Sekolah Kristus: Didikan Sang Guru Agung

Pendahuluan
Istilah Christ’s School atau Sekolah Kristus bukan berarti sekolah fisik atau institusi formal. Dalam kerangka teologi Reformed, istilah ini menunjuk pada proses pembentukan rohani yang Allah kerjakan dalam hidup orang percaya melalui firman, Roh Kudus, disiplin rohani, dan pengalaman hidup sehari-hari.
Orang Kristen dipanggil bukan hanya untuk percaya kepada Kristus, tetapi juga untuk belajar dari-Nya dan menjadi serupa dengan-Nya. Yesus sendiri berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11:29, TB).
Artikel ini akan membahas konsep Sekolah Kristus menurut pandangan para teolog Reformed, bagaimana Allah mendidik umat-Nya, dan bagaimana kita bisa merespons sebagai murid sejati.
Apa Itu Sekolah Kristus?
Dalam sejarah gereja, banyak penulis menggambarkan hidup kekristenan sebagai perjalanan belajar di bawah bimbingan Kristus. Ini bukan hanya soal belajar doktrin, tetapi juga mengalami pembentukan karakter, pemurnian hati, dan pelatihan hidup untuk memuliakan Allah.
John Calvin menulis dalam Institutes of the Christian Religion, “The whole course of our life ought to be a sort of practice of godliness.” Hidup kita adalah ruang kelas di mana kita terus-menerus dilatih untuk hidup kudus, taat, dan rendah hati. Tuhan sendiri yang menjadi Guru Agung dalam sekolah ini, dan Alkitab adalah buku pelajaran utama kita.
Pandangan John Calvin: Disiplin Sebagai Latihan Kesalehan
Calvin percaya bahwa semua pengalaman hidup, termasuk penderitaan, adalah bagian dari pelatihan Allah bagi umat-Nya. Dalam bahasa Reformed, ini disebut sanctification (pengudusan) — proses Allah menjadikan umat-Nya serupa Kristus.
Calvin menulis, “God disciplines us so that we may be trained in obedience.” Sekolah Kristus bukan sekolah untuk kenyamanan, tetapi untuk pembentukan karakter. Disiplin yang datang dari Allah bukan hukuman, tetapi kasih: “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya.” (Ibrani 12:6).
Jonathan Edwards: Pertumbuhan Rohani yang Serius
Jonathan Edwards, salah satu pemikir besar dalam teologi Reformed, terkenal karena keseriusannya dalam mengejar pertumbuhan rohani. Dalam khotbah dan tulisannya, Edwards menekankan bahwa murid Kristus harus memanfaatkan semua kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih, iman, dan kebenaran.
Dia menulis, “A true Christian is one who is in the school of Christ, ever learning, ever growing, and ever increasing in love for God.” Bagi Edwards, sekolah Kristus adalah perjalanan seumur hidup, bukan sekadar pengalaman sesaat.
R.C. Sproul: Kedaulatan Allah Dalam Proses Pembelajaran
R.C. Sproul mengingatkan kita bahwa sekolah Kristus berjalan di bawah kedaulatan Allah. Tidak ada pelajaran, ujian, atau pengalaman yang kebetulan. Semuanya telah ditetapkan Allah untuk mendidik dan memperlengkapi umat-Nya.
Sproul berkata, “We are in the school of Christ because God, the Master Teacher, has ordained our curriculum.” Ini berarti, bahkan penderitaan, kegagalan, atau kekecewaan adalah bagian dari pelajaran yang harus kita terima dengan iman.
John Piper: Sukacita dalam Sekolah Kristus
John Piper menekankan bahwa sekolah Kristus bukanlah sekolah yang suram atau penuh beban, melainkan sekolah yang dipenuhi sukacita sejati. Mengapa? Karena tujuan akhirnya adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selamanya.
Piper berkata, “God is most glorified in us when we are most satisfied in Him.” Dalam sekolah Kristus, kita diajar untuk menemukan sukacita sejati bukan dalam hal duniawi, tetapi dalam Allah sendiri. Bahkan saat melewati penderitaan, ada sukacita karena kita tahu Allah sedang bekerja memurnikan iman kita.
Sinclair Ferguson: Kristus Sebagai Guru dan Teladan
Sinclair Ferguson, salah satu teolog Reformed kontemporer, mengajarkan bahwa pusat dari sekolah Kristus adalah Kristus sendiri. Bukan hanya ajaran-Nya yang penting, tetapi pribadi-Nya sebagai teladan hidup.
Ferguson menulis, “We are disciples, which means learners. But what we are learning is not mere information, but Christ Himself.” Artinya, sekolah Kristus bukan hanya soal menghafal ayat atau doktrin, tetapi mengenal pribadi Kristus lebih dalam: mengenal hati-Nya, kasih-Nya, kesabaran-Nya, dan hidup-Nya.
Pelajaran Utama di Sekolah Kristus
Apa saja pelajaran utama yang kita pelajari dalam sekolah Kristus? Mari kita lihat beberapa aspek penting.
