Damai Sejahtera Kristus di Tengah Keluarga

“Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”— Kolose 3:15, AYT
Pendahuluan
Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat dan komunitas gereja. Di tengah dinamika kehidupan modern—kesibukan pekerjaan, tekanan sosial, dan perubahan nilai-nilai budaya—keluarga Kristen menghadapi tantangan besar untuk tetap hidup dalam damai dan kasih. Dalam konteks inilah damai sejahtera Kristus menjadi sangat penting.
Dalam teologi Reformed, damai sejahtera (peace, shalom) bukan sekadar ketiadaan konflik, tetapi mencerminkan hubungan yang dipulihkan antara manusia dengan Allah, sesama, dan ciptaan. Damai sejahtera Kristus dalam keluarga berarti hidup dalam harmoni yang ditopang oleh kasih karunia, otoritas Firman Tuhan, dan kuasa Roh Kudus.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam pengertian damai sejahtera Kristus menurut para pakar teologi Reformed dan bagaimana prinsip tersebut dapat diterapkan dalam konteks kehidupan keluarga Kristen.
1. Pengertian Damai Sejahtera Kristus dalam Teologi Reformed
a. Shalom dalam Perspektif Ibrani
Menurut Cornelius Plantinga Jr., damai sejahtera (shalom) berarti “cara segala sesuatu seharusnya.” Dalam bukunya Not the Way It's Supposed to Be, Plantinga menekankan bahwa damai sejahtera adalah integritas ciptaan yang sempurna—tidak hanya tanpa konflik, tetapi juga tanpa dosa, ketidakadilan, dan kerusakan.
b. Damai Sejahtera dalam Kristus
John Calvin, tokoh utama Reformasi, mengaitkan damai sejahtera sebagai buah dari pembenaran oleh iman. Dalam tafsirannya atas Roma 5:1, Calvin menulis bahwa “ketika kita berdamai dengan Allah melalui pengorbanan Kristus, maka hati kita menjadi tenang dan tidak lagi diperbudak rasa takut atau murka Allah.”
Calvin juga menekankan bahwa damai sejahtera ini bukan hasil usaha manusia, tetapi anugerah Allah yang diterima melalui iman.
2. Dimensi Damai Sejahtera dalam Keluarga Kristen
Damai sejahtera Kristus bekerja dalam tiga dimensi utama dalam keluarga:
a. Damai Vertikal: Hubungan dengan Allah
Setiap anggota keluarga Kristen harus memiliki hubungan pribadi dengan Kristus. Teolog Reformed R.C. Sproul menekankan bahwa rekonsiliasi dengan Allah adalah fondasi utama dari damai sejahtera yang sejati. Tanpa pengenalan akan anugerah Kristus, keluarga hanya mengandalkan kekuatan manusia, yang terbatas dan mudah rapuh.
b. Damai Horizontal: Hubungan Antaranggota
Dalam komentarnya atas Kolose 3, Sinclair Ferguson menyatakan bahwa damai Kristus “harus menjadi wasit dalam hubungan keluarga.” Artinya, kasih, kesabaran, dan pengampunan harus mengalir dari relasi kita dengan Kristus kepada sesama anggota keluarga.
c. Damai Internal: Kedamaian Hati
Damai Kristus juga memampukan individu untuk hidup dengan tenang di tengah tekanan. Martin Lloyd-Jones menulis bahwa kedamaian sejati bukan ditentukan oleh situasi eksternal, tetapi oleh kehadiran Kristus dalam hati orang percaya. Ketika suami, istri, dan anak-anak memiliki kedamaian pribadi, mereka akan lebih siap membangun keluarga yang harmonis.
3. Prinsip-Prinsip Teologi Reformed untuk Mewujudkan Damai Sejahtera di Keluarga
a. Supremasi Firman Tuhan
Menurut pandangan Reformed, Firman Tuhan adalah otoritas tertinggi dalam kehidupan orang percaya. Dalam keluarga Kristen, Firman harus menjadi pusat dalam pengambilan keputusan, penyelesaian konflik, dan pendidikan anak.
Joel Beeke menyatakan bahwa keluarga yang dibentuk oleh Firman adalah “tempat di mana kasih karunia Allah bekerja secara aktif.” Membaca dan merenungkan Alkitab bersama adalah sarana utama untuk memperkuat ikatan dan menciptakan damai sejahtera.
b. Kepemimpinan Rohani dalam Keluarga
Dalam struktur keluarga, suami dipanggil sebagai pemimpin rohani, istri sebagai penolong yang sepadan, dan anak-anak diajar untuk menghormati orang tua (Efesus 5-6). John Piper menekankan bahwa kepemimpinan suami harus mencerminkan kasih Kristus yang mengorbankan diri, bukan otoritarianisme.
