1 Timotius 6:3: Teguran bagi Ajaran yang Menyimpang dari Kristus

1 Timotius 6:3: Teguran bagi Ajaran yang Menyimpang dari Kristus

1 Timotius 6:3 (AYT):Jika ada orang yang mengajarkan ajaran lain yang tidak sesuai dengan perkataan yang benar dari Tuhan kita Kristus Yesus dan tidak sesuai dengan ajaran kesalehan,”

Pendahuluan: Masalah Ajaran Sesat dalam Gereja

Surat 1 Timotius ditulis oleh Rasul Paulus kepada anak rohaninya, Timotius, yang sedang melayani di Efesus. Salah satu tujuan utama surat ini adalah untuk menangkal ajaran-ajaran palsu dan membangun struktur gereja yang sehat secara teologis dan moral.

Ayat ini, 1 Timotius 6:3, berada dalam bagian akhir surat dan menjadi pembuka dari peringatan keras terhadap para pengajar sesat. Dalam konteks teologi Reformed, ayat ini sangat penting karena menyentuh inti dari sola scriptura, solus Christus, dan kesalehan yang lahir dari iman yang benar.

1. Konteks Historis dan Teologis

Surat Pastoral dan Tantangan Efesus

Efesus adalah kota besar dan pusat intelektual, di mana berbagai filsafat dan kepercayaan berkembang. Para pengajar palsu menyusup ke dalam gereja dengan membawa ajaran yang mencampurkan kebenaran Injil dengan spekulasi, legalisme, dan mistisisme.

Paulus menugaskan Timotius untuk “memerintahkan beberapa orang supaya jangan mengajarkan ajaran lain” (1 Timotius 1:3). Di pasal 6, Paulus menekankan kembali ancaman tersebut, kali ini dengan penegasan yang lebih keras.

2. Penjelasan Teks: Eksposisi Kata per Kata

Jika ada orang yang mengajarkan ajaran lain”

Kata Yunani yang digunakan di sini adalah ἑτεροδιδασκαλεῖ (heterodidaskalei), artinya mengajarkan sesuatu yang berbeda. Akar kata ini adalah "hetero" (berbeda) dan "didaskalia" (pengajaran).

Pandangan Teologi Reformed:

John Calvin menegaskan bahwa setiap ajaran yang menyimpang dari doktrin Kristus adalah bentuk pemberontakan terhadap otoritas ilahi. Ia berkata:

Kristus harus menjadi pusat pengajaran. Ajaran yang mengaburkan Injil-Nya adalah bidat yang harus ditolak.”

Ini mencerminkan pemahaman Reformed bahwa semua doktrin gereja harus tunduk pada otoritas firman Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam Alkitab.

Yang tidak sesuai dengan perkataan yang benar dari Tuhan kita Kristus Yesus”

Frasa ini menekankan bahwa standar kebenaran adalah ucapan atau ajaran Yesus Kristus. Dalam teologi Reformed, Kristus adalah pusat dari seluruh wahyu Alkitab.

R.C. Sproul dalam Knowing Scripture menjelaskan bahwa “perkataan yang sehat” (sound words) adalah doktrin yang konsisten dengan Injil Kristus. Ia menyebut ajaran yang menyimpang sebagai “racun rohani”.

Dan tidak sesuai dengan ajaran kesalehan”

Kata kesalehan” (Yunani: εὐσέβεια – eusebeia) adalah konsep penting dalam surat-surat pastoral. Dalam kerangka Reformed, kesalehan bukan sekadar moralitas lahiriah, melainkan hidup yang sesuai dengan Allah — hasil dari pembenaran oleh iman.

Louis Berkhof menjelaskan bahwa kesalehan sejati muncul dari pemahaman yang benar akan Allah dan relasi yang dipulihkan melalui Kristus. Ajaran yang salah pasti akan menghasilkan kehidupan yang salah.

3. Korelasi dengan Doktrin Utama Reformed

A. Sola Scriptura (Hanya Alkitab)

Ajaran sehat harus bersumber dari Kitab Suci. 1 Timotius 6:3 memperingatkan tentang bahaya ajaran lain yang tidak memiliki dasar Alkitabiah. Dalam Reformed Confessions (misalnya, Westminster Confession of Faith), disebutkan bahwa “segala sesuatu yang diajarkan dan dipercayai gereja harus berasal dari Kitab Suci”.

