Dikuduskan dan Dipanggil Menjadi Kudus: 1 Korintus 1:2

“Kepada jemaat Allah yang berada di Korintus, untuk mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus, yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus bersama semua orang di setiap tempat yang memanggil nama Tuhan kita Yesus Kristus, baik di tempat mereka maupun kita.”— 1 Korintus 1:2 (AYT)
Pendahuluan: Jemaat Allah di Tengah Dunia yang Penuh Dosa
Surat 1 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, sebuah kota pelabuhan yang dikenal karena kemewahan, perdagangan, dan moralitas yang merosot. Dalam suasana duniawi semacam itu, Paulus menyapa orang-orang percaya dengan sebutan yang mulia: “jemaat Allah,” “dikuduskan,” dan “orang-orang kudus.” Frasa-frasa ini bukan hanya sapaan basa-basi, tetapi memiliki bobot teologis yang dalam, khususnya dalam pemahaman Teologi Reformed yang sangat menekankan pada identitas umat Allah, kekudusan positional dan praktikal, serta panggilan hidup kudus.
1. Konteks Surat dan Kota Korintus
a. Latar Budaya dan Sosial
Korintus adalah kota kosmopolitan dan pusat penyembahan berhala. Dikenal akan kuil Aphrodite dan pelacuran ritual, kota ini merepresentasikan dekadensi moral pada masanya. Dalam konteks itulah Paulus menanam gereja dan menyampaikan Injil.
b. Kondisi Jemaat
Ironisnya, jemaat Korintus yang telah ditebus masih menghadapi banyak persoalan: perpecahan (1:10–17), perzinahan (5:1–13), penyembahan berhala, dan kekacauan dalam ibadah. Namun, Paulus tetap menyebut mereka sebagai orang kudus.
2. Eksposisi Frasa-frasa Kunci dalam 1 Korintus 1:2
a. “Kepada jemaat Allah yang berada di Korintus”
Istilah “jemaat Allah” (Yunani: ekklÄ“sia tou Theou) adalah pernyataan identitas. Mereka bukan sekadar komunitas keagamaan, tetapi komunitas milik Allah. Dalam pandangan John Calvin, jemaat bukan hanya sekumpulan individu yang berkumpul, tetapi “tubuh yang dipisahkan untuk Allah, oleh Roh dan kebenaran-Nya.”
Calvin menulis: “Nama Gereja adalah milik Allah karena Gereja adalah tempat di mana Allah memerintah melalui Firman-Nya dan Roh-Nya.”
b. “Untuk mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus”
Kata “dikuduskan” (Yunani: hÄ“giasmenois) menunjukkan bentuk perfeksi: mereka telah dikuduskan secara posisi, yaitu melalui iman di dalam Kristus. Dalam teologi Reformed, ini disebut sebagai positional sanctification—status baru yang diperoleh melalui persatuan dengan Kristus.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Kekudusan bukanlah hasil dari usaha manusia, tetapi hasil dari anugerah yang mengikat kita dengan Kristus. Kita kudus karena posisi kita dalam Kristus, bukan karena pencapaian moral kita.”
c. “Yang dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus”
Ini menunjuk pada panggilan efektif Allah (efektif calling), bagian dari ordo salutis (urutan keselamatan dalam teologi Reformed): predestinasi → panggilan efektif → pembenaran → pengudusan → pemuliaan.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menyebut ini sebagai:
“An internal and efficacious calling of the Holy Spirit, bringing about a spiritual transformation.”
Jadi, mereka bukan hanya diberi status kudus, tapi dipanggil untuk menjadi kudus dalam kehidupan mereka sehari-hari.
d. “Bersama semua orang di setiap tempat yang memanggil nama Tuhan kita Yesus Kristus”
Paulus menunjukkan bahwa gereja adalah komunitas universal, bersatu bukan oleh lokasi, ras, atau budaya, tetapi oleh iman dalam Yesus Kristus. Ini adalah kesatuan gereja universal—salah satu dari empat atribut gereja dalam pengakuan iman Kristen (satu, kudus, am, dan apostolik).
