Yang Terakhir adalah yang Pertama: Markus 9:35

“Yesus duduk dan memanggil dua belas murid. Dia berkata kepada mereka, ‘Jika ingin menjadi yang pertama, dia harus menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan bagi semuanya.’”
(Markus 9:35, AYT)
Pendahuluan: Paradoks Kemuliaan dan Kerendahan
Dalam dunia yang memuja kekuasaan, posisi, dan pengaruh, ucapan Yesus dalam Markus 9:35 terdengar aneh bahkan tidak masuk akal. Namun, di situlah letak keunikan ajaran Kristus: kemuliaan dalam kerajaan Allah datang melalui jalan pelayanan dan pengorbanan.
Markus 9:35 merupakan respons Yesus terhadap perdebatan di antara murid-murid tentang siapa yang terbesar (Markus 9:34). Jawaban Yesus bukan hanya menegur, tapi membalikkan seluruh struktur nilai dunia.
I. Konteks Markus 9: Perjalanan Menuju Salib
Markus 9 adalah bagian penting dalam Injil Markus di mana Yesus mulai mengajar dengan lebih jelas tentang penderitaan-Nya yang akan datang (lih. Markus 8:31, 9:31). Namun murid-murid-Nya masih berpikir dalam kerangka kemuliaan duniawi, bukan salib.
Yesus sedang mempersiapkan mereka untuk memahami karakter sejati dari kepemimpinan kerajaan Allah, yang didasarkan pada pengorbanan, bukan dominasi.
II. Eksposisi Kata demi Kata (Markus 9:35)
A. “Yesus duduk dan memanggil dua belas murid”
Dalam konteks budaya Yahudi, guru yang duduk berarti ia sedang mengajarkan hal penting. Dengan memanggil dua belas murid secara khusus, Yesus menandai bahwa ajaran ini sangat penting untuk kepemimpinan gereja.
John Calvin menulis:
“Yesus tidak menolak keinginan untuk menjadi besar, tapi Dia menggantinya dengan jalan yang benar menuju ke sana — melalui pelayanan kepada sesama.”
B. “Jika ingin menjadi yang pertama…”
Yesus tidak menegur keinginan akan kebesaran, tetapi mengoreksi arah dan metode untuk mencapainya. Dalam teologi Reformed, keinginan akan kemuliaan hanya sah jika diarahkan untuk kemuliaan Allah, bukan kepentingan diri.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Hasrat untuk menjadi besar dalam kerajaan Allah tidak salah. Tapi standar kebesarannya berbeda: bukan dominasi, tetapi pelayanan.”
C. “...dia harus menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan bagi semuanya.”
1. “Yang terakhir dari semuanya”
Yesus menuntut kerendahan yang radikal — bukan hanya lebih rendah dari sebagian orang, tetapi dari semuanya. Ini menyentuh ego, keakuan, dan ambisi pribadi.
John Piper menekankan:
“Kita paling memuliakan Tuhan ketika kita menyerahkan hak-hak kita untuk melayani orang lain.”
2. “Pelayan bagi semuanya”
Dalam bahasa Yunani, “pelayan” (diakonos) berarti orang yang melayani di meja — pekerjaan rendah, bukan posisi bergengsi. Yesus mengidentifikasi kebesaran sejati dengan kesediaan melayani orang lain, bahkan mereka yang dianggap kecil atau tidak penting.
III. Perspektif Teologi Reformed: Kerendahan dan Pelayanan sebagai Jalan Kristus
A. Doktrin Salib: Paradoks Kuasa dalam Kelemahan
Salib adalah pusat teologi Reformed. Dalam salib, kuasa Allah dinyatakan dalam kelemahan, dan kemuliaan-Nya dalam penderitaan. Maka, jalan pelayanan dan menjadi “yang terakhir” adalah jalan salib yang sama dengan yang dilalui Kristus.
John Calvin menyebut ini sebagai “kebesaran tersembunyi”:
“Dalam salib, dunia melihat kehinaan. Tapi bagi kita yang percaya, itu adalah hikmat dan kuasa Allah.”
B. Total Depravity dan Perlu Pembaruan Hati
Karena manusia telah jatuh dalam dosa (total depravity), kecenderungan kita adalah meninggikan diri, bukan merendahkan diri. Maka, hanya melalui pembaruan hati oleh Roh Kudus, kita bisa memiliki sikap sebagai pelayan.
