Yohanes 15:22-25: Mereka Membenci Aku Tanpa Alasan

Pendahuluan
Di tengah percakapan intim Yesus dengan murid-murid-Nya dalam Yohanes 13–17, kita menemukan pengajaran mendalam mengenai relasi antara Yesus, murid-murid-Nya, dan dunia yang membenci mereka. Pada Yohanes 15:22-25, Yesus menjelaskan bahwa penolakan terhadap-Nya bukanlah karena ketidaktahuan, melainkan karena kebencian yang mendalam terhadap terang yang telah menyatakan keberdosaan mereka. Ayat-ayat ini memperlihatkan dimensi teologis dari respons dunia terhadap Yesus, dan bagaimana itu juga berkaitan dengan identitas dan misi orang percaya.
Teks Alkitab (AYT)
Yohanes 15:22 - “Jika Aku tidak datang dan mengatakan semuanya itu kepada mereka, mereka tidak akan memiliki dosa. Akan tetapi sekarang, mereka tidak memiliki dalih untuk dosa mereka.”
Yohanes 15:23 - “Setiap orang yang membenci Aku, dia juga membenci Bapa-Ku.”
Yohanes 15:24 - “Seandainya Aku tidak melakukan di antara mereka pekerjaan-pekerjaan yang tidak pernah dilakukan orang lain, mereka tidak akan memiliki dosa. Akan tetapi sekarang, mereka telah melihat, tetapi tetap membenci Aku dan Bapa-Ku.”
Yohanes 15:25 - “Namun, firman yang tertulis dalam kitab Taurat mereka harus digenapi: ‘Mereka membenci Aku tanpa alasan.’”
Eksposisi Ayat per Ayat
1. Yohanes 15:22 – Dalih yang Dihilangkan oleh Pewahyuan Kristus
Menurut R.C. Sproul, seorang teolog Reformed terkemuka, dosa di sini bukan merujuk pada dosa asal atau dosa secara umum, tetapi pada dosa penolakan terhadap wahyu khusus yang telah diberikan Yesus melalui pengajaran dan kehadiran-Nya. Sebelum kedatangan Kristus, orang-orang Yahudi memiliki pengharapan Mesianik. Namun, setelah Kristus datang dan menyatakan kebenaran, mereka tidak memiliki dalih lagi. Ini adalah prinsip penting dalam teologi Reformed mengenai "tanggung jawab terhadap wahyu".
John Calvin dalam Commentary on John mengatakan: “Ketika Kristus datang dan menyampaikan firman-Nya, Ia menyingkapkan wajah Allah kepada dunia. Karena itu, mereka yang tetap menolak Dia, telah menolak terang dengan sadar, dan itu menjadikan dosa mereka lebih besar.”
Hal ini sejalan dengan prinsip culpable ignorance dalam teologi Reformed — ketidaktahuan yang bersifat bersalah, karena seseorang menolak terang setelah ia datang.
2. Yohanes 15:23 – Menolak Anak Berarti Menolak Bapa
Ayat ini menunjukkan keterkaitan yang tak terpisahkan antara Anak dan Bapa. Dalam teologi Reformed, relasi Trinitas sangat penting. Penolakan terhadap Yesus bukan hanya sebuah kesalahan historis atau sosiologis, tetapi sebuah pengingkaran terhadap Allah sendiri.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa persekutuan antara Bapa dan Anak merupakan dasar dari penyingkapan ilahi. Oleh karena itu, menolak Anak berarti membenci esensi dari pewahyuan Allah itu sendiri.
John Piper menambahkan bahwa penolakan terhadap Yesus adalah penolakan terhadap karakter dan kasih Bapa. Dunia tidak hanya menolak seorang nabi, melainkan Allah yang inkarnasi.
3. Yohanes 15:24 – Kesaksian Melalui Pekerjaan-Nya
Yesus menyatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan-Nya adalah bukti nyata keilahian-Nya. Dalam teologi Reformed, ini dikenal sebagai miraculous attestation of the Word. Mujizat bukan semata pertunjukan kuasa, melainkan tanda yang menunjuk kepada otoritas Firman.
Jonathan Edwards menekankan bahwa mujizat Kristus adalah sarana anugerah untuk menyatakan kebenaran. Namun, ketika manusia menolak bukti-bukti itu, mereka bertanggung jawab penuh atas penolakan tersebut.
Ini juga menyatakan prinsip common grace — Allah telah memberi cukup bukti kepada dunia untuk percaya, namun manusia dalam dosanya memilih untuk menolak.
