:38–39). Ini memberikan penghiburan dan kepastian yang dalam bahwa keselamatan kita tidak tergantung pada performa kita, tetapi pada karya dan pelayanan kekal Kristus.

c. Syafaat dan Persekutuan Doa

Kristus sebagai Imam dan Pengantara juga menunjukkan bagaimana umat Allah harus hidup dalam persekutuan doa yang berkelanjutan. Ia menjadi model dan motivasi bagi umat untuk datang dengan bebas ke hadirat Allah, bukan dengan rasa takut, tetapi dalam iman bahwa doa-doa kita didengar karena kita berdoa dalam nama-Nya.

Kesimpulan Teologis

Dalam terang teologi Reformed, doktrin pendamaian tidak dapat dipisahkan dari kerangka perjanjian, imamat, dan syafaat Kristus. Ketiganya membentuk satu kesatuan narasi penebusan yang kokoh, penuh kasih karunia, dan mencerminkan kesetiaan Allah terhadap umat-Nya.

Pokok-Pokok Utama:

  • Pendamaian adalah bagian dari penggenapan Perjanjian Anugerah, dengan Kristus sebagai Wakil umat pilihan.

  • Sebagai Imam Besar, Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna sekali untuk selamanya.

  • Syafaat Kristus adalah kelanjutan dari pendamaian yang memberi jaminan keselamatan dan pemeliharaan terus-menerus bagi umat-Nya.

Aplikasi Rohani Bagi Orang Percaya

1. Hidup Dalam Keyakinan dan Kepastian

Pendamaian Kristus memastikan bahwa tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada dalam Kristus (Roma 8:1). Ini menjadi dasar kehidupan yang penuh damai, tanpa rasa bersalah yang mengikat.

2. Menyembah dan Melayani Sang Imam Agung

Karena Kristus adalah Imam Besar kita, hidup kita adalah respons penyembahan yang kudus. Seperti yang dikatakan dalam Roma 12:1, kita dipanggil untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai korban yang hidup, sebagai bentuk ibadah sejati.

3. Hidup dalam Doa dan Ketergantungan

Syafaat Kristus mengajarkan kita bahwa doa bukan usaha sia-sia. Kita tidak sendirian. Bahkan ketika kita tidak tahu bagaimana harus berdoa, Kristus dan Roh Kudus mendampingi dan mempersembahkan permohonan kita di hadapan Bapa.

Penutup

Doktrin pendamaian adalah pusat dari Injil. Tanpa pendamaian, tidak ada pengampunan. Tanpa Kristus sebagai Imam dan Pengantara, tidak ada jalan kepada Allah. Tetapi karena kasih karunia-Nya yang besar, Allah telah mengutus Anak-Nya untuk menjadi korban pendamaian, Imam besar yang kekal, dan Pengantara yang penuh belas kasih.

Seperti yang dikatakan oleh Charles Hodge, salah satu teolog besar Reformed:

"Pendamaian adalah dasar dari seluruh sistem Injil; tanpa pendamaian, tidak ada kasih karunia."

Kiranya pemahaman ini menuntun kita kepada penyembahan yang lebih dalam, iman yang lebih teguh, dan kasih yang semakin besar kepada Sang Juruselamat kita, Yesus Kristus.

Next Post Previous Post