Percaya atau Binasa: Yohanes 8:24
.jpg)
“Oleh karena itu, Aku mengatakan kepadamu bahwa kamu akan mati dalam dosamu karena jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosa-dosamu.”— Yohanes 8:24 (AYT)
Pendahuluan: Kehidupan atau Kematian dalam Pilihan Iman
Dalam percakapan publik yang sangat intens di Bait Allah, Yesus menyampaikan peringatan keras kepada orang Yahudi yang menolak untuk percaya kepada-Nya. Yohanes 8:24 adalah salah satu ayat yang paling kuat dalam Injil Yohanes mengenai keharusan mutlak untuk percaya kepada Yesus sebagai "Dia" — yaitu Sang Mesias, Allah yang inkarnasi.
Pernyataan Yesus ini mengandung unsur:
-
Keilahian pribadi-Nya
-
Keputusan iman yang menentukan
-
Kondisi tragis manusia tanpa iman
Dalam teologi Reformed, ayat ini bukan sekadar ajakan untuk percaya, melainkan pengajaran fundamental mengenai total depravity (kerusakan total manusia) dan sola fide (pembenaran oleh iman saja). Artikel ini akan mengupas struktur dan makna ayat ini, dengan mengacu pada tafsiran para teolog Reformed dan aplikasi praktisnya bagi gereja masa kini.
I. Teks dan Konteks Yohanes 8:24
A. Konteks Dialog di Yohanes 8
Yesus berbicara kepada sekelompok orang Yahudi yang secara luar tampak religius, namun menolak mengakui siapa Dia sebenarnya. Yohanes 8 dipenuhi dengan ketegangan mengenai identitas Yesus, hubungan-Nya dengan Bapa, dan sumber otoritas-Nya.
Dalam Yohanes 8:21, Yesus telah berkata,
“Kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, kamu tidak dapat datang.”
Dan ayat 24 mengulang ancaman ini, namun dengan syarat yang lebih eksplisit: “Jika kamu tidak percaya bahwa Akulah Dia...”
II. Eksposisi Frasa demi Frasa
A. “Jika kamu tidak percaya...”
Yesus tidak menggunakan kata “percaya” secara dangkal. Dalam Injil Yohanes, kata pisteuō (percaya) berarti percaya secara menyeluruh — mempercayai, menyerahkan diri, dan mengandalkan.
John Calvin:
“Iman bukan sekadar pengakuan intelektual, melainkan keterikatan hati yang sepenuhnya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa.”
B. “...bahwa Akulah Dia...”
Ini adalah kunci utama ayat ini. Dalam bahasa Yunani:
“ean mē pisteusēte hoti egō eimi”
secara harfiah berarti: “jika kamu tidak percaya bahwa Akulah (egō eimi)...”
Frasa “egō eimi” adalah istilah yang digunakan Allah sendiri dalam Perjanjian Lama:
“AKU ADALAH AKU” (YHWH) — Keluaran 3:14
Yesus secara sengaja memakai frasa ini untuk menyatakan bahwa Dia adalah Allah sendiri — bukan hanya utusan, guru, atau nabi.
R.C. Sproul:
“Yesus tidak sekadar berkata bahwa Ia adalah Mesias. Ia berkata bahwa Ia adalah YHWH. Ini adalah deklarasi keilahian yang paling jelas dalam Injil.”
C. “...kamu akan mati dalam dosamu.”
Kematian dalam dosa berarti:
-
Terpisah dari Allah sekarang dan untuk selama-lamanya
-
Tidak ditebus, tidak dibenarkan, dan tidak memiliki pengharapan
-
Menghadapi penghakiman Allah yang adil
Louis Berkhof:
“Dosa tidak hanya mendatangkan kematian fisik, tetapi kematian rohani dan kekal. Satu-satunya jalan keluar adalah percaya kepada Kristus.”
III. Implikasi Teologis dalam Teologi Reformed
A. Total Depravity (Kerusakan Total)
Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Tanpa percaya kepada Kristus, tidak ada harapan keselamatan. Yohanes 8:24 mendemonstrasikan betapa mutlak dan fatalnya kondisi manusia berdosa.
