Pertentangan Jiwa dengan Dirinya Sendiri

“Sebab daging mengingini apa yang bertentangan dengan Roh dan Roh mengingini apa yang bertentangan dengan daging—karena keduanya bertentangan—sehingga kamu tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”— Galatia 5:17, AYT
Pendahuluan
Kehidupan Kristen bukanlah perjalanan yang mudah. Di dalam hati setiap orang percaya terdapat pertempuran yang intens antara daging dan Roh, antara keinginan lama dan kehidupan baru dalam Kristus. Pertentangan jiwa dengan dirinya sendiri adalah realitas yang mendalam, namun sering diabaikan.
Topik ini menjadi fokus pemikiran banyak teolog Reformed seperti Richard Sibbes (dalam bukunya The Soul’s Conflict and Victory Over Itself), John Owen, dan Martin Lloyd-Jones. Mereka menggambarkan konflik batin ini bukan sebagai tanda kegagalan iman, melainkan sebagai bukti adanya kehidupan rohani sejati dalam Kristus.
Artikel ini membahas secara sistematis dinamika pertentangan jiwa menurut perspektif teologi Reformed: dari akar konflik, proses pertarungan, peran Roh Kudus, hingga janji kemenangan dalam Kristus.
1. Akar Pertentangan Jiwa: Kodrat Lama dan Baru
a. Kejatuhan dan Kerusakan Total
Menurut doktrin Total Depravity dalam teologi Reformed, manusia setelah kejatuhan dalam dosa (Kejadian 3) tidak hanya berdosa dalam tindakan, tetapi juga dalam keinginan, motivasi, dan pikiran terdalamnya.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menulis bahwa “hati manusia adalah pabrik berhala.” Bahkan setelah dilahirkan kembali, sisa dosa (remainders of sin) masih tinggal dalam diri orang percaya.
b. Regenerasi dan Kodrat Baru
Namun dalam anugerah Allah, orang percaya telah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Hati batu diganti dengan hati daging (Yehezkiel 36:26). Inilah yang menimbulkan konflik: hati yang lama tidak lagi memerintah sepenuhnya, tetapi belum juga sepenuhnya lenyap.
R.C. Sproul menyebut ini sebagai “already, but not yet.” Kita telah dibenarkan, namun belum dimuliakan. Maka pertentangan internal adalah proses santifikasi.
2. Realitas Konflik: Suatu Ciri Kehidupan Kristen Sejati
a. Richard Sibbes: Pertentangan sebagai Tanda Hidup Rohani
Richard Sibbes, teolog Puritan Reformed, dalam The Soul’s Conflict menyatakan bahwa “tidak ada konflik di hati yang mati.” Justru konflik batin menunjukkan bahwa Roh Kudus sedang bekerja melawan dosa dalam diri kita.
“Jiwa yang berkonflik adalah jiwa yang hidup.”
— Richard Sibbes
b. John Owen: “Mautilah Dosa atau Dosa yang Mematikanmu”
Dalam bukunya yang terkenal The Mortification of Sin, John Owen berkata:
“Be killing sin or it will be killing you.”
Pertentangan batin menunjukkan adanya dua hukum yang bekerja dalam diri kita: hukum dosa dan hukum Roh (Roma 7:23). Owen memperingatkan agar orang percaya tidak menoleransi dosa sekecil apapun, karena itu akan memperkuat musuh dalam jiwa.
c. Martin Lloyd-Jones: Psikologi Jiwa Kristen
Lloyd-Jones dalam Spiritual Depression menjelaskan bahwa banyak depresi rohani terjadi karena orang Kristen tidak mengerti bahwa konflik batin adalah bagian dari pertumbuhan iman. Mereka merasa gagal saat menghadapi godaan atau kejatuhan, padahal justru mereka sedang disempurnakan dalam proses itu.
3. Bentuk-Bentuk Konflik Jiwa dalam Hidup Sehari-Hari
a. Konflik antara Keinginan Rohani dan Keinginan Duniawi
Galatia 5:16-17 menjelaskan bahwa daging dan Roh saling bertentangan. Keinginan untuk menyenangkan Allah seringkali dibayangi oleh keinginan daging: kesombongan, hawa nafsu, kemarahan, iri hati, dan ego.
b. Perasaan Bersalah dan Tuduhan Hati Nurani
Banyak orang percaya menghadapi tuduhan hati nurani setelah jatuh dalam dosa. Iblis, yang disebut sebagai “pendakwa,” menuduh kita siang dan malam (Wahyu 12:10). Konflik ini dapat menjerumuskan seseorang ke dalam keputusasaan jika tidak dihadapi dengan Injil.
c. Ketidakpastian Identitas dan Panggilan
Konflik jiwa juga muncul ketika kita mempertanyakan identitas kita di dalam Kristus. Apakah kita sungguh anak Allah? Apakah kita sungguh-sungguh dipanggil? Kebimbangan ini menjadi medan pertarungan yang nyata dalam jiwa Kristen.
