Anugerah dan Damai: 1 Korintus 1:3

Anugerah dan Damai: 1 Korintus 1:3

Pendahuluan

Surat 1 Korintus dibuka oleh Paulus dengan sapaan khas yang kaya makna teologis: "Anugerah untukmu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus." Meski tampak sederhana dan sering dianggap sekadar salam pembuka, ayat ini menyimpan kedalaman teologi yang sangat kuat, terutama jika ditelusuri dalam terang teologi Reformed.

Para teolog Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, J.I. Packer, Michael Horton, dan Sinclair Ferguson melihat bahwa salam ini bukan formalitas, melainkan proklamasi Injil miniatur: keselamatan berdasarkan anugerah, relasi dipulihkan melalui damai sejahtera, dan semua berasal dari Allah Tritunggal. Eksposisi ini akan membedah frasa demi frasa untuk menggali maknanya dan aplikasinya dalam kehidupan Kristen masa kini.

I. Konteks Historis dan Sasaran Surat

A. Kota Korintus dan Jemaatnya

Korintus adalah kota besar, kosmopolitan, dan sangat dipengaruhi budaya Yunani, hedonisme, serta perdagangan. Jemaat di Korintus dikenal memiliki banyak karunia rohani tetapi juga penuh persoalan, seperti perpecahan, kebobrokan moral, dan penyimpangan ajaran.

Dalam konteks inilah, Paulus tidak langsung menegur, melainkan memulai dengan sapaan penuh kasih: anugerah dan damai. Ini menunjukkan pendekatan pastoral yang dipenuhi kebenaran dan kasih.

II. Eksposisi Frasa demi Frasa

1. “Anugerah untukmu” (χάρις ὑμῖν / charis hymin)

A. Makna Kata “Anugerah” (Charis)

Dalam bahasa Yunani, charis mengacu pada kasih karunia yang tidak layak diterima. Bagi teologi Reformed, ini adalah dasar keselamatan:

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman.” (Efesus 2:8)

John Calvin menyatakan:

“Kita tidak mempunyai apa pun yang pantas di hadapan Allah. Segala sesuatu adalah dari kasih karunia-Nya.”

Anugerah di sini tidak sekadar salam, melainkan pengingat bahwa segala sesuatu – keselamatan, iman, kekuatan – bersumber dari kasih Allah yang tak layak kita terima.

B. Anugerah sebagai Tema Teologi Reformed

R.C. Sproul dalam bukunya Chosen by God menekankan bahwa anugerah itu:

  • Tidak pantas diterima – bukan karena kita layak, tetapi karena Allah baik.

  • Bekerja efektif – kasih karunia tidak hanya menawarkan, tetapi mengubah.

  • Sumber kekuatan untuk hidup Kristen – bukan hanya awal, tapi seluruh perjalanan.

2. “Damai sejahtera” (εἰρήνη / eirēnē)

A. Damai sebagai Rekonsiliasi

Damai dalam Perjanjian Baru bukan hanya ketenangan batin, tetapi rekonsiliasi dengan Allah (Roma 5:1). Dalam teologi Reformed, damai adalah buah dari justifikasi oleh iman – kita yang dahulu musuh Allah, kini diperdamaikan.

J.I. Packer dalam Knowing God menulis:

“Damai dengan Allah adalah fondasi segala damai lainnya, karena dari situ mengalir ketenangan hati dan relasi yang dipulihkan.”

B. Damai dalam Jemaat

Dalam konteks jemaat Korintus yang terpecah, sapaan “damai sejahtera” sangat signifikan. Paulus sedang menanamkan prinsip bahwa tanpa damai dari Allah, tidak akan ada kesatuan sejati. Ini menjadi dasar penting bagi gereja masa kini dalam menghadapi konflik internal.

