Kasih Setiamu Melampaui Hidup
.jpg)
Pendahuluan: Kasih Setia yang Tak Berkesudahan
Kalimat “kasih setia-Mu melampaui hidup” bukan hanya sekadar ungkapan puitis yang menggugah hati, tetapi mencerminkan inti dari iman Kristen sebagaimana diajarkan oleh para teolog Reformed. Di tengah penderitaan, kelemahan, penganiayaan, atau bahkan maut, kasih setia Allah tetap menjadi jangkar jiwa yang tidak tergoyahkan. Dalam Mazmur 63:4 (TB), Daud berkata, “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.” Pernyataan ini sangat kuat: kasih setia Allah bukan hanya cukup untuk menopang hidup, melainkan melampaui dan mengatasi nilai hidup itu sendiri.
Artikel ini akan mengeksplorasi makna teologis dari kasih setia Allah, mengapa ia lebih baik dari hidup, dan bagaimana pandangan para teolog Reformed memperdalam pemahaman kita tentang hal ini. Dengan gaya eksposisi dan pendekatan pastoral, kita akan menyingkap bagaimana kasih setia Tuhan menjadi sumber kekuatan, penghiburan, dan tujuan hidup orang percaya.
I. Pengertian Kasih Setia dalam Teologi Reformed
Dalam bahasa Ibrani, istilah “kasih setia” diterjemahkan dari kata chesed, yang menunjuk pada kasih perjanjian Allah—kasih yang penuh belas kasih, setia, dan tidak tergantung pada kelayakan manusia. Kasih ini tidak berubah karena kondisi atau perasaan manusia, tetapi tetap karena karakter Allah yang tidak berubah.
A. Kasih Setia Sebagai Kasih Perjanjian
Menurut Louis Berkhof, chesed adalah manifestasi dari hubungan perjanjian Allah dengan umat-Nya. Dalam Systematic Theology, ia menjelaskan bahwa Allah dalam kasih-Nya memegang teguh janji-Nya, meskipun umat-Nya sering tidak setia. Ini menunjukkan bahwa kasih Allah adalah kasih yang mengikat dan bersifat koventual.
John Frame, dalam The Doctrine of God, menekankan bahwa kasih setia Allah bukan perasaan emosional belaka, tetapi ekspresi aktif dari kehendak Allah untuk berbuat baik kepada umat pilihan-Nya dalam Kristus. Kasih ini bersifat kokoh dan pasti karena didasarkan pada karakter Allah yang kudus dan tidak berubah.
B. Kasih Setia dan Anugerah
Teologi Reformed juga melihat kasih setia Allah sebagai bagian dari anugerah umum dan anugerah khusus. Anugerah umum ditunjukkan kepada semua manusia, sedangkan anugerah khusus ditujukan kepada umat pilihan Allah. Kasih setia Allah dalam konteks “melampaui hidup” berkaitan erat dengan anugerah khusus yang menyelamatkan dan menopang umat-Nya dalam segala situasi.
II. Kasih Setia-Mu Melampaui Hidup: Eksposisi Mazmur 63:4
Mazmur 63 ditulis oleh Daud saat berada di padang gurun Yehuda, tempat yang gersang dan penuh penderitaan. Dalam situasi itu, ia menyatakan bahwa kasih setia Tuhan lebih baik daripada hidup itu sendiri.
A. Konteks Kehidupan Daud
Daud tidak menulis ayat ini dari tempat kenyamanan atau keberhasilan duniawi. Ia berada dalam pelarian, dalam kekeringan fisik dan rohani. Namun, di tengah kondisi seperti itu, ia justru mengagungkan kasih Tuhan lebih daripada keinginan untuk hidup nyaman atau selamat dari ancaman.
B. Hidup Duniawi vs. Kasih Ilahi
Menurut Matthew Henry, kasih setia Tuhan “lebih baik daripada semua kenyamanan hidup ini, lebih baik daripada kesehatan, kekayaan, kehormatan, teman, bahkan hidup itu sendiri.” Dalam komentarnya, Henry menunjukkan bahwa orang Kristen sejati akan rela kehilangan segala sesuatu, bahkan nyawa, demi mempertahankan kasih Allah.
III. Mengapa Kasih Setia Tuhan Lebih Baik dari Hidup
Apa yang membuat kasih Tuhan melampaui hidup? Berikut ini tiga alasannya menurut beberapa pemikir Reformed.
A. Karena Hidup Itu Sementara, Kasih-Nya Kekal
Hidup di dunia ini bersifat fana dan singkat (Yakobus 4:14), namun kasih setia Tuhan bersifat kekal (Mazmur 103:17). Jonathan Edwards menjelaskan dalam The End for Which God Created the World bahwa kemuliaan Allah, termasuk kasih setia-Nya, adalah tujuan utama segala ciptaan. Maka, hidup yang tidak diikat oleh kasih Allah adalah hidup yang sia-sia.
B. Karena Kasih Tuhan Memberi Arti dan Tujuan Hidup
Kasih setia Allah memberikan makna eksistensial bagi kehidupan. Tanpanya, manusia hidup dalam kekosongan dan kesia-siaan. Menurut Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, relasi perjanjian antara Allah dan manusia adalah dasar dari segala nilai dan tujuan hidup. Tanpa kasih setia Allah, hidup hanyalah perjalanan menuju kebinasaan.