3. Dikuduskan dalam Kristus: Antara Status dan Proses
a. Kekudusan Posisi (Positional Sanctification)
Ketika Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai orang-orang yang telah “dikuduskan dalam Kristus Yesus,” ini tidak merujuk pada perilaku moral mereka saat ini, melainkan status mereka dalam Kristus. Dalam teologi Reformed, ini adalah bagian dari unio mystica (persatuan dengan Kristus) yang menjadi fondasi dari seluruh berkat keselamatan.
John Murray, dalam bukunya Redemption Accomplished and Applied, menegaskan:
“Union with Christ is the central truth of the whole doctrine of salvation.”
Artinya, ketika seseorang percaya kepada Kristus, ia tidak hanya dibenarkan (justification), tapi juga dipindahkan dari posisi duniawi menjadi milik Allah, yang disebut sebagai “pengudusan posisi.”
b. Kekudusan Progresif (Progressive Sanctification)
Meskipun secara posisi mereka telah dikuduskan, Paulus tetap menekankan bahwa mereka “dipanggil menjadi orang-orang kudus”. Ini menekankan aspek progresif, yakni proses pertumbuhan dalam kekudusan sepanjang hidup.
Louis Berkhof menyebutkan dua aspek pengudusan:
-
Objektif (posisi): terjadi seketika, melalui Kristus.
-
Subjektif (progresif): berlangsung terus-menerus, melalui Roh Kudus.
Dalam konteks jemaat Korintus yang bergumul dengan dosa, ini menjadi penting: pengudusan bukan berarti tanpa pergumulan, tetapi adanya proses terus-menerus untuk menjadi serupa Kristus.
4. Panggilan Menjadi Kudus: Efektif dan Berdaulat
a. Doktrin Panggilan Efektif
Frasa “yang dipanggil menjadi orang-orang kudus” berbicara tentang panggilan efektif (effectual calling), bukan sekadar undangan umum Injil. Ini adalah tindakan Roh Kudus yang mengubah hati dan menanamkan iman.
Westminster Shorter Catechism menyatakan:
“Panggilan efektif adalah pekerjaan Roh Kudus, yang meyakinkan kita akan dosa, menerangi kita akan Kristus, dan membujuk serta menguatkan kita untuk menerima Yesus Kristus.”
Dalam hal ini, orang percaya tidak hanya diberi informasi, tapi diberi kuasa untuk merespons Injil. Panggilan ini tidak bisa ditolak karena didasarkan pada kehendak Allah yang berdaulat.
b. Dari Panggilan ke Hidup Kudus
Tujuan dari panggilan tersebut bukan hanya untuk keselamatan, tetapi untuk hidup kudus. Teologi Reformed menekankan bahwa buah dari keselamatan sejati adalah pertobatan dan ketaatan.
Martyn Lloyd-Jones pernah berkata:
“Tidak ada pengudusan tanpa pemisahan dari dunia dan pengabdian total kepada Kristus.”
Dengan kata lain, panggilan menjadi kudus bukan hanya status rohani, tapi panggilan hidup praktikal sehari-hari.
5. Kesatuan Gereja yang Kudus: Di Mana Saja Nama Tuhan Dipanggil
a. Gereja sebagai Komunitas Kudus Global
Frasa “bersama semua orang di setiap tempat yang memanggil nama Tuhan kita Yesus Kristus” menegaskan sifat katolik (universal) dari gereja. Dalam Teologi Reformed, gereja bukan hanya lokal, tetapi terhubung dalam kesatuan tubuh Kristus secara global.
Herman Bavinck, teolog Reformed Belanda, menulis:
“Kesatuan gereja bukan berasal dari lembaga eksternal, tetapi dari satu iman, satu Roh, dan satu Kepala, yaitu Kristus.”