3. “Dari Allah Bapa kita dan Tuhan Yesus Kristus”

A. Sumber Damai dan Anugerah: Allah Tritunggal

Paulus menyatakan bahwa sumber kasih karunia dan damai adalah “Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.” Ini merupakan deklarasi implisit mengenai keilahian Kristus dan kesatuan dalam karya keselamatan.

Sinclair Ferguson menyatakan:

“Ketika Paulus menghubungkan Bapa dan Kristus dalam pemberian kasih karunia, ia sedang menyampaikan doktrin Tritunggal dalam bentuk yang sangat pastoral.”

B. Peran Bapa dan Anak dalam Keselamatan

Dalam sistematika Reformed:

  • Bapa merancang keselamatan (Efesus 1:3-6)

  • Anak menebus (Efesus 1:7)

  • Roh Kudus menerapkan keselamatan (Efesus 1:13-14)

Jadi, 1 Korintus 1:3 mencerminkan inisiatif ilahi dari keselamatan yang dikerjakan oleh Bapa dan Anak, dan diterima oleh umat melalui karya Roh.

III. Perspektif Reformed Lainnya

A. Teologi Perjanjian

Michael Horton menekankan bahwa salam ini menggambarkan Allah sebagai Allah perjanjian – yang memberikan kasih karunia dan damai sebagai bagian dari relasi-Nya dengan umat pilihan. Salam ini adalah pengingat akan janji Allah dalam perjanjian anugerah yang digenapi dalam Kristus.

B. Monergisme

Teologi Reformed memegang monergisme, bahwa keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya. Anugerah dan damai bukan hasil kerja sama manusia dengan Allah (sinergisme), melainkan anugerah murni dari Allah.

IV. Relevansi dan Aplikasi

1. Untuk Pribadi Kristen

  • Apakah kita hidup dalam kesadaran bahwa segala sesuatu adalah dari kasih karunia?

  • Apakah damai kita bersumber dari Allah, atau hanya dari situasi hidup?

  • Apakah kita menyadari relasi dengan Allah sebagai sumber kekuatan utama?

2. Untuk Gereja

  • Gereja harus menjadi tempat anugerah dan damai, bukan tekanan dan perpecahan.

  • Pengajaran kasih karunia harus mengakar dan memotivasi pelayanan, bukan hukumisme.

  • Kesatuan jemaat tidak akan mungkin tanpa damai yang sejati dari Allah.

V. Kekuatan Teologi Reformed dalam Memahami Ayat Ini

A. Fokus pada Kemuliaan Allah

Semua berpusat pada siapa Allah itu dan apa yang Dia kerjakan. Soli Deo Gloria – kepada Allah saja kemuliaan.

B. Kepenuhan Injil dalam Salam Pendek

Ayat ini membuktikan bahwa bahkan salam Paulus pun memuat inti Injil: anugerah, damai, Allah Tritunggal, dan relasi yang dipulihkan.

VI. Kesimpulan

1 Korintus 1:3, meski pendek, bukan hanya salam. Ayat ini adalah deklarasi Injil dalam bentuk paling padat dan indah. Dalam terang teologi Reformed, ayat ini mengajarkan:

  • Anugerah adalah dasar segala hal dalam kehidupan Kristen – termasuk keselamatan, pertumbuhan, dan pelayanan.

  • Damai adalah buah dari anugerah, bukan hasil usaha manusia.

  • Semua berasal dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus, yang bersatu dalam memberikan kasih dan pengharapan.

Penutup

Setiap kali kita membaca salam-salam dalam surat Paulus, kita diingatkan bahwa setiap kata Alkitab menyampaikan kebenaran mendalam. 1 Korintus 1:3 mengajak kita untuk memusatkan hidup pada kasih karunia Allah dan damai-Nya yang sejati. Gereja masa kini perlu kembali kepada Injil yang murni, yang menyatakan bahwa hidup Kristen dimulai, berlanjut, dan berakhir dalam anugerah Allah.

Next Post Previous Post