C. Karena Kasih Setia-Nya Menjamin Keselamatan Kekal
John Calvin, dalam tafsirannya terhadap Mazmur, menekankan bahwa kasih Allah adalah satu-satunya pengharapan orang percaya dalam menghadapi maut. Kasih itulah yang memampukan kita untuk berkata seperti Rasul Paulus: “Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:21). Jika hidup hanyalah sarana untuk mengenal kasih Tuhan, maka bahkan kematian tidak bisa memisahkan kita dari kasih itu (Roma 8:38-39).
IV. Kasih Setia Allah dalam Kristus: Puncak Penyataan
Kasih setia Allah mencapai puncaknya dalam pribadi dan karya Yesus Kristus. Injil bukan hanya kabar baik tentang pengampunan, tetapi kabar tentang kasih yang kekal, inkarnasional, dan menebus.
A. Kasih dalam Salib
Salib adalah bukti kasih setia yang paling agung. Dalam Kristus, kasih Allah tidak hanya diungkapkan secara verbal, tetapi ditunjukkan melalui penderitaan dan kematian-Nya. Menurut Sinclair Ferguson, dalam bukunya The Whole Christ, kasih Allah dalam Kristus adalah kasih yang “menembus sampai ke dalam kebutuhan terdalam manusia: pengampunan, penerimaan, dan pemulihan hubungan dengan Allah.”
B. Kasih Setia yang Mengubah Hidup
Ketika orang percaya mengalami kasih setia Tuhan dalam Kristus, hidup mereka berubah total. Kasih itulah yang memampukan mereka untuk mengasihi musuh, mengampuni orang yang menyakiti, dan hidup dalam pengharapan. Seperti kata Martyn Lloyd-Jones, “Tidak ada yang lebih menguatkan jiwa manusia selain menyadari bahwa ia dikasihi oleh Allah secara pribadi dan kekal.”
V. Respons Orang Percaya terhadap Kasih Setia Tuhan
Bagaimana seharusnya respons kita ketika menyadari bahwa kasih setia Tuhan melampaui hidup?
A. Pujian dan Penyembahan
Mazmur 63:4 melanjutkan dengan kalimat, “bibirku akan memegahkan Engkau.” Respons utama terhadap kasih Tuhan adalah penyembahan. Ibadah bukan hanya kewajiban, tetapi ekspresi spontan dari jiwa yang tersentuh oleh kasih setia yang kekal.
B. Hidup yang Taat dan Kudus
Kasih Tuhan yang besar tidak memanjakan, tetapi menguduskan. Kasih itulah yang mendorong kita untuk hidup benar, bukan karena takut hukuman, tetapi karena ingin menyenangkan hati-Nya. Seperti dikatakan oleh J.C. Ryle, “Tidak ada dorongan yang lebih kuat untuk kekudusan selain kasih salib Kristus.”
C. Ketekunan dalam Penderitaan
Saat menghadapi penderitaan, kasih setia Tuhan menjadi penghiburan. Orang Kristen yang mengerti bahwa kasih Tuhan melampaui hidup akan memandang penderitaan sebagai jalan menuju kemuliaan. Mereka bisa berkata bersama Daud, “Walau aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya” (Mazmur 23:4).
VI. Aplikasi Pastoral: Kasih Setia dalam Kehidupan Sehari-hari
A. Dalam Masa Sulit
Saat kita kehilangan pekerjaan, keluarga, atau kesehatan, kasih setia Tuhan tetap setia menopang. Kita mungkin tidak mengerti jalannya, tetapi kita yakin pada karakter-Nya.
B. Dalam Pelayanan
Pelayanan sering kali melelahkan dan penuh tantangan. Tetapi kasih setia Tuhan memberi kekuatan untuk terus melayani tanpa pamrih. Seperti Kristus yang melayani hingga mati, demikian pula kita dipanggil untuk mencerminkan kasih-Nya dalam pelayanan yang setia.
C. Dalam Kematian
Saat menghadapi kematian, orang percaya dapat tetap tenang, sebab mereka tahu bahwa kasih setia Tuhan tidak akan berakhir bersama hembusan napas terakhir. Seperti kata Charles Spurgeon, “Kasih Allah adalah pengiring kita saat hidup, dan penyambut kita saat mati.”
Kesimpulan: Mencintai Kasih-Nya Lebih dari Hidup
“Kasih setia-Mu melampaui hidup” adalah deklarasi iman yang dalam. Ini adalah inti dari spiritualitas Kristen yang sehat dan dewasa. Bukan hidup ini yang utama, tetapi Allah yang memberikan hidup. Bukan berkat-Nya yang kita cari, melainkan pribadi-Nya yang menjadi harta kita yang terbesar.
Dalam terang teologi Reformed, kasih setia Allah bukan sekadar tema devosional, tetapi dasar dari segala doktrin keselamatan, pengudusan, dan pengharapan. Kasih itu kekal, tak berubah, dan memampukan umat-Nya untuk hidup setia hingga akhir.
Maka, biarlah kita terus menyanyikan, menyembah, dan hidup dalam kasih setia Tuhan yang lebih baik dari hidup itu sendiri. Sebab hanya dalam kasih-Nya, kita menemukan kehidupan yang sejati dan kekal.