Yudas 1:16: Tanda-Tanda Para Pengacau dalam Gereja

Yudas 1:16: Tanda-Tanda Para Pengacau dalam Gereja

Yudas 1:16 (AYT) "Mereka adalah orang-orang yang suka mengeluh, mencari-cari kesalahan, dan menuruti hawa nafsu mereka sendiri; mereka bermulut besar dan menjilat orang lain demi mendapatkan keuntungan."

Pendahuluan: Surat yang Pendek, Peringatan yang Kuat

Surat Yudas adalah salah satu kitab terpendek dalam Perjanjian Baru, namun sangat padat dengan peringatan dan pengajaran tentang penyesat dalam komunitas Kristen. Ditulis oleh Yudas, saudara Yakobus (kemungkinan juga saudara Yesus), surat ini menyoroti infiltrasi orang-orang jahat ke dalam gereja, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah sebagai lisensi untuk hidup dalam dosa.

Ayat 16 menjadi bagian dari deskripsi lebih lanjut tentang karakter para pengacau yang telah disinggung sejak ayat 4. Bagi teologi Reformed, ayat ini penting karena menunjukkan bahwa tanda-tanda degradasi rohani tidak hanya dalam ajaran yang sesat, tetapi juga dalam moralitas dan karakter pribadi.

1. Latar Belakang Surat Yudas

Tujuan Penulisan

Yudas menulis untuk “menganjurkan kamu supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yud. 1:3). Ini adalah konteks apologetik dan doktrinal — suatu panggilan untuk keteguhan dalam kebenaran yang telah diwahyukan.

Peringatan terhadap Pengacau

Yudas 1:4 menyebut bahwa “orang-orang fasik” telah menyusup ke dalam gereja. Mereka mengubah kasih karunia Allah menjadi alasan untuk berbuat cabul dan menyangkal Tuhan kita Yesus Kristus. Ayat 16 adalah klimaks dari deskripsi panjang tentang siapa mereka dan bagaimana mereka bertindak.

2. Penjelasan Frasa per Frasa

Mereka adalah orang-orang yang suka mengeluh”

Analisa Bahasa

Kata Yunani untuk "mengeluh" adalah γογγυστής (gongystēs), yang juga digunakan dalam Septuaginta untuk menggambarkan keluhan bangsa Israel terhadap Tuhan di padang gurun.

Pandangan Reformed

John Calvin mengaitkan keluhan dalam konteks ini dengan hati yang tidak tunduk kepada kehendak Allah. Dalam komentarnya terhadap ayat-ayat serupa, ia menekankan bahwa keluhan sering kali muncul dari hati yang memberontak dan tidak puas dengan cara Tuhan bekerja.

Orang yang mengeluh tentang nasibnya sebenarnya sedang menuduh Allah tidak adil.”John Calvin

a.“Mencari-cari kesalahan”

Kata Yunani μεμψίμοιρος (mempsimoiros) berarti mengeluh karena merasa tidak puas dengan bagian yang didapat, merasa dirugikan atau tidak diperlakukan adil.

Aplikasi Teologis

Dalam teologi Reformed, ini menyentuh sifat manusia berdosa yang tidak puas terhadap kedaulatan Allah. R.C. Sproul sering menyebut bahwa dosa asal manusia membuatnya merasa bahwa ia "berhak" lebih, dan karenanya sering menyalahkan Allah atau sesamanya atas situasi hidup.

b.“Menuruti hawa nafsu mereka sendiri”

Kata ἐπιθυμία (epithumia) berarti hasrat yang kuat, sering kali untuk sesuatu yang berdosa. Ayat ini menunjukkan bahwa para pengacau tidak dikendalikan oleh Roh, tetapi oleh nafsu daging.

Pandangan Herman Bavinck

Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menjelaskan bahwa kehendak manusia setelah kejatuhan terikat oleh dosa dan hanya akan menuruti kehendak daging kecuali diperbarui oleh Roh Kudus. Perilaku dalam Yudas 1:16 mencerminkan kondisi manusia yang belum diperbarui.

c.“Mereka bermulut besar”

Frasa ini merujuk pada kesombongan dan kefasikan verbal. Para penyesat ini menggunakan kata-kata yang mengagungkan diri sendiri, menunjukkan superioritas spiritual palsu, atau meremehkan otoritas Alkitab.

