Kehendak Ilahi dalam Ketetapan Kekal-Nya

Kehendak Ilahi dalam Ketetapan Kekal-Nya

“segala sesuatu yang terjadi telah ditetapkan oleh Allah dari semula, sesuai dengan keputusan kehendak-Nya, untuk mendatangkan kebaikan dan kemuliaan bagi nama-Nya.”
Efesus 1:11 (parafrase)

Pendahuluan

Kehendak Allah adalah tema sentral dalam teologi Kristen, khususnya dalam tradisi Reformed. Namun dalam kerangka Reformed, pembahasan tentang kehendak Allah tidak berhenti pada tindakan-Nya dalam sejarah, tetapi menembus jauh ke dalam ketetapan kekal Allah (eternal decrees), yaitu keputusan ilahi yang telah ditentukan sebelum dunia dijadikan.

Topik ini, yang dikenal sebagai The Divine Will Considered in Its Eternal Decrees, menjadi inti dari banyak karya teolog Reformed besar seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, hingga R.C. Sproul. Dalam doktrin ini, Allah tidak hanya mengetahui segala sesuatu sebelumnya, tetapi telah menetapkan segala sesuatu dalam kebijaksanaan-Nya yang sempurna dan kehendak-Nya yang tidak bisa digagalkan.

Artikel ini akan mengulas pengertian, implikasi, dan pembelaan terhadap doktrin ketetapan kekal Allah dari sudut pandang teologi Reformed, termasuk kaitannya dengan tanggung jawab manusia, kasih karunia, dan pemeliharaan ilahi.

1. Pengertian Kehendak Ilahi dan Ketetapan Kekal

a. Definisi Ketetapan Kekal Allah

Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menyatakan bahwa ketetapan Allah adalah “rencana kekal-Nya, yang oleh-Nya Ia telah menetapkan apa yang ingin Ia lakukan atas segala ciptaan-Nya.”

Ketetapan ini mencakup semua hal—baik keselamatan, sejarah, bahkan kejadian yang tampaknya sepele.

“Tidak ada satu daun pun yang gugur tanpa ketetapan Allah.”
John Calvin

b. Dua Aspek Kehendak Allah

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics membedakan antara dua aspek kehendak Allah:

  • Kehendak Dekretif (Decretive Will): Apa yang Allah tetapkan akan terjadi (misalnya: penciptaan, keselamatan, penghakiman).

  • Kehendak Preseptif (Preceptive Will): Apa yang Allah kehendaki secara moral (misalnya: taat kepada perintah-Nya).

Konflik muncul karena manusia kadang tidak menaati kehendak preseptif, namun itu tidak menggagalkan kehendak dekretif Allah.

2. Ketetapan Allah dalam Alkitab

a. Alkitab Menegaskan Ketetapan Allah

Berbagai ayat mendukung pemahaman bahwa Allah berdaulat penuh atas segala sesuatu:

  • Efesus 1:11 – “Di dalam Dia kami juga mendapat bagian, karena kami telah ditentukan dari semula sesuai dengan maksud Allah yang mengerjakan segala sesuatu menurut keputusan kehendak-Nya.”

  • Mazmur 33:11 – “Rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun.”

  • Roma 8:29-30 – “Karena mereka yang telah dipilih-Nya dari semula, juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya…”

b. Yesus dan Ketetapan Allah

Bahkan penderitaan dan penyaliban Yesus adalah bagian dari rencana kekal Allah (Kisah Para Rasul 2:23). Ini menunjukkan bahwa ketetapan Allah bukan reaktif, melainkan proaktif dan berdaulat.

3. Ketetapan Allah dan Keselamatan

a. Predestinasi: Penetapan untuk Diselamatkan

Teologi Reformed mengajarkan bahwa Allah, dalam ketetapan kekal-Nya, telah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan (Efesus 1:4-5). Ini dikenal sebagai doktrin predestinasi.

Jonathan Edwards menyatakan:

“Keselamatan bukanlah hasil dari keputusan manusia, tetapi dari keputusan Allah.”

Predestinasi bukan berarti Allah semena-mena, melainkan bahwa Ia mengasihi dan menyelamatkan berdasarkan anugerah-Nya semata.

b. Penetapan dan Tanggung Jawab Manusia

Meskipun Allah menetapkan keselamatan, manusia tetap bertanggung jawab untuk percaya dan bertobat. Ini adalah misteri ilahi yang tetap dijaga dalam teologi Reformed.

John Murray menulis:

“Allah menetapkan sarana maupun tujuan. Iman, pertobatan, dan pengudusan adalah bagian dari ketetapan itu.”

