Yohanes 15:9-14: Kasih dan Ketaatan

Yohanes 15:9-14: Kasih dan Ketaatan

Pendahuluan

Yohanes 15:9-14 adalah bagian penting dalam pengajaran Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum penyaliban. Dalam perikop ini, Yesus menekankan kasih sebagai dasar dari hubungan antara Dia, Bapa, dan para pengikut-Nya. Kasih yang dinyatakan bukan hanya dalam perasaan tetapi dalam tindakan konkret—ketaatan dan pengorbanan. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat-ayat ini dalam perspektif teologi Reformed berdasarkan pandangan beberapa ahli teologi.

1. Konteks Yohanes 15

Bagian ini merupakan kelanjutan dari pengajaran Yesus tentang perumpamaan pokok anggur dan ranting (Yohanes 15:1-8). Yesus telah menyatakan bahwa hubungan orang percaya dengan-Nya seperti ranting yang harus tetap melekat pada pokok anggur untuk berbuah. Dalam ayat 9-14, Yesus memperdalam makna persekutuan dengan-Nya, menekankan kasih dan ketaatan sebagai tanda nyata dari hubungan ini.

John Calvin dalam Commentary on the Gospel of John menyatakan bahwa kasih yang Yesus bicarakan di sini adalah kasih yang aktif, bukan sekadar emosi. Kasih ini diwujudkan dalam kesetiaan kepada perintah Kristus dan pengorbanan bagi sesama.

2. Eksposisi Tiap Ayat

Yohanes 15:9: Kasih Bapa kepada Yesus dan Kasih Yesus kepada Murid-murid

“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah Aku telah mengasihimu. Tetaplah tinggal dalam kasih-Ku.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kasih yang diterima oleh murid-murid berasal dari kasih yang sempurna antara Bapa dan Anak. Yesus mengasihi para pengikut-Nya dengan kasih yang sama seperti yang Ia terima dari Bapa.

Pendapat Ahli:

  • John Calvin menafsirkan bahwa kasih Allah kepada Anak bukan hanya dalam bentuk perasaan, tetapi dalam hubungan yang kekal dan penuh kesetiaan. Demikian pula, kasih Kristus kepada kita harus dipahami sebagai kasih yang tidak tergoyahkan dan penuh anugerah.

  • R.C. Sproul menekankan bahwa kasih Yesus kepada murid-murid-Nya bukanlah berdasarkan perbuatan mereka, melainkan berdasarkan keputusan-Nya untuk mengasihi mereka dengan kasih ilahi yang tidak bersyarat.

Implikasi praktis dari ayat ini adalah bahwa kita harus hidup dalam kasih itu, bukan sekadar merasakannya, tetapi tetap tinggal dalamnya melalui hubungan yang erat dengan Kristus.

Yohanes 15:10: Ketaatan dan Kasih

“Jika kamu menaati semua perintah-Ku, kamu akan tinggal dalam kasih-Ku, sama seperti Aku telah menaati perintah Bapa dan tinggal dalam kasih-Nya.”

Kasih kepada Kristus tidak hanya ditunjukkan dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata berupa ketaatan kepada perintah-Nya. Hubungan antara kasih dan ketaatan ini juga terlihat dalam kehidupan Yesus sendiri yang tunduk kepada kehendak Bapa.

Pendapat Ahli:

  • Jonathan Edwards dalam khotbahnya menekankan bahwa kasih sejati kepada Allah diwujudkan dalam ketaatan. Bagi Edwards, tidak ada pemisahan antara iman dan perbuatan; iman yang sejati akan berbuah dalam kehidupan yang taat.

  • Herman Bavinck berpendapat bahwa kasih dan ketaatan tidak bisa dipisahkan karena kasih sejati kepada Allah melibatkan hati, pikiran, dan kehendak yang tunduk kepada-Nya.

Ayat ini menjadi dasar bagi pemahaman Reformed tentang Lordship Salvation, yaitu bahwa keselamatan dalam Kristus tidak hanya membawa pengampunan dosa, tetapi juga menuntut kehidupan yang taat kepada-Nya.