4. Yohanes 15:25 – Nubuat Kebencian Tanpa Alasan
Ayat ini mengutip Mazmur 35:19 dan 69:4. Kebencian terhadap Mesias bukanlah kebetulan historis, tetapi penggenapan dari rencana ilahi. Dalam sudut pandang Reformed, ini mencerminkan divine sovereignty — Allah tidak hanya mengetahui, tetapi menetapkan bahwa Kristus akan ditolak demi penggenapan keselamatan.
John Calvin menulis, “Walaupun mereka membenci Kristus secara sukarela dan tanpa alasan, hal itu tidak lepas dari rencana Allah. Karena dalam kebencian itulah, kita melihat kesempurnaan kasih karunia Allah bagi yang percaya.”
Aplikasi Teologis Reformed
1. Total Depravity dan Penolakan terhadap Terang
Teologi Reformed menekankan bahwa manusia yang telah jatuh dalam dosa tidak akan menerima terang kecuali Allah mengubahkan hati mereka. Ayat-ayat ini membuktikan bahwa walaupun terang telah datang (Kristus dan pekerjaan-Nya), manusia tetap memilih kegelapan karena hatinya telah rusak total (total depravity).
Menurut Louis Berkhof dalam Systematic Theology, ini menunjukkan bahwa penolakan dunia terhadap Yesus adalah hasil dari kehendak bebas yang telah diperbudak oleh dosa. Tanpa pembaruan Roh Kudus, manusia akan selalu membenci kebenaran.
2. Sovereignty of God dalam Penolakan Kristus
Dalam teologi Reformed, bahkan penolakan terhadap Kristus bukan hal yang di luar kontrol Allah. Ia mengizinkan dan bahkan menetapkan penolakan itu demi penggenapan rencana penebusan. Ini memberi penghiburan bagi orang percaya bahwa di balik kebencian dunia, ada maksud ilahi.
James Montgomery Boice menjelaskan bahwa dunia membenci Kristus karena dosa, namun kebencian itu telah Allah rencanakan untuk membawa keselamatan. Di balik kebencian tanpa alasan itu, kasih karunia bekerja dengan kuasa yang lebih besar.
3. Kebenaran Eksklusif dalam Kristus
Ayat ini juga menggarisbawahi bahwa keselamatan hanya melalui Kristus. Tidak ada jalan lain menuju Bapa selain melalui Anak (lih. Yoh 14:6). Penolakan terhadap Kristus adalah penolakan terhadap satu-satunya jalan keselamatan.
Hal ini ditegaskan dalam The Westminster Confession of Faith, yang menyatakan bahwa “tidak ada keselamatan di luar Kristus.” Oleh karena itu, Injil menjadi sangat penting untuk diberitakan, bahkan dalam dunia yang menolak.
Aplikasi Pastoral dan Misiologis
1. Penghiburan bagi Orang Percaya yang Ditolak Dunia
Yesus berkata sebelumnya dalam Yohanes 15:18-21 bahwa dunia akan membenci murid-murid-Nya karena mereka mengikut Dia. Ayat 22-25 memperluas konteks ini dengan menyatakan bahwa kebencian itu adalah refleksi dari kebencian terhadap Allah sendiri. Maka, penderitaan karena iman bukanlah tanda kegagalan, tetapi penggenapan dari identitas orang percaya sebagai milik Kristus.
2. Urgensi Penginjilan
Karena penolakan dunia berasal dari hati yang buta terhadap terang, maka hanya Roh Kudus yang bisa mengubah hati. Maka pelayanan misi dan penginjilan tidak boleh bersandar pada persuasi semata, tetapi harus dilakukan dalam doa dan ketergantungan kepada Roh.
John Stott menulis bahwa Yohanes 15:22-25 menjadi pengingat bahwa penginjilan bukan hanya soal membagikan kabar baik, tetapi juga peperangan spiritual melawan kebencian dan ketidakpercayaan.
Kesimpulan: Terang yang Ditolak, Kasih yang Tetap Bersinar
Yohanes 15:22-25 adalah peringatan sekaligus penghiburan. Ia memperlihatkan realita gelap hati manusia, tetapi juga kemuliaan Kristus yang tetap menyatakan kebenaran dan kasih-Nya. Dalam terang teologi Reformed, ayat-ayat ini mengajarkan:
-
Bahwa manusia bertanggung jawab penuh atas penolakannya terhadap Kristus.
-
Bahwa penolakan itu ada dalam rencana Allah demi penggenapan keselamatan.
-
Bahwa dunia yang membenci Kristus akan membenci pengikut-Nya.
-
Bahwa kasih karunia Allah tetap bekerja di tengah kebencian itu.
Sebagai orang percaya, kita diajak untuk hidup dalam kesetiaan kepada Kristus, walau menghadapi penolakan. Kita juga diteguhkan bahwa Allah berdaulat, bahkan atas kebencian dunia, dan melalui semuanya itu, kasih dan kebenaran-Nya tetap menang.