Ini berarti, kekudusan dan panggilan menjadi kudus adalah pengalaman bersama gereja sejati di seluruh dunia.
b. Pemanggilan Nama Tuhan: Ibadah dan Ketergantungan
“Memanggil nama Tuhan” dalam Perjanjian Lama adalah tindakan ibadah dan pengakuan akan ketergantungan pada Allah. Dalam konteks ini, semua orang percaya yang memanggil Yesus sebagai Tuhan menunjukkan pengakuan iman dan ketundukan pada otoritas-Nya.
6. Aplikasi Teologis dan Praktis dalam Gereja Modern
a. Menolak Dualisme: Kekudusan dan Dunia Modern
Banyak orang Kristen hari ini memisahkan hidup rohani dan kehidupan sekuler. Namun, dari ayat ini, jelas bahwa semua aspek hidup harus dikuduskan bagi Kristus. Teologi Reformed menolak pemisahan antara yang "rohani" dan "sekuler." Dalam Kristus, semua hidup adalah penyembahan.
b. Identitas sebagai Orang Kudus di Tengah Dunia Berdosa
Sama seperti jemaat di Korintus, gereja hari ini hidup di tengah dunia yang kompromi dan moralitasnya kabur. Namun, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam. Ini bukan hasil usaha manusia, tapi anugerah yang bekerja melalui pertobatan dan disiplin rohani.
c. Menyatu dalam Gereja Lokal dan Global
Ayat ini menegaskan pentingnya bergereja secara lokal, namun dengan kesadaran bahwa kita adalah bagian dari gereja global. Kita harus menghindari eksklusivisme dan mendukung kesatuan tubuh Kristus.
7. Pemikiran Para Teolog Reformed tentang 1 Korintus 1:2
Berikut adalah ringkasan pandangan beberapa tokoh Reformed tentang ayat ini:
John Calvin
-
Menekankan bahwa identitas gereja tidak berdasarkan kesempurnaan moral, melainkan pada pemilihan dan pemanggilan Allah.
-
Meskipun jemaat Korintus lemah, mereka tetap milik Allah karena mereka “dikuduskan dalam Kristus.”
R.C. Sproul
-
Menyatakan bahwa kekudusan adalah tanda dari kehidupan orang percaya.
-
Ayat ini menekankan bahwa kita tidak bisa mengklaim Kristus sebagai Juruselamat tanpa juga tunduk pada-Nya sebagai Tuhan.
Herman Bavinck
-
Melihat pengudusan sebagai puncak dari seluruh karya keselamatan Allah.
-
Orang percaya yang dikuduskan harus menunjukkan buah Roh sebagai manifestasi dari karya Roh Kudus.
Louis Berkhof
-
Membagi pengudusan dalam aspek monergistik (posisi) dan synergistik (progresif).
-
Dalam 1 Korintus 1:2, terlihat dua aspek tersebut bersatu: status dan proses.
Penutup: Panggilan yang Tak Bisa Dipisahkan dari Identitas
1 Korintus 1:2 adalah ayat yang sederhana namun sangat kaya secara teologis. Ayat ini menegaskan tiga realitas utama:
-
Identitas Baru dalam Kristus – Kita adalah milik Allah, dikuduskan oleh karya Kristus.
-
Panggilan Hidup Kudus – Kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan status kudus tersebut.
-
Kesatuan Gereja Universal – Kita bukan satu-satunya umat Allah, tetapi bagian dari tubuh global yang menyembah Yesus sebagai Tuhan.
Refleksi untuk Gereja dan Individu
-
Apakah kita hidup sebagai umat yang kudus di tengah dunia?
-
Apakah kita menyadari kekudusan bukan dari usaha kita, tetapi dari Kristus?
-
Apakah kita hidup dalam kesatuan dengan tubuh Kristus lainnya?
Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab. AI hanya alat yang hasilnya harus dibandingkan kembali dengan Alkitab.
Jika kamu ingin artikel ini dalam format .docx
atau ingin versi singkat untuk publikasi online (blog, renungan, dll), saya bisa bantu buatkan juga. Ingin saya bantu buatkan versi ringkasan atau kutipan-kutipan pendeknya?