Yohanes 15:11: Sukacita dalam Kristus

“Hal-hal ini Aku katakan kepadamu supaya sukacita-Ku ada di dalammu sehingga sukacitamu menjadi penuh.”

Yesus menjanjikan bahwa kasih dan ketaatan kepada-Nya akan menghasilkan sukacita yang penuh. Ini adalah sukacita yang bukan berasal dari dunia, tetapi dari hubungan yang intim dengan Kristus.

Pendapat Ahli:

  • John Piper, dalam konsepnya Christian Hedonism, menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk menikmati Allah sepenuhnya, dan sukacita terbesar adalah dalam ketaatan kepada-Nya.

  • Sinclair Ferguson berpendapat bahwa sukacita sejati dalam Kristus bukan berarti bebas dari penderitaan, tetapi hadir bahkan di tengah pencobaan karena didasarkan pada kasih yang kekal dari Allah.

Yohanes 15:12: Perintah untuk Mengasihi

“Inilah perintah-Ku: Kamu harus saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.”

Yesus menegaskan kembali bahwa kasih bukan hanya kepada-Nya tetapi juga kepada sesama. Ini bukan sekadar pilihan, tetapi perintah.

Pendapat Ahli:

  • J.I. Packer dalam bukunya Knowing God menekankan bahwa kasih Kristen bukan sekadar emosi tetapi komitmen aktif untuk kebaikan orang lain, bahkan jika itu memerlukan pengorbanan pribadi.

  • Martyn Lloyd-Jones menyoroti bahwa kasih Kristen harus berakar dalam kebenaran. Kasih yang sejati bukan sekadar perasaan sentimental, tetapi tindakan yang sejati dalam ketaatan kepada Kristus.

Yohanes 15:13: Kasih yang Tertinggi

“Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.”

Ayat ini merujuk kepada pengorbanan Kristus di kayu salib. Dia menunjukkan kasih yang tertinggi dengan menyerahkan nyawa-Nya untuk menebus dosa umat-Nya.

Pendapat Ahli:

  • John Stott dalam The Cross of Christ menjelaskan bahwa kematian Kristus adalah demonstrasi terbesar dari kasih ilahi, bukan hanya sebagai contoh, tetapi sebagai sarana penebusan dosa.

  • Augustinus menafsirkan bahwa kasih sejati adalah kasih yang rela berkorban demi orang lain, sebagaimana Yesus telah mati bagi orang-orang percaya.

Yohanes 15:14: Persahabatan dengan Kristus

“Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku jika kamu melakukan apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

Yesus menyebut murid-murid-Nya sebagai sahabat, yang menunjukkan hubungan yang intim. Namun, persahabatan ini bukan tanpa syarat—itu dibuktikan melalui ketaatan.

Pendapat Ahli:

  • Charles Spurgeon melihat ini sebagai bukti dari kasih karunia Allah yang luar biasa—manusia yang berdosa dapat disebut sahabat Allah karena anugerah-Nya.

  • Michael Horton menekankan bahwa persahabatan dengan Kristus bukan berarti kesetaraan dengan-Nya, tetapi partisipasi dalam misi-Nya melalui ketaatan.

Kesimpulan: Menghidupi Kasih Kristus

Yohanes 15:9-14 mengajarkan bahwa kasih dan ketaatan adalah dua aspek yang tidak terpisahkan dalam kehidupan Kristen. Dalam teologi Reformed, kasih Allah kepada umat-Nya adalah kasih yang memilih, menebus, dan mentransformasi. Kasih sejati kepada Kristus diwujudkan dalam kehidupan yang taat kepada perintah-Nya, menghasilkan sukacita, dan tercermin dalam kasih kepada sesama.

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih-Nya, menaati perintah-Nya, dan mencerminkan kasih-Nya kepada dunia. Dengan demikian, kita berpartisipasi dalam kehidupan yang penuh sukacita dan kemuliaan bagi Allah.

Next Post Previous Post