Roma 7:9-11: Dosa, Hukum Taurat, dan Kematian

“Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Dan perintah itu, yang seharusnya mendatangkan hidup, justru ternyata mendatangkan kematian bagiku. Sebab dalam kesempatan yang diberikan oleh perintah itu, dosa membujuk aku dan oleh perintah itu membunuh aku.”– Roma 7:9-11 (TB)
Pendahuluan: Hukum dan Dosa dalam Ketegangan
Surat Paulus kepada jemaat di Roma menyajikan salah satu penjelasan paling sistematis mengenai Injil, dosa, hukum Taurat, dan anugerah. Pasal 7 adalah salah satu bagian paling kontroversial dan sekaligus mendalam, karena di dalamnya Paulus menyelidiki dinamika batin manusia berdosa dalam terang hukum Taurat.
Ayat 9-11 dari Roma 7 menggambarkan dengan sangat tajam realitas tragis dari hati manusia yang berhadapan dengan hukum Allah. Dalam tradisi Reformed, bagian ini sering digunakan untuk menjelaskan peran hukum Taurat dalam memperlihatkan dosa dan kebutuhan akan anugerah.
I. Konteks Roma 7 dan Posisi Ayat 9-11
A. Paulus dan Relasinya dengan Hukum
Paulus tidak sedang menghina hukum Taurat. Dalam seluruh surat Roma, ia menjelaskan bahwa hukum itu baik, suci, dan benar (Roma 7:12). Tetapi hukum memiliki fungsi khusus, yaitu mengungkap dosa, bukan menyelamatkan.
B. Siapa “Aku” dalam Pasal Ini?
Ada tiga penafsiran umum:
-
Paulus sebelum pertobatan (posisi banyak teolog Reformed klasik)
-
Pengalaman perwakilan dari orang Yahudi di bawah hukum
-
Paulus yang sudah percaya, sedang menggambarkan konflik batin orang percaya
Dalam konteks ayat 9-11, mayoritas teolog Reformed klasik seperti John Calvin, Charles Hodge, dan Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa yang dimaksud adalah pengalaman Paulus sebagai representasi manusia berdosa ketika bertemu hukum Taurat—yakni fase pra-pertobatan, meski tidak terlepas dari prinsip rohani yang tetap relevan.
II. Eksposisi Ayat: Frasa demi Frasa
A. “Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat”
1. Keadaan Dosa yang Tidak Sadar
Calvin menyebut bagian ini sebagai masa ketidaktahuan akan dosa, bukan ketidakhadiran hukum Taurat secara literal, tetapi ketidaksadaran akan makna dan tuntutan hukum.
Menurut Charles Hodge:
“Ini bukan berarti bahwa hukum tidak ada, melainkan bahwa orang tersebut hidup seolah-olah tidak ada hukum—tanpa rasa bersalah dan tanpa kesadaran akan dosa.”
2. Kondisi Manusia Sebelum Roh Kudus Menyadarkan
Teologi Reformed menekankan bahwa tanpa pencerahan dari Roh Kudus, manusia tidak sadar akan kedalaman dosanya. Inilah mengapa banyak orang hidup “tenang” dalam dosa, sampai kebenaran Allah menelanjangi mereka.
B. “Tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati”
1. Dosa Menjadi Aktif
Frasa ini sangat penting. Ketika hukum disadari, dosa menjadi hidup—bukan karena dosa sebelumnya mati, tetapi karena sekarang tampak jelas dan aktif dalam pemberontakannya.
John Murray mencatat bahwa:
“Dosa itu ada, tetapi menjadi ‘hidup’ ketika hukum membangkitkan kesadaran dan bahkan menggoda manusia untuk memberontak lebih lagi.”
2. Kematian Rohani yang Disadari
“Aku mati” menunjukkan kesadaran akan kematian rohani di hadapan Allah yang kudus. Hukum yang menyatakan “jangan” justru memperlihatkan bahwa manusia tidak mampu menaatinya. Inilah doktrin ketidakmampuan total (total depravity).
C. “Perintah itu, yang seharusnya mendatangkan hidup, justru ternyata mendatangkan kematian bagiku”
1. Tujuan Asli Hukum: Kehidupan
Dalam Imamat 18:5, Allah berkata bahwa barangsiapa melakukan hukum-hukum-Nya akan hidup karenanya. Tetapi karena manusia berdosa, perintah yang dimaksudkan untuk kehidupan justru menjadi sarana kematian.
