Yohanes 16:1-3: Keteguhan Iman di Tengah Penganiayaan

Pendahuluan: Konteks Yohanes 16:1-3
Yohanes 16:1-3 merupakan bagian dari pengajaran Yesus yang sangat penting menjelang penyaliban-Nya. Dalam perikop ini, Yesus memberikan peringatan dan penguatan kepada para murid-Nya tentang tantangan besar yang akan mereka hadapi sebagai pengikut Kristus. Ayat ini secara khusus menyoroti tentang penganiayaan dan penderitaan yang akan dialami oleh orang-orang percaya.
Dalam teologi Reformed, penderitaan orang percaya bukan hanya sebagai konsekuensi dari pengakuan iman, tetapi juga sebagai sarana Allah untuk membentuk dan memperteguh iman umat-Nya.
Eksposisi Yohanes 16:1: Supaya Kamu Tidak Terguncang
Tafsiran Teologi Reformed
John Calvin dalam komentarnya atas Injil Yohanes menjelaskan bahwa Yesus mengetahui kelemahan manusia yang mudah gentar di tengah penderitaan. Oleh karena itu, pemberitahuan Yesus ini merupakan tindakan kasih untuk mempersiapkan hati para murid agar tidak kecewa atau kehilangan iman ketika kesulitan datang.
Calvin menulis: “Yesus berbicara terlebih dahulu tentang kesengsaraan supaya penderitaan itu tidak datang secara tiba-tiba dan menghancurkan iman mereka.”
Menurut Herman Bavinck, teolog Reformed terkemuka, penderitaan bukanlah hal asing bagi orang percaya, melainkan bagian integral dari perjalanan kekristenan di dunia yang penuh dosa. Pengajaran ini menguatkan umat agar tetap teguh karena penderitaan telah dinubuatkan oleh Kristus sendiri.
Aplikasi Praktis
Bagi orang percaya masa kini, pengajaran ini mengingatkan bahwa penderitaan bukan tanda ketidakhadiran Allah, tetapi sebaliknya, merupakan bukti bahwa hidup mereka berjalan di dalam kebenaran Kristus.
Eksposisi Yohanes 16:2: Diusir dan Dibunuh Demi "Ibadah"
Tafsiran Konteks Yahudi
Diusir dari sinagoge pada masa itu bukan hanya kehilangan tempat ibadah, tetapi juga kehilangan identitas sosial, ekonomi, dan komunitas. Dalam budaya Yahudi, pengusiran ini berarti keterasingan total.
R.C. Sproul menegaskan bahwa penganiayaan terhadap umat Allah sering kali dilakukan dengan dalih keagamaan. Ini mencerminkan kenyataan bahwa manusia berdosa dapat membenarkan tindakan jahatnya dalam kerangka ibadah palsu.
Sproul menulis: “Tidak ada kebutaan yang lebih dalam daripada orang-orang yang menganiaya umat Allah dalam nama Allah.”
Aplikasi Teologi Reformed
Dalam teologi Reformed, ini menggarisbawahi pentingnya pengetahuan yang benar akan Allah (knowledge of God). Ketidaktahuan akan kebenaran Allah menjadikan manusia rentan melakukan kekejaman dengan keyakinan religius yang sesat.
Teolog seperti Louis Berkhof dan Geerhardus Vos menekankan bahwa penyembahan sejati hanya mungkin terjadi jika berakar dalam wahyu Allah yang benar melalui Kitab Suci.
Eksposisi Yohanes 16:3: Karena Mereka Tidak Mengenal Allah
Pemahaman Reformed
Ayat ini menjadi konfirmasi penting dalam teologi Reformed tentang kondisi manusia yang jatuh dalam dosa (total depravity). Mereka yang tidak mengenal Allah, bahkan ketika melakukan tindakan religius, tetap berada dalam kegelapan rohani.
Jonathan Edwards dalam khotbah-khotbahnya sering menekankan bahwa tidak ada keselamatan di luar pengenalan yang benar akan Allah di dalam Yesus Kristus.
Edwards berkata: “Tanpa pengetahuan akan Allah yang benar, semua bentuk ibadah adalah sia-sia dan bahkan menjijikkan di hadapan-Nya.”
Aplikasi Gereja Masa Kini
Dalam konteks modern, penganiayaan terhadap gereja mungkin tidak selalu berupa kekerasan fisik. Namun, bentuk-bentuk penindasan, marginalisasi, dan intimidasi terhadap kebenaran firman Tuhan terus terjadi. Oleh sebab itu, gereja dipanggil untuk mengenal Allah lebih dalam melalui firman dan tetap setia meski ditolak dunia.
Prinsip-prinsip Teologi Reformed dalam Eksposisi Yohanes 16:1-3
1. Providensia Allah dalam Penderitaan
Teologi Reformed sangat menekankan bahwa tidak ada penderitaan yang terjadi di luar kedaulatan Allah. Allah memakai penderitaan untuk memurnikan iman umat-Nya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Bavinck:
“Allah tidak hanya mengizinkan penderitaan, tetapi mengarahkan dan menggunakannya untuk maksud yang mulia bagi kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya.”
2. Pentingnya Pengajaran Doktrinal
Ayat ini menegaskan pentingnya pengajaran yang sehat (sound doctrine) dalam gereja. Tanpa pengajaran yang benar, umat Allah rentan terhadap penyimpangan dan penganiayaan yang dilakukan dalam nama agama.
Teologi Reformed menekankan pentingnya katekisasi dan pengajaran Alkitabiah untuk memperlengkapi jemaat menghadapi dunia.
3. Eksklusivitas Keselamatan di Dalam Kristus
Mereka yang tidak mengenal Bapa atau Kristus akan terjebak dalam ibadah palsu. Ini sejalan dengan prinsip Sola Christus (hanya Kristus) dalam Reformasi, bahwa hanya melalui Kristus seseorang dapat mengenal Allah yang benar.
Relevansi Yohanes 16:1-3 dalam Kehidupan Gereja Masa Kini
Tantangan Kontekstual
Dalam dunia modern, serangan terhadap kekristenan mungkin berbentuk ideologi relativisme, sekularisme, atau pluralisme agama. Gereja Reformed dipanggil untuk tetap teguh dan berani menyatakan kebenaran tanpa kompromi.
Penguatan bagi Orang Percaya
Gereja harus terus mengajarkan bahwa penderitaan bukan tanda kegagalan iman, melainkan bagian dari proses pengudusan Allah dalam hidup umat-Nya.
Peran Gereja Sebagai Komunitas Penopang
Di tengah penganiayaan dan penolakan dunia, gereja lokal harus menjadi tempat di mana orang percaya dikuatkan, didoakan, dan diteguhkan dalam iman.
Kesimpulan: Mengapa Eksposisi Yohanes 16:1-3 Penting?
Ayat ini menjadi peringatan dan penghiburan bagi gereja sepanjang zaman. Penganiayaan akan selalu ada, namun Yesus telah mempersiapkan umat-Nya untuk itu. Dalam terang teologi Reformed, penderitaan bukan akhir dari segalanya, melainkan jalan untuk memperlihatkan kemuliaan Allah dalam hidup umat-Nya.
Gereja Reformed harus terus setia dalam pengajaran firman, membangun komunitas yang saling menguatkan, dan memberitakan Injil Kristus dengan penuh keberanian, apapun risiko yang harus dihadapi.