Pribadi Kristus Menurut Teologi Reformed

(The Person of Christ in Reformed Theology)
Pendahuluan
Siapakah Yesus Kristus? Ini adalah pertanyaan yang menentukan seluruh pengertian kita akan keselamatan, Allah, dan hubungan manusia dengan Penciptanya. Dalam teologi Reformed, doktrin tentang Pribadi Kristus menempati posisi yang sangat sentral, karena tanpa pemahaman yang benar tentang siapa Kristus itu, maka pengertian kita tentang Injil dan karya penebusan-Nya akan kabur, bahkan menyesatkan.
Doktrin tentang Pribadi Kristus menjawab pertanyaan tentang bagaimana Kristus dapat menjadi Allah sejati dan manusia sejati dalam satu pribadi. Ini bukan saja menjadi tema penting dalam pengakuan iman Kristen awal seperti Kredo Nicea dan Kredo Chalcedon, tapi juga terus dikembangkan dan dijaga oleh teologi Reformed hingga kini.
Artikel ini akan mengulas secara sistematis dan mendalam mengenai Pribadi Kristus berdasarkan teologi Reformed dengan fokus pada:
-
Keilahian Kristus
-
Kemanusiaan Kristus
-
Kesatuan Pribadi Kristus
-
Implikasi Pribadi Kristus dalam keselamatan
-
Aplikasi rohani bagi umat percaya
1. Keilahian Kristus: Allah Sejati dari Allah Sejati
a. Bukti Alkitabiah
Dalam Perjanjian Baru, keilahian Kristus ditegaskan dengan sangat jelas. Yohanes 1:1 berkata:
"Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."
Kristus, yang disebut sebagai Firman (Logos), adalah Allah itu sendiri, bukan sekadar ciptaan. Ayat ini bukan hanya dasar kristologi Yohanes, tetapi juga landasan teologis yang penting dalam doktrin Tritunggal.
Paulus menegaskan dalam Kolose 2:9:
"Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan."
Kristus adalah penggenapan penuh dari kehadiran Allah di dalam dunia.
b. Pengakuan Iman Reformed
Pengakuan Iman Westminster menyatakan bahwa Kristus adalah "Anak Allah yang tunggal, kedua dari tiga pribadi dalam Tritunggal, satu hakikat dengan Bapa, Allah sejati dari Allah sejati."
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, mengatakan bahwa kita tidak bisa mengenal Allah Bapa tanpa terlebih dahulu mengenal Allah Anak. Keilahian Kristus bukan hanya realitas teologis, tapi juga jalan perjumpaan dengan Allah.
c. Penolakan Terhadap Bidat
Teologi Reformed dengan tegas menolak ajaran-ajaran sesat yang menyangkal keilahian Kristus seperti:
-
Arianisme, yang mengatakan Kristus adalah ciptaan.
-
Sosinianisme, yang menolak eksistensi pra-inkarnasi Kristus. Teologi Reformed menegaskan bahwa Kristus adalah kekal, tidak diciptakan, dan memiliki semua atribut keilahian.
2. Kemanusiaan Kristus: Manusia Sejati, Tanpa Dosa
a. Inkarnasi: Allah Menjadi Manusia
Dalam Yohanes 1:14 tertulis:
"Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita."
Dalam teologi Reformed, inkarnasi adalah pengosongan diri (kenosis) tanpa kehilangan keilahian-Nya. Kristus tidak berhenti menjadi Allah ketika Ia menjadi manusia. Ia mengambil kodrat manusia, bukan meninggalkan kodrat ilahi-Nya.
b. Bukti Kemanusiaan Kristus
Kristus lahir, bertumbuh, lapar, menangis, menderita, dan mati. Ia disebut sebagai “Anak Manusia” lebih dari 80 kali dalam Injil. Ia memiliki tubuh, jiwa, dan emosi manusiawi yang sejati.
Namun, yang membedakan Kristus dari manusia lain adalah ketiadaan dosa (Ibrani 4:15). Ini penting karena hanya manusia tanpa dosa yang layak menjadi korban penebus bagi dosa umat manusia.
c. Relevansi Teologis
Louis Berkhof menegaskan bahwa tanpa kemanusiaan sejati Kristus, Ia tidak dapat menjadi pengganti kita di salib. Penebusan hanya sah jika sang Penebus adalah manusia yang mewakili umat manusia, tetapi juga tidak berdosa agar dapat menjadi korban yang sempurna.
3. Kesatuan Pribadi Kristus: Dua Natur dalam Satu Pribadi
a. Definisi Chalcedon (451 M)
Teologi Reformed menerima definisi dari Konsili Chalcedon sebagai pengakuan iman yang sah:
Kristus adalah satu Pribadi dalam dua natur, ilahi dan manusia, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa pembagian, dan tanpa pemisahan.
Ini disebut sebagai persatuan hipostatik (hypostatic union). Dua natur—ilahi dan manusia—bersatu dalam satu pribadi Yesus Kristus.
b. Penjelasan Teologi Reformed
Teologi Reformed tidak mencoba menjelaskan bagaimana dua natur itu bersatu secara mekanis. Sebaliknya, dijaga dengan ketat agar tidak terjebak ke dalam dua kesalahan:
-
Nestorianisme (membagi Kristus menjadi dua pribadi),
-
Eutychianisme (mencampur natur menjadi satu substansi baru).