Herman Bavinck:
“Kematian dalam dosa bukan hanya potensi, melainkan realitas dari setiap manusia di luar Kristus.”
B. Sola Fide – Pembenaran oleh Iman Saja
Ayat ini menjadi dasar kuat untuk doktrin bahwa hanya melalui iman kepada Yesus Kristus — bukan melalui perbuatan, ritual, atau silsilah rohani — seseorang dapat memperoleh keselamatan.
John Calvin:
“Kristus adalah pusat dari iman yang menyelamatkan. Tanpa percaya bahwa Ia adalah Allah yang datang dalam daging, tidak ada keselamatan.”
C. Kristologi Tinggi: Yesus adalah Tuhan
Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai “AKU ADALAH” — sesuatu yang tidak dapat dikatakan oleh siapa pun kecuali Allah sendiri.
Ini membedakan kekristenan dari semua agama:
-
Tidak cukup percaya Yesus sebagai nabi
-
Tidak cukup menghargai-Nya sebagai guru
-
Harus mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat
D. Eksklusivitas Keselamatan
Yohanes 8:24 mengajarkan bahwa tidak ada keselamatan di luar iman kepada Yesus. Tidak semua jalan menuju Allah. Tanpa iman dalam Kristus, kematian dalam dosa tidak bisa dielakkan.
Westminster Confession of Faith (X.1):
“Orang yang tidak dipanggil secara efektif oleh Kristus, tidak dapat diselamatkan, tak peduli betapa sungguh-sungguh pun mereka berupaya hidup sesuai dengan terang akal budi atau agama mereka.”
IV. Aplikasi Praktis Bagi Gereja dan Individu
A. Keseriusan Misi Injil
Yesus mengatakan bahwa tanpa iman, orang akan mati dalam dosanya. Maka, penginjilan bukan sekadar pilihan gereja, tetapi tanggung jawab mendesak.
B. Penginjilan yang Kristosentris
Pusat dari penginjilan bukanlah “hidup lebih baik” atau “beragama,” tetapi percaya kepada Yesus sebagai Allah dan Juruselamat.
C. Iman yang Sejati dan Bertobat
Iman bukan sekadar hadir di gereja atau tahu teologi. Iman sejati adalah:
-
Percaya bahwa Yesus adalah Allah
-
Menyerahkan diri kepada-Nya
-
Berbalik dari dosa dan hidup dalam ketaatan
D. Menghindari Kekristenan Nominal
Filipus, Petrus, bahkan banyak orang Yahudi mengenal Yesus secara luar. Tapi mereka harus percaya secara pribadi bahwa Dia adalah "Akulah" itu — Tuhan yang hidup.
V. Menanggapi Kesalahpahaman Umum
1. “Semua agama pada dasarnya sama”
Yohanes 8:24 secara eksplisit menolak ide ini. Hanya dengan percaya kepada Kristus sebagai ‘Akulah’ seseorang diselamatkan.
2. “Saya orang baik, jadi saya pasti tidak akan mati dalam dosa”
Tanpa iman, tidak ada perbuatan baik yang cukup untuk membayar dosa. (Lihat Yesaya 64:6)
3. “Iman itu cukup asal tulus”
Objektivitas iman lebih penting daripada ketulusannya. Iman harus diarahkan kepada Yesus yang benar, bukan konsep buatan manusia.
VI. Kesimpulan: Akulah atau Binasa
Yesus tidak memberi ruang netral dalam Yohanes 8:24:
-
Percaya kepada-Nya berarti hidup
-
Menolak-Nya berarti mati dalam dosa
Yesus tidak hanya jalan menuju Allah — Dia adalah Allah itu sendiri.
Keputusan iman adalah keputusan kekal.
Dalam terang teologi Reformed, ayat ini menjadi:
-
Penegasan akan kedalaman dosa
-
Pengingat akan keharusan iman
-
Pengagungan akan keilahian Kristus
-
Panggilan untuk pertobatan sejati