B. Solus Christus (Hanya Kristus)

Segala pengajaran yang tidak sesuai dengan Kristus bukan hanya salah, tetapi menyesatkan. Kristus adalah ukuran dan pusat kebenaran.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics mengatakan:

Di luar Kristus tidak ada pengetahuan sejati tentang Allah atau keselamatan.”

4. Bahaya Ajaran yang Menyimpang

A. Menyesatkan Jemaat

Ajaran sesat tidak hanya salah secara intelektual, tetapi juga merusak kehidupan rohani jemaat. Paulus dalam ayat-ayat setelahnya (1 Tim. 6:4-5) menggambarkan bahwa pengajar semacam itu memiliki:

  • Pikiran yang rusak.

  • Obsesi terhadap perdebatan.

  • Tujuan keuntungan pribadi, bukan kemuliaan Allah.

B. Mencemari Kesalehan

Ajaran palsu tidak menghasilkan buah Roh, tetapi kesombongan rohani, perselisihan, iri hati, dan fitnah. Ini adalah kebalikan dari kesalehan sejati.

5. Ciri-Ciri Pengajaran yang Benar Menurut Teologi Reformed

Berdasarkan prinsip Reformasi dan surat 1 Timotius, pengajaran yang benar harus:

  1. Berpusat pada KristusMenegaskan bahwa keselamatan hanya dalam Yesus Kristus.

  2. Berdasarkan AlkitabTidak berasal dari pengalaman pribadi, opini manusia, atau tradisi semata.

  3. Menuntun kepada kesalehanMenghasilkan kehidupan yang takut akan Allah dan serupa dengan Kristus.

  4. Tidak mengejar keuntungan pribadiMelayani demi kemuliaan Tuhan, bukan harta atau jabatan.

6. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

A. Tanggung Jawab Pengkhotbah dan Guru

Pengkhotbah harus berhati-hati agar hanya mengajarkan firman Tuhan secara benar. 2 Timotius 2:15 menekankan pentingnya membagi firman dengan tepat (rightly handling the word of truth).

John Stott dalam The Message of 1 Timothy mengatakan:

Ajaran sehat bukan hanya untuk kepala, tetapi untuk hati dan kehidupan. Ia memurnikan, bukan hanya memberitahu.”

B. Tanggung Jawab Jemaat

Jemaat perlu memiliki discernment rohani untuk membedakan ajaran sehat dan sesat. Tidak semua yang berbicara “atas nama Tuhan” sungguh-sungguh membawa firman Tuhan.

7. Tanda-Tanda Ajaran Sesat yang Harus Diwaspadai

  1. Mengabaikan Alkitab atau merelatifkannya.

  2. Menekankan pengalaman subjektif melebihi kebenaran objektif.

  3. Memuliakan manusia lebih daripada Kristus.

  4. Mengajarkan kesalehan sebagai sarana kekayaan atau keuntungan.

  5. Menolak otoritas rasul-rasul dan pengajaran apostolik.

8. Peran Gereja dalam Menjaga Kemurnian Ajaran

Dalam kerangka Reformed, gereja memiliki tugas sebagai pillar and ground of the truth (1 Tim. 3:15). Artinya, gereja bukan hanya tempat persekutuan, tapi juga pusat pengajaran yang benar.

Calvin menyebutkan bahwa “gereja sejati adalah tempat di mana firman Allah diberitakan secara murni dan sakramen dilayankan dengan benar.”

9. Kesalehan Sejati Bukan Produk Ajaran Salah

Kesalehan dalam ayat ini bukan bentuk lahiriah yang bisa dibuat-buat. Ia lahir dari pemahaman Injil yang benar dan transformasi oleh Roh Kudus. Tanpa ajaran yang sehat, tidak mungkin ada kesalehan yang sejati.

Kita diselamatkan oleh iman, tapi iman yang sejati tidak pernah sendiri — ia menghasilkan kesalehan.”
Martin Luther

10. Kesimpulan: Menjaga Kebenaran dalam Generasi yang Menyimpang

1 Timotius 6:3 memberi kita tolok ukur untuk menguji setiap pengajaran:

  • Apakah itu sesuai dengan perkataan Kristus?

  • Apakah itu menghasilkan kesalehan sejati?

  • Apakah itu setia kepada Alkitab?

Dalam dunia modern yang dipenuhi dengan berbagai suara dan opini, gereja dipanggil untuk tetap berdiri di atas fondasi yang tak tergoyahkan: Injil Yesus Kristus sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci.

Next Post Previous Post