Pandangan John Owen

Owen menyebutkan bahwa salah satu tanda ajaran sesat adalah penggunaan bahasa yang tinggi tetapi kosong dari kebenaran. Kata-kata mereka indah di luar, namun di dalamnya adalah penipuan dan kebanggaan rohani.

d.“Menjilat orang lain demi mendapatkan keuntungan”

Frasa Yunani θαυμάζοντες πρόσωπα (thaumazontes prosōpa) artinya adalah “mengagumi wajah” — yaitu pujian berlebihan untuk orang yang berpengaruh, demi keuntungan pribadi.

Aplikasi Teologi Reformed

Ini mencerminkan apa yang oleh Martin Luther sebut sebagai “kerusakan hati manusia yang mencari kemuliaan sendiri” (curvatus in se). Dalam konteks ini, orang-orang tersebut berusaha memperoleh kekuasaan dan materi melalui kemunafikan rohani.

3. Korelasi dengan Teologi Reformed: Dosa dan Kecenderungan Manusia

Total Depravity (Kerusakan Total)

Yudas 1:16 adalah potret klasik dari total depravity — bahwa manusia tanpa anugerah Allah akan:

  • Mengeluh terhadap Allah (tanpa takut akan kehendak-Nya).

  • Mementingkan diri sendiri.

  • Tidak hidup menurut Roh, melainkan daging.

  • Mencari pujian dari manusia, bukan Allah.

Louis Berkhof

Dalam Systematic Theology, Berkhof menyatakan bahwa manusia yang belum dilahirkan kembali tidak memiliki keinginan sejati untuk kemuliaan Allah, dan selalu mengejar keuntungan pribadi bahkan dalam konteks rohani.

4. Peringatan bagi Gereja Masa Kini

Yudas 1:16 relevan bagi gereja setiap zaman. Bahaya terbesar sering kali datang bukan dari luar, tetapi dari dalam — dari mereka yang menyamar sebagai orang percaya, namun menunjukkan karakter seperti yang dijelaskan ayat ini.

Aplikasi Praktis dalam Pelayanan:

  • Waspada terhadap pengajar yang suka menjilat pemimpin demi jabatan.

  • Kenali roh pengeluh dan pembangkang sebagai tanda ketidakrohanian.

  • Berani menegur mereka yang hidup menuruti hawa nafsu sambil tetap memakai “topeng” rohani.

5. Kontras dengan Buah Roh (Galatia 5:22-23)

Karakter Yudas 1:16Buah Roh (Gal. 5:22-23)
MengeluhSukacita
Mencari-cari salahKesabaran
Menuruti hawa nafsuPenguasaan diri
Bermulut besarKelemahlembutan
Menjilat demi untungKesetiaan & kasih

6. Solusi Injil: Pertobatan dan Pembaruan

Ayat ini bukan hanya peringatan, tetapi juga ajakan untuk menguji diri. Dalam terang Injil:

  • Mereka yang bertobat akan menerima hati yang baru (Yeh. 36:26).

  • Kehidupan yang diperbarui oleh Roh Kudus akan menghasilkan karakter yang sesuai dengan Kristus, bukan seperti dalam Yudas 1:16.

  • Pengampunan tersedia dalam Kristus, tetapi juga ada panggilan untuk berjaga-jaga terhadap bahaya di dalam gereja.

7. Kesimpulan

Yudas 1:16 adalah gambaran tajam tentang karakter orang fasik yang menyusup ke dalam gereja. Dalam kerangka teologi Reformed, ayat ini menunjukkan natur dosa manusia yang tidak bisa diubahkan kecuali oleh anugerah ilahi. Melalui eksposisi ini, kita dipanggil untuk:

  • Menjadi gereja yang waspada.

  • Memiliki pemimpin yang tidak menjilat atau mengeluh, tetapi setia dan rendah hati.

  • Hidup dengan ketundukan kepada kehendak Allah, bukan hawa nafsu pribadi.

Next Post Previous Post