1️⃣ Kasih dan Kerendahan Hati
Yesus berkata, “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” (Mat. 11:29). Pelajaran utama di sekolah Kristus adalah belajar kasih dan kerendahan hati. Kita diajar untuk menanggalkan keegoisan, kesombongan, dan kepentingan diri, lalu mengenakan hati Kristus.
2️⃣ Ketaatan
Dalam Yohanes 14:15, Yesus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Sekolah Kristus melatih kita untuk hidup taat, bukan sekadar secara lahiriah, tetapi dari hati yang mengasihi Allah.
3️⃣ Ketekunan dalam Penderitaan
Ibrani 12:7 berkata, “Jika kamu harus menanggung ganjaran, Allah memperlakukan kamu seperti anak.” Penderitaan bukan tanda Allah meninggalkan kita, melainkan tanda kita sedang belajar pelajaran penting: ketekunan, iman, dan penyerahan diri.
4️⃣ Sukacita dalam Allah
Seperti diajarkan John Piper, sekolah Kristus mengajarkan kita untuk bersukacita dalam Allah, bukan dalam hal dunia. Ini bukan sekadar teori, tetapi latihan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana Kita Bisa Menjadi Murid yang Baik?
Menjadi murid di sekolah Kristus membutuhkan sikap hati yang benar.
✅ Kerendahan hati: Akui bahwa kita butuh diajar, dibentuk, bahkan ditegur.
✅ Kesediaan belajar: Buka hati untuk firman Tuhan setiap hari.
✅ Kesabaran: Sadar bahwa pertumbuhan rohani adalah proses jangka panjang.
✅ Ketekunan: Jangan menyerah saat pelajaran terasa berat.
✅ Doa: Mohon pertolongan Roh Kudus untuk memahami dan menjalani pelajaran yang Allah berikan.
Praktik Harian di Sekolah Kristus
Berikut beberapa praktik nyata yang membantu kita belajar di sekolah Kristus:
-
Membaca dan merenungkan Alkitab setiap hari. Ini adalah sumber pelajaran utama kita.
-
Berdoa dengan sungguh-sungguh. Minta Roh Kudus membuka hati dan pikiran kita.
-
Bergabung dalam komunitas iman. Kita belajar bukan hanya sendiri, tetapi bersama saudara seiman.
-
Melayani dengan kasih. Pelayanan adalah salah satu cara Allah melatih kita.
-
Menerima penderitaan dengan iman. Lihat setiap kesulitan sebagai kesempatan belajar, bukan hanya beban.
Bahaya Mengabaikan Sekolah Kristus
Dalam surat-surat Perjanjian Baru, Paulus sering memperingatkan bahaya bagi orang Kristen yang menolak untuk bertumbuh. Mereka menjadi seperti bayi rohani yang tidak mau makan makanan keras, hanya puas dengan pengertian dasar.
Jonathan Edwards menulis, “To stop growing is to start declining.” Mengabaikan sekolah Kristus berarti kehilangan kesempatan untuk bertumbuh dalam kasih karunia, bahkan bisa membawa kita jatuh dalam dosa.
Sekolah Kristus dan Kekekalan
Sekolah Kristus tidak berhenti di dunia ini. Apa yang kita pelajari sekarang adalah persiapan untuk kekekalan. R.C. Sproul berkata, “This life is a dressing rehearsal for eternity.” Kita sedang dilatih untuk hidup sebagai warga Kerajaan Allah selamanya.
Dalam Wahyu 22, kita diberitahu bahwa di kekekalan nanti, kita akan melayani Allah dan memerintah bersama-Nya. Apa yang kita pelajari sekarang mempersiapkan kita untuk tugas-tugas itu.
Tips Menjalani Sekolah Kristus dengan Sungguh-Sungguh
Berikut beberapa tips praktis:
✅ Tetapkan waktu khusus setiap hari untuk belajar firman Tuhan.
✅ Carilah pembimbing rohani atau mentor yang bisa membimbing Anda.
✅ Jangan takut gagal; Allah sabar dan penuh kasih dalam mengajar kita.
✅ Perbanyak membaca literatur rohani yang memperdalam pengertian Anda tentang Kristus.
✅ Selalu ingat bahwa tujuan utama belajar adalah mengenal Kristus lebih dalam, bukan sekadar menambah informasi.
Penutup: Jadilah Murid Sejati
Menjadi murid Kristus bukan sekadar status, tetapi panggilan hidup. Kita dipanggil untuk masuk ke sekolah Kristus setiap hari, belajar dari Guru yang penuh kasih, sabar, dan bijaksana.
John Calvin mengingatkan, “As long as we live, we must continue to be learners in the school of Christ.” Hidup kita adalah proses belajar yang tidak pernah selesai sampai kita bertemu dengan-Nya muka dengan muka.
Mari kita menjalani hari-hari kita dengan kesadaran bahwa kita sedang dididik oleh Allah sendiri, dan setiap pengalaman, baik maupun buruk, adalah bagian dari pelajaran yang Dia siapkan bagi kita.