Reformed menekankan bahwa semua yang dilakukan Kristus, baik sebagai manusia maupun sebagai Allah, dilakukan oleh satu pribadi yang sama: Yesus Kristus.
c. Implikasi Praktis
Karena dua natur ini bersatu, maka ketika Kristus mati di salib, nilai dari kematian-Nya bukan sekadar kematian manusia biasa, tetapi kematian yang memiliki nilai kekal karena Ia adalah Allah.
4. Pribadi Kristus dan Keselamatan
a. Peran Pribadi Kristus dalam Penebusan
Doktrin keselamatan dalam teologi Reformed tidak dapat dipisahkan dari siapa Kristus itu. Penebusan yang efektif hanya dapat terjadi jika:
-
Penebus adalah Allah (untuk memiliki kuasa menyelamatkan),
-
Penebus adalah manusia (untuk menggantikan manusia),
-
Penebus adalah satu pribadi (agar karya-Nya tidak terpisah).
Tanpa pengakuan akan keilahian dan kemanusiaan Kristus dalam satu pribadi, keselamatan tidak mungkin terjadi.
b. Kristus sebagai Nabi, Imam, dan Raja
Teologi Reformed mengenal tiga jabatan Mesias (munus triplex):
-
Sebagai Nabi – Kristus menyatakan kehendak Allah dan mengajar kebenaran.
-
Sebagai Imam – Kristus mempersembahkan korban dan menjadi pengantara bagi umat.
-
Sebagai Raja – Kristus memerintah dengan kuasa dan memelihara umat-Nya.
Ketiga jabatan ini hanya dapat dijalankan karena Pribadi Kristus adalah sempurna dalam dua natur-Nya.
c. Kristus sebagai Adam Kedua
Dalam Roma 5 dan 1 Korintus 15, Paulus menyebut Kristus sebagai “Adam yang terakhir.” Adam pertama membawa kematian melalui ketidaktaatannya. Kristus, sebagai Adam kedua, membawa hidup kekal melalui ketaatan-Nya.
Teologi Reformed melihat ini dalam konteks perjanjian. Kristus menjadi Wakil Umat-Nya, menggenapi syarat hukum yang gagal dipenuhi oleh Adam.
5. Aplikasi Rohani dari Doktrin Pribadi Kristus
a. Dasar Iman yang Benar
Tanpa pengenalan yang benar akan Pribadi Kristus, iman kita menjadi sia-sia. Banyak ajaran palsu lahir dari kesalahan dalam memahami siapa Kristus itu. Teologi Reformed mengajak umat untuk membangun iman di atas dasar yang benar.
b. Penyembahan yang Benar
Kristus layak disembah karena Ia adalah Allah. Namun, penyembahan kita juga penuh makna karena Ia adalah manusia yang dapat merasakan kelemahan kita (Ibrani 4:15). Kita menyembah Kristus bukan sebagai sosok yang jauh, tetapi sebagai Imam yang penuh kasih.
c. Hidup yang Dibenarkan
Karena Kristus adalah satu-satunya pribadi yang sempurna, kita hanya dapat dibenarkan di dalam Dia, bukan oleh usaha kita sendiri. Karya-Nya menjadi milik kita karena Ia adalah manusia yang sempurna dan Allah yang kekal.
d. Dasar Penghiburan
Dalam penderitaan, kita memiliki penghiburan bahwa Kristus pernah menderita sebagai manusia. Dalam kesulitan, kita tahu Ia berkuasa sebagai Allah. Dalam kematian, kita yakin Ia bangkit sebagai Raja Kehidupan.
Kesimpulan
Doktrin tentang Pribadi Kristus adalah fondasi teologi Reformed. Tanpa pemahaman yang benar tentang siapa Kristus itu—Allah sejati, manusia sejati, dalam satu pribadi—maka seluruh bangunan doktrin keselamatan akan runtuh.
Pokok-pokok utama yang perlu diingat:
-
Kristus adalah Allah sejati – kekal, tidak berubah, satu dengan Bapa.
-
Kristus adalah manusia sejati – lahir, hidup, mati, dan bangkit dalam tubuh manusia.
-
Kristus adalah satu pribadi – dua natur bersatu tanpa kebingungan atau percampuran.
-
Hanya Kristus yang dapat menjadi Penebus sejati, karena hanya Dia yang memenuhi semua syarat keselamatan.
-
Pemahaman akan Pribadi Kristus akan menuntun kepada penyembahan, iman, dan penghiburan yang sejati.
Penutup
Bersyukurlah karena dalam Kristus, Allah menjangkau manusia, dan manusia bisa datang kepada Allah. Inilah misteri mulia Injil: Allah menjadi manusia agar manusia bisa diselamatkan dan menikmati persekutuan dengan-Nya selamanya.
“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.” – Kolose 1:15