Ibrani 10:1: Taurat sebagai Bayangan dalam Terang

Ibrani 10:1: Taurat sebagai Bayangan dalam Terang

 “Hukum Taurat hanya merupakan bayangan dari hal-hal yang baik yang akan datang, bukan rupa dari hal-hal itu sendiri. Karena itu, hukum Taurat tidak pernah dapat, dengan kurban yang sama yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, menyempurnakan mereka yang datang mendekat.”(Ibrani 10:1)

Pendahuluan

Surat kepada orang Ibrani ditulis untuk orang Kristen Yahudi yang mengalami tekanan hebat dan tergoda untuk kembali kepada sistem keagamaan Yahudi, terutama ritual dan hukum Taurat. Dalam konteks ini, Ibrani 10:1 menjadi titik puncak argumen penulis bahwa sistem korban dalam Perjanjian Lama tidak sempurna dan tidak menyelamatkan secara esensial, melainkan hanya menunjuk kepada penggenapan sejati dalam Yesus Kristus.

Ayat Kunci:

“Hukum Taurat hanya merupakan bayangan dari hal-hal yang baik yang akan datang, bukan rupa dari hal-hal itu sendiri...”(Ibrani 10:1a)

Ayat ini memiliki bobot teologis yang besar dalam tradisi Reformed, karena berkaitan langsung dengan hermeneutika (cara menafsirkan Alkitab), tipologi, dan hubungan antara Perjanjian Lama dan Baru.

1. Struktur dan Konteks Ibrani 10:1

Surat Ibrani adalah argumen teologis yang kompleks mengenai superioritas Kristus atas segala aspek sistem keagamaan Yahudi:

  • Kristus lebih tinggi dari para malaikat (Ibrani 1–2)

  • Kristus lebih besar daripada Musa (Ibrani 3–4)

  • Kristus adalah Imam Besar yang kekal (Ibrani 5–7)

  • Kristus membawa perjanjian yang lebih baik (Ibrani 8–9)

Pasal 10 merupakan klimaks dari argumentasi bahwa korban Kristus sekali untuk selamanya telah menggantikan sistem kurban Perjanjian Lama.

2. Eksposisi Frasa per Frasa

“Hukum Taurat hanya merupakan bayangan...”

Dalam bahasa Yunani, kata “bayangan” di sini adalah skia, yang berarti refleksi samar atau bentuk tidak nyata dari realitas yang sesungguhnya.

John Calvin menyatakan:
“Seperti bayangan yang menunjukkan bentuk dari suatu objek nyata, demikian pula hukum hanya memberi gambaran samar akan apa yang telah dijanjikan, bukan substansinya.”

Ini menunjukkan bahwa hukum Taurat bukanlah realitas rohani yang sejati, melainkan menunjuk kepada sesuatu yang lebih besar, yaitu Kristus.

“...dari hal-hal yang baik yang akan datang”

Ungkapan ini merujuk pada berkat rohani dalam Kristus: pengampunan dosa yang sejati, penebusan yang kekal, dan persekutuan penuh dengan Allah. Teologi Reformed memandang hukum Perjanjian Lama sebagai tipologis – mengarah kepada Kristus.

Louis Berkhof menyebut ini sebagai:
“Reformasi mengangkat kebenaran bahwa hukum hanyalah alat pedagogis untuk membawa kita kepada Injil.”

“...bukan rupa dari hal-hal itu sendiri”

Kata Yunani eikon (rupa) tidak digunakan di sini, tetapi maksudnya jelas: hukum bukanlah gambar penuh (realitas sejati), hanya representasi bayangan dari keselamatan dalam Kristus.

“Karena itu, hukum Taurat tidak pernah dapat, dengan kurban yang sama yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, menyempurnakan mereka yang datang mendekat.”

Penulis menyampaikan bahwa pengulangan korban tahunan dalam Yudaisme menunjukkan ketidakefektifan mereka. Jika kurban-kurban itu benar-benar menyempurnakan, tidak perlu diulang.

Stephen Charnock menulis:
“Hanya darah Kristus yang dapat menyempurnakan hati nurani. Semua darah binatang adalah simbol, bukan solusi.”