2. Tragedi Dosa dan Ketidakmampuan Manusia
Perintah itu sendiri baik. Tetapi karena manusia tidak mampu menaatinya, hukum itu menjadi alat penghukuman. Inilah alasan mengapa reformator seperti Calvin dan Luther menekankan fungsi hukum yang mengutuk (usus elenchticus) sebagai cara Allah membawa manusia kepada Kristus.
R.C. Sproul menyebutnya:
“Hukum adalah cermin. Ia menunjukkan betapa rusaknya kita, bukan bagaimana memperbaiki diri.”
D. “Sebab dalam kesempatan yang diberikan oleh perintah itu, dosa membujuk aku dan oleh perintah itu membunuh aku”
1. Hukum Diperalat oleh Dosa
Dosa bukan hanya pelanggaran hukum, tetapi kuasa aktif yang menggunakan hukum sebagai alat untuk menghancurkan. Ini menunjukkan bahwa dosa bukan hanya kelemahan moral, tetapi kekuatan spiritual yang mematikan.
John Owen menulis:
“Dosa itu seperti ular yang menggigit, dan hukum adalah tongkat yang membangkitkan ular itu.”
2. Penipuan Dosa
“Dosa membujuk aku” — ini paralel dengan Kejadian 3, ketika Iblis menipu Hawa menggunakan perintah Allah. Dosa menggoda dengan menyatakan bahwa melanggar perintah akan memberikan keuntungan—padahal ujungnya adalah kematian.
III. Implikasi Teologis: Dosa, Hukum, dan Anugerah
A. Ketidakmampuan Total (Total Depravity)
Manusia tidak bisa selamat dengan menaati hukum, karena hukum hanya menunjukkan dosa dan menyatakan penghukuman. Ini adalah dasar doktrin total depravity, yaitu bahwa manusia telah jatuh sepenuhnya dan tidak dapat menyelamatkan dirinya.
B. Fungsi Hukum: Mengarahkan pada Kristus
Teologi Reformed menekankan tiga fungsi hukum:
-
Menahan kejahatan
-
Mengungkap dosa (usus elenchticus)
-
Sebagai pedoman hidup bagi orang percaya (usus normativus)
Roma 7 menunjukkan fungsi kedua: hukum memperlihatkan dosa dan mendorong manusia pada satu-satunya harapan: Kristus.
C. Perlunya Injil dan Pembenaran oleh Iman
Karena hukum tidak bisa menyelamatkan, maka hanya Injil-lah yang dapat membebaskan. Roma 8:1 berkata, “Demikian sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Inilah inti doktrin justifikasi oleh iman—bukan karena mentaati hukum, tetapi karena iman dalam karya Kristus.
IV. Aplikasi Praktis: Bagaimana Orang Percaya Menyikapi Hukum dan Dosa?
A. Jangan Bergantung pada Kebaikan Sendiri
Banyak orang berpikir bahwa mereka bisa masuk surga karena perbuatan baik. Roma 7 membantah ilusi itu: kita mati di bawah hukum jika tanpa Kristus.
B. Kenali Dosa dan Lawan dengan Injil
Ketika dosa menjadi hidup, itu adalah tanda bahwa Roh Kudus bekerja, bukan tanda kegagalan. Kesadaran akan dosa adalah langkah pertama menuju pertobatan sejati.
C. Berjuang dalam Kekudusan dengan Kuasa Roh
Hukum tetap menjadi standar kekudusan, tetapi kuasa untuk taat berasal dari Roh Kudus, bukan dari diri sendiri. Roma 8 melanjutkan tema ini dengan mengatakan bahwa hidup dalam Roh adalah satu-satunya jalan untuk mengalahkan dosa.
Penutup: Dari Kematian Menuju Kehidupan oleh Injil
Roma 7:9-11 menunjukkan betapa seriusnya masalah dosa dan betapa tidak mampunya manusia menegakkan hukum Allah dalam kekuatan sendiri. Namun bagian ini bukan akhir dari kisah.
Dalam terang Injil:
-
Hukum membawa manusia pada kesadaran akan dosa.
-
Dosa membawa kematian.
-
Tapi Kristus membawa kehidupan.
Seperti yang dikatakan oleh Paulus di Roma 5:20:
“Tetapi di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah.”
Dan hanya dengan kasih karunia itulah manusia yang mati karena dosa dapat dihidupkan oleh Kristus dan dimampukan menjalani hidup yang baru (Roma 6:4).
Soli Deo Gloria.