Kepemimpinan yang benar akan membawa ketertiban dan keamanan dalam keluarga, menciptakan suasana yang kondusif bagi pertumbuhan rohani dan damai sejahtera.
c. Kasih Karunia sebagai Dasar Relasi
Keluarga Kristen bukan komunitas yang sempurna, melainkan komunitas yang hidup oleh kasih karunia. D.A. Carson menyatakan bahwa kasih karunia adalah “nafas kehidupan orang percaya.” Dalam keluarga, kasih karunia menjadi dasar untuk saling mengampuni, memahami kelemahan, dan bertumbuh bersama.
4. Praktik Mewujudkan Damai Sejahtera dalam Keluarga
a. Ibadah Keluarga (Family Worship)
Salah satu tradisi penting dalam teologi Reformed adalah ibadah keluarga. Dalam ibadah ini, keluarga berkumpul untuk membaca Firman, berdoa, dan menyanyikan pujian.
Joel R. Beeke dan James W. Beeke dalam buku Family Worship menulis bahwa “ibadah keluarga yang teratur adalah jantung kehidupan rohani rumah tangga.” Ibadah keluarga memperkuat ikatan spiritual dan menghadirkan damai Kristus di tengah rumah.
b. Komunikasi yang Dibangun oleh Kebenaran dan Kasih
Komunikasi dalam keluarga harus mencerminkan prinsip kebenaran (Efesus 4:15). Teolog seperti Tim Keller menyarankan agar setiap anggota keluarga belajar mendengarkan dengan empati, berbicara dengan kasih, dan menghindari kata-kata yang menyakitkan.
Damai sejahtera tidak tumbuh di tengah komunikasi yang destruktif. Sebaliknya, percakapan yang jujur namun lembut menjadi lahan subur bagi pertumbuhan relasi yang sehat.
c. Menyelesaikan Konflik dengan Kasih dan Doa
Konflik adalah hal yang wajar, bahkan dalam keluarga Kristen. Namun teologi Reformed mengajarkan bahwa kasih karunia memampukan kita untuk mengampuni dan menyelesaikan perselisihan. Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menekankan pentingnya “pengampunan yang mengalir dari pemahaman akan pengampunan Allah.”
Keluarga yang membiasakan menyelesaikan masalah dengan berdoa bersama menunjukkan bahwa mereka bergantung pada Allah dalam membangun damai sejahtera.
5. Tantangan Mewujudkan Damai Sejahtera dalam Keluarga Zaman Ini
a. Budaya Individualisme dan Kesibukan
Menurut Al Mohler, salah satu tantangan utama adalah budaya individualisme yang merasuki keluarga Kristen. Setiap anggota lebih fokus pada kebutuhan dan aktivitas pribadi daripada membangun kehidupan bersama.
Kesibukan pekerjaan, aktivitas anak-anak, dan keterlibatan media sosial seringkali mengikis waktu bersama, sehingga damai sejahtera dalam keluarga terganggu. Solusinya adalah menata ulang prioritas dan menjadikan Kristus sebagai pusat kehidupan keluarga.
b. Tekanan Ekonomi dan Emosional
Banyak keluarga Kristen mengalami tekanan ekonomi, kesehatan mental, dan beban emosional. Teolog seperti Kevin DeYoung mengingatkan bahwa dalam tekanan seperti ini, keluarga justru dipanggil untuk “berakar dalam Injil, bukan dalam kondisi.”
Ketika fondasi keluarga adalah Injil, maka badai kehidupan tidak akan menghancurkan damai sejahtera yang telah ditanam oleh Roh Kudus.
6. Kesaksian dan Misi Keluarga yang Dipenuhi Damai Kristus
Keluarga Kristen yang hidup dalam damai sejahtera bukan hanya menjadi berkat bagi anggotanya, tetapi juga menjadi kesaksian di tengah dunia yang penuh kekacauan. Francis Schaeffer menyebut keluarga Kristen sebagai “komunitas alternatif” yang menunjukkan kerajaan Allah secara nyata.
Keluarga yang memperlihatkan kasih, kesabaran, dan pengampunan menjadi saksi Injil yang hidup. Mereka membuka pintu rumah bagi pelayanan, persekutuan, dan penyembuhan orang-orang yang terluka secara emosional dan rohani.
7. Kesimpulan: Membangun Keluarga dalam Kristus, Menerima Damai Sejahtera-Nya
Damai sejahtera Kristus bukanlah sesuatu yang otomatis terjadi dalam keluarga Kristen. Itu adalah hasil dari penyerahan diri setiap anggota keluarga kepada Kristus, kesetiaan pada Firman-Nya, dan kehidupan doa yang aktif.
Teologi Reformed memberikan dasar yang kokoh untuk memahami dan menghidupi damai sejahtera Kristus dalam keluarga. Dengan menjadikan Kristus sebagai Raja dalam rumah tangga, maka keluarga akan menjadi tempat pertumbuhan, perlindungan, dan kesaksian Injil.
Mari kita sebagai keluarga Kristen, bukan hanya menjadi pengikut Kristus secara pribadi, tetapi membangun rumah tangga yang berakar dalam kasih karunia dan damai sejahtera-Nya.