Jonathan Edwards menulis:
“Kerendahan hati adalah tanda tertinggi dari kehidupan rohani. Kesombongan adalah tanda paling jelas dari jiwa yang masih jauh dari Allah.”
C. Pelayanan sebagai Panggilan Ilahi, Bukan Ambisi Pribadi
Dalam pandangan Reformed, semua pekerjaan dan pelayanan adalah panggilan dari Tuhan (vocatio), dan harus dijalankan dalam semangat pelayanan, bukan pencapaian ego.
Tim Keller dalam The Freedom of Self-Forgetfulness menekankan:
“Kebesaran bukan ketika kita memikirkan diri kita lebih tinggi, tetapi ketika kita berhenti memikirkan diri kita sendiri.”
IV. Aplikasi dalam Kehidupan Kristen Masa Kini
A. Kepemimpinan Gereja yang Melayani, Bukan Menguasai
Pemimpin gereja dipanggil bukan untuk berkuasa, tetapi melayani (bandingkan dengan 1 Petrus 5:2-3). Markus 9:35 menjadi teguran bagi mereka yang menjadikan jabatan gerejawi sebagai tempat meninggikan diri.
Pertanyaan reflektif:
-
Apakah aku ingin dihormati lebih daripada aku ingin melayani?
-
Apakah aku mencari posisi, atau aku mencari salib?
B. Melayani dalam Diam, Tanpa Sorotan
Yesus mengajarkan bahwa pelayanan yang sejati bukan yang terlihat atau dipuji manusia (Matius 6:1-4). Menjadi pelayan berarti siap melakukan hal yang tidak dilihat orang — seperti menyambut yang terbuang, menghibur yang tertindas, dan mengangkat yang lemah.
C. Mendidik Generasi untuk Menjadi Pelayan, Bukan Bintang
Budaya modern membesarkan orang muda untuk menjadi “yang pertama” dalam segala hal. Tapi Markus 9:35 mengajarkan kita untuk mendidik anak-anak dan pemuda agar bersedia menjadi pelayan Kristus, bahkan ketika tidak ada panggung untuk mereka.
V. Yesus: Gembala dan Pelayan Tertinggi
Yesus tidak hanya mengajarkan prinsip ini — Ia menghidupinya secara sempurna:
“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45)
Ia mencuci kaki murid-murid (Yohanes 13), memeluk anak-anak kecil, dan akhirnya menyerahkan diri-Nya di kayu salib — semua demi melayani dan menyelamatkan.
VI. Tantangan: Melawan Budaya Dunia yang Meninggikan Diri
A. Pelayanan yang Dipenuhi Ambisi Pribadi
Banyak pelayanan di masa kini lebih berfokus pada branding, jumlah pengikut, dan eksistensi media sosial. Markus 9:35 menjadi kritik tajam terhadap semua motivasi yang berakar pada kesombongan.
B. “Menjadi yang Terakhir” di Tengah Budaya “Aku Duluan”
Kerendahan hati adalah barang langka di dunia saat ini. Namun, justru itulah tanda khas dari warga Kerajaan Allah.
Yesus tidak hanya menantang dunia. Dia menantang kita.
VII. Doa Reflektif
“Tuhan Yesus, ajarilah kami untuk mengikuti jalan-Mu — jalan kerendahan, pelayanan, dan kasih yang tidak mengharapkan balasan. Buang dari hati kami keinginan untuk menjadi besar di mata manusia. Jadikan kami pelayan-Mu yang setia, bahkan jika kami harus menjadi yang terakhir. Amin.”
Kesimpulan: Jalan Terbalik Menuju Kemuliaan
Markus 9:35 meruntuhkan semua asumsi manusia tentang kebesaran. Yesus mengajarkan bahwa dalam Kerajaan Allah, yang terakhir adalah yang pertama, dan yang besar adalah yang melayani.
“Jika ingin menjadi yang pertama, dia harus menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan bagi semuanya.”
Inilah pola kehidupan Kristus — dan ini juga yang menjadi panggilan bagi setiap pengikut-Nya.
Mari berhenti mengejar takhta. Mulailah mengambil handuk dan baskom.