4. Peran Roh Kudus dalam Mengatasi Pertentangan Jiwa
a. Roh Kudus sebagai Penolong dalam Pertempuran
Roh Kudus diberikan bukan hanya sebagai meterai keselamatan, tetapi juga sebagai penolong (Yohanes 14:26). Dalam konflik jiwa, Roh Kudus menginsafkan, menguatkan, mengingatkan janji-janji Tuhan, dan memberi damai.
b. Menerapkan Firman Tuhan dalam Jiwa
John Owen menekankan bahwa Roh Kudus bekerja melalui Firman. Itulah sebabnya pembacaan, perenungan, dan pewartaan Firman sangat penting bagi jiwa yang berperang. Firman adalah “pedang Roh” (Efesus 6:17) dalam peperangan rohani.
5. Strategi Menghadapi Konflik Jiwa Menurut Teologi Reformed
a. Pembunuhan Dosa (Mortification of Sin)
Orang Kristen dipanggil untuk terus-menerus mematikan dosa. Ini bukan pekerjaan satu kali, melainkan peperangan harian. John Owen menyarankan agar kita “menghancurkan akar dosa sebelum tumbuh menjadi pohon besar.”
b. Membangun Jiwa dengan Disiplin Rohani
Disiplin seperti doa, puasa, meditasi Alkitab, dan persekutuan jemaat merupakan sarana anugerah yang Allah berikan untuk menguatkan jiwa.
Joel Beeke dalam Living for God’s Glory menyebut bahwa “iman yang bertumbuh adalah iman yang berdisiplin.”
c. Mengingat Injil Setiap Hari
Martin Luther berkata bahwa “kita harus berkhotbah Injil kepada diri kita setiap hari.” Dalam konflik batin, kita harus mengingat bahwa kita telah dibenarkan, dikasihi, dan dipilih bukan karena performa kita, tetapi karena kasih karunia Kristus.
6. Bahaya jika Konflik Jiwa Diabaikan
a. Kematian Rohani yang Diam-Diam
Jika konflik jiwa diabaikan, orang percaya dapat menjadi tumpul secara rohani. Tanpa perlawanan terhadap dosa, hati menjadi keras, dan suara Roh Kudus tidak lagi terdengar.
b. Kegagalan dalam Pertumbuhan Iman
Pertumbuhan rohani terjadi melalui konflik. Tanpa menghadapinya, iman menjadi stagnan. Seperti otot yang tidak pernah dilatih, jiwa tanpa pergumulan tidak akan menjadi kuat.
c. Kesaksian yang Tumpul
Dunia memperhatikan bagaimana orang Kristen menghadapi pergumulan batin. Jika kita tidak hidup dengan jujur, penuh pengharapan, dan berani mengakui kelemahan, kesaksian kita akan menjadi tidak relevan bagi orang lain yang juga sedang bergumul.
7. Kemenangan dalam Konflik Jiwa: Harapan Injil
a. Janji Kemenangan dalam Kristus
Roma 8:1-2 menyatakan: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Kemenangan bukan berasal dari kekuatan kita, tetapi dari posisi kita di dalam Kristus.
b. Kasih Karunia yang Cukup
2 Korintus 12:9 berkata: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Bahkan ketika kita kalah dalam pertarungan batin, kasih karunia Allah tetap tersedia.
c. Janji Pemuliaan Kelak
Pertentangan jiwa tidak akan berlangsung selamanya. Suatu hari, ketika Kristus datang kembali, kita akan dibebaskan dari kehadiran dosa sepenuhnya. Itu adalah harapan mulia bagi setiap orang percaya.
8. Kesaksian Para Teolog Reformed tentang Konflik Jiwa
a. John Bunyan – Pilgrim’s Progress
Dalam alegori ini, Bunyan menggambarkan konflik batin sebagai perjalanan seorang Kristen melintasi Lembah Kematian, melawan Apollyon, dan menyeberangi sungai kematian. Jiwa Kristen tidak pernah bebas dari pertarungan, tetapi selalu ditopang oleh kasih karunia.
b. Jonathan Edwards – Religious Affections
Edwards menyatakan bahwa kasih yang sejati kepada Allah sering diuji justru dalam konflik batin. Ketika kita memilih Allah meski hati ingin lari dari-Nya, itulah tanda afeksi sejati.
c. Herman Bavinck – Reformed Dogmatics
Bavinck menulis bahwa “iman Kristen bukan hanya pengakuan kognitif, tetapi partisipasi eksistensial dalam kehidupan Kristus.” Konflik batin membentuk karakter ilahi dalam umat-Nya.
Kesimpulan: Jiwa yang Berkonflik, Jiwa yang Bertumbuh
Pertentangan jiwa bukan tanda bahwa iman kita lemah, tetapi bahwa Kristus sedang membentuk kita dalam jalan kekudusan. Dalam teologi Reformed, konflik jiwa dilihat sebagai:
-
Bukti kehidupan rohani,
-
Sarana pengudusan,
-
Jalan menuju kedewasaan iman.
Kita dipanggil bukan untuk hidup bebas dari pergumulan, tetapi untuk bergantung pada kasih karunia Kristus di tengah pergumulan itu. Ketika kita jatuh, kita bangkit kembali oleh kekuatan Roh Kudus. Ketika hati gentar, kita berlindung dalam janji Injil.
Maka, jika jiwamu sedang berperang, jangan putus asa. Itu tandanya engkau sedang hidup. Teruskan pertarungan itu, bukan dalam kekuatanmu, tetapi dalam kuasa Dia yang telah mengalahkan dunia.