3. Pandangan Para Teolog Reformed

a. John Calvin

Calvin menekankan bahwa Ibrani 10:1 adalah seruan untuk meninggalkan bayangan dan beralih kepada realitas:

“Bayangan dalam hukum bukan untuk tinggal di sana selamanya, tetapi mempersiapkan manusia kepada Dia yang adalah substansi sejati.”

Calvin melihat bahwa kurban tahunan, khususnya Hari Pendamaian, hanyalah alat pengajaran untuk menunjukkan kebutuhan akan korban yang sempurna.

b. Herman Bavinck

Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, melihat tipologi dalam hukum sebagai bagian dari progresifitas pewahyuan Allah:

“Hukum Taurat adalah pedagogue, bukan akhir. Ia adalah cermin yang tidak sempurna yang mendahului gambar nyata dalam Injil.”

c. R.C. Sproul

Sproul memperingatkan agar gereja tidak jatuh dalam kesalahan serupa dengan orang Yahudi, yang memutlakkan simbol:

“Jika kita menggantungkan keselamatan kita pada ritual keagamaan tanpa iman yang sejati dalam Kristus, kita mengulangi kesalahan yang sama yang dikoreksi oleh Ibrani 10:1.”

d. Sinclair Ferguson

Ferguson menekankan bagaimana hukum menunjukkan kebutuhan kita akan Kristus:

“Hukum bukanlah alat keselamatan, tetapi cermin untuk menunjukkan dosa dan penuntun menuju Injil.”

4. Implikasi Teologis

a. Kristus adalah Penggenapan Taurat

Dalam teologi Reformed, Ibrani 10:1 menjadi dasar penting untuk menyatakan bahwa seluruh sistem Perjanjian Lama ditujukan kepada Kristus.

Lihat juga: Matius 5:17 – “Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya.”

b. Keselamatan Tidak Bergantung pada Ritual

Ayat ini menghancurkan semua bentuk keagamaan yang menekankan usaha manusia dan perbuatan ritual sebagai jalan keselamatan.

Roma 3:20 – “Sebab tidak seorang pun dapat dibenarkan di hadapan-Nya oleh karena melakukan hukum Taurat.”

c. Tipologi sebagai Alat Hermeneutik Reformed

Teologi Reformed memakai pendekatan tipologis: elemen dalam Perjanjian Lama dipahami sebagai bayangan dari realitas Perjanjian Baru.

Contoh: Tabernakel – menunjuk pada hadirat Allah di tengah umat; Imam Besar – menunjuk pada Kristus.

d. Dosa dan Keselamatan

Korban Perjanjian Lama tidak pernah menyucikan secara penuh. Hanya korban Kristus yang dapat menghapus dosa secara esensial dan final (Ibrani 10:10, 14).

5. Aplikasi Praktis dan Pastoral

a. Jangan Menjadi Legalistik

Sebagian besar manusia ingin menyelamatkan diri melalui perbuatan baik atau ritual. Ayat ini adalah panggilan untuk percaya sepenuhnya pada anugerah Kristus.

b. Nilai dan Pelajari Perjanjian Lama dengan Kacamata Kristus

Perjanjian Lama bukan sekadar sejarah Israel, tetapi kaya akan gambaran Kristus. Tanpa memahami konteks ini, kita bisa jatuh pada interpretasi keliru.

c. Sembah Kristus sebagai Penggenapan Sempurna

Renungkan dan syukuri bahwa kita tidak lagi membutuhkan korban binatang untuk pengampunan dosa. Kristus adalah korban satu kali untuk selamanya.

Kesimpulan

Ibrani 10:1 adalah pilar penting dalam teologi Reformed mengenai hubungan antara hukum Taurat dan Injil. Hukum tidak mampu menyelamatkan, ia hanyalah bayangan dari kebaikan yang akan datang — yakni Yesus Kristus. Pemahaman ini membawa umat percaya pada:

  1. Iman yang teguh kepada Kristus.

  2. Penyembahan yang benar, bebas dari legalisme.

  3. Hermeneutika tipologis yang Alkitabiah dan Kristosentris.

Next Post Previous Post