4. Ketetapan Allah dan Kejahatan

a. Allah Bukan Pencipta Kejahatan

Salah satu keberatan terhadap doktrin ketetapan kekal adalah: Jika Allah menetapkan segala sesuatu, bukankah Ia juga menetapkan dosa?

Jawaban Reformed: Allah mengizinkan kejahatan terjadi sebagai bagian dari rencana-Nya, tanpa menjadi penyebab dosa secara langsung.

Stephen Charnock berkata:

“Allah mengatur dosa tanpa menciptakannya.”

Ini seperti dalam kasus Yusuf: “Kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan.” (Kejadian 50:20)

b. Tujuan Ilahi dalam Membiarkan Kejahatan

R.C. Sproul menjelaskan bahwa ketetapan Allah atas kejahatan bertujuan untuk menyatakan keadilan, kasih karunia, dan kemuliaan-Nya. Tanpa kejatuhan manusia, tidak akan ada penebusan.

5. Ketetapan Allah dan Kehidupan Sehari-hari

a. Pemeliharaan Ilahi

Ketetapan Allah mencakup segala hal dalam hidup kita: lahir, mati, pekerjaan, pernikahan, penderitaan, dan berkat.

John Frame mengatakan bahwa “semua aspek kehidupan manusia berada dalam lingkup kedaulatan Allah.”

Itu sebabnya, orang percaya dapat hidup dalam penghiburan bahwa tidak ada yang terjadi secara kebetulan.

b. Doa dan Ketetapan

Apakah doa sia-sia jika Allah sudah menetapkan segalanya?

Jawaban Reformed: Tidak! Doa adalah sarana yang Allah gunakan untuk melaksanakan ketetapan-Nya. Seperti hujan adalah sarana untuk menumbuhkan tanaman, demikian pula doa adalah sarana untuk melaksanakan rencana Allah.

John Piper menyatakan:

“Doa tidak mengubah kehendak Allah, tetapi mengubah kita agar selaras dengan kehendak-Nya.”

6. Ketetapan Kekal dan Penghiburan Orang Percaya

a. Kepastian dalam Kasih Karunia

Karena Allah menetapkan keselamatan dari kekekalan, maka orang percaya dapat memiliki kepastian keselamatan. Ini bukan karena kita kuat, tetapi karena Allah setia.

Martin Lloyd-Jones menegaskan bahwa “jika keselamatan kita bergantung pada diri kita, maka kita tidak akan pernah selamat.”

b. Damai Sejahtera di Tengah Penderitaan

Dalam penderitaan, doktrin ini membawa penghiburan besar. Allah tidak sedang panik atau mencari solusi, tetapi sedang menggenapi rencana kekal-Nya.

Charles Spurgeon berkata:

“Saya percaya pada doktrin ketetapan, karena tanpa itu, saya akan kehilangan akal di tengah penderitaan hidup.”

7. Ketetapan Kekal dan Kerendahan Hati

a. Melawan Kesombongan Rohani

Kesadaran bahwa keselamatan dan seluruh hidup adalah berdasarkan ketetapan Allah, akan melahirkan kerendahan hati yang sejati.

Tidak ada tempat untuk membanggakan diri.

Efesus 2:8-9 – “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu…”

b. Mendorong Penyembahan

Ketetapan Allah menyingkapkan kemuliaan-Nya yang tak terselami. Respon kita seharusnya bukan diskusi spekulatif, tetapi penyembahan yang dalam.

“Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!”
Roma 11:33

8. Keberatan terhadap Doktrin Ini dan Tanggapan Reformed

KeberatanTanggapan Reformed
Allah tidak adil jika memilih sebagian dan menolak yang lainSemua layak binasa. Bahwa ada yang diselamatkan adalah anugerah semata.
Jika semua sudah ditetapkan, mengapa menginjili?Karena penginjilan adalah sarana yang Allah tetapkan untuk membawa umat pilihan-Nya.
Apakah ini tidak menjadikan manusia seperti robot?Tidak. Manusia tetap bertanggung jawab. Allah bekerja melalui kehendak bebas manusia.

Kesimpulan: Ketetapan Allah Mengagumkan dan Membebaskan

Doktrin kehendak Allah dalam ketetapan kekal-Nya bukanlah spekulasi dingin yang membunuh semangat, melainkan fondasi pengharapan, kerendahan hati, dan penyembahan sejati.

Allah yang menetapkan segala sesuatu adalah Allah yang mengasihi, mengatur, dan membawa segalanya untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya.

Sebagaimana John Calvin pernah katakan:

“Pengetahuan akan ketetapan Allah adalah sumber penghiburan terbesar bagi orang percaya.”

Next Post Previous Post