Perjamuan Injil yang Mulia
.jpg)
Refleksi Teologi Reformed tentang Kemuliaan Injil sebagai Pesta Kekal bagi Orang Kudus
“TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung ini bagi segala bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua, suatu jamuan yang penuh sumsum...”— Yesaya 25:6 (TB)
Pendahuluan: Injil Sebagai Pesta, Bukan Beban
Dalam banyak tradisi Kristen, Injil sering dikaitkan dengan tanggung jawab, hukum, dan kekudusan. Namun dalam terang teologi Reformed, Injil bukan hanya tuntutan, melainkan undangan ke dalam perjamuan kemuliaan. Pesta Injil bukan sekadar metafora, tetapi realitas rohani di mana Allah mengundang umat-Nya untuk menikmati keselamatan, damai, dan sukacita kekal dalam Kristus.
Artikel ini menguraikan kemuliaan Injil sebagai perjamuan rohani berdasarkan Alkitab dan penafsiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, Jonathan Edwards, Sinclair Ferguson, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana Injil merupakan undangan mulia, bagaimana respons manusia terhadapnya, dan apa artinya hidup dalam terang perjamuan Injil setiap hari.
I. Injil: Undangan Ilahi ke Dalam Perjamuan Kekal
A. Yesaya 25 dan Gambar Pesta di Kerajaan Allah
Yesaya 25:6 menggambarkan perjamuan besar yang disediakan TUHAN bagi segala bangsa. Ini adalah gambaran profetik tentang keselamatan eskatologis di mana:
-
Allah menyajikan makanan yang bergemuk
-
Ada anggur tua dan jamuan istimewa
-
Dukacita dan maut dihapuskan (Yesaya 25:8)
B. Yesus dan Perumpamaan tentang Pesta
Yesus berulang kali menggunakan perjamuan dan pesta untuk menggambarkan Injil (Lukas 14:15–24; Matius 22:1–14). Dalam perumpamaan itu:
-
Injil adalah undangan
-
Bangsa Israel menolak
-
Orang dari jalan-jalan diundang masuk
John Calvin menekankan bahwa:
“Pemberitaan Injil adalah undangan kepada pesta Allah, di mana Kristus adalah santapan utama.”
II. Kristus Sebagai Hidangan Utama dalam Perjamuan Injil
A. “Akulah Roti Hidup” (Yohanes 6:35)
Injil bukan hanya menawarkan pengampunan, tetapi menawarkan Kristus sendiri. Ia adalah:
-
Roti kehidupan
-
Air hidup
-
Anggur baru dari Kerajaan Allah
R.C. Sproul menulis:
“Kristus tidak hanya memberi sesuatu—Ia memberi diri-Nya. Dalam Injil, kita tidak hanya mendapatkan berkat, tapi Sang Pemberi berkat.”
B. Perjamuan sebagai Persekutuan dengan Kristus
1 Korintus 10:16:
“Bukankah cawan pengucapan syukur yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus?”
Injil adalah undangan ke persekutuan hidup dengan Kristus, bukan sekadar pengampunan dosa.
III. Pesta yang Diberikan oleh Anugerah
A. Tidak Layak Masuk, Tapi Diundang
Lukas 14:21–23 menggambarkan bahwa yang masuk ke pesta adalah:
-
Orang miskin
-
Orang lumpuh
-
Orang cacat
Ini menekankan bahwa tidak seorang pun layak menghadiri pesta ini berdasarkan kebaikan diri sendiri.
Herman Bavinck menjelaskan:
“Anugerah adalah karunia Allah yang diberikan kepada yang tidak layak. Injil adalah undangan ke dalam pesta bagi mereka yang tidak seharusnya masuk.”
B. Undangan yang Efektif bagi Umat Pilihan
Dalam teologi Reformed, undangan Injil memang universal, tetapi hanya dipahami dan diterima oleh mereka yang dipanggil secara efektif oleh Roh Kudus (panggilan batiniah).
Louis Berkhof menyatakan:
“Panggilan efektif adalah saat undangan Injil mencapai hati dan kehendak, bukan hanya telinga.”
IV. Respons terhadap Undangan: Menerima atau Menolak
A. Orang yang Menolak dan Menanggapi dengan Acuh
Dalam Matius 22, beberapa orang:
-
Menolak undangan
-
Mengabaikannya
-
Bahkan membunuh utusan sang raja
Jonathan Edwards berkata:
“Tidak ada dosa yang lebih besar daripada menolak Kristus. Ketika Injil diundangkan, menolaknya berarti menghina kasih karunia Allah.”
B. Mereka yang Menerima: Merendahkan Diri dan Masuk
Mereka yang datang ke pesta adalah:
-
Mereka yang lapar
-
Mereka yang menyadari bahwa mereka tidak layak
-
Mereka yang bersandar sepenuhnya pada anugerah
Sinclair Ferguson menulis:
“Untuk menerima Injil, seseorang harus terlebih dahulu dibebaskan dari ilusi bahwa ia bisa menyelamatkan dirinya sendiri.”
V. Sukacita Injil: Hidup Sebagai Tamu dalam Perjamuan Allah
A. Hidup dalam Sukacita dan Syukur
Mazmur 23:5 menyatakan bahwa Allah “menyediakan hidangan di hadapan musuh”. Artinya, meski hidup penuh tantangan, orang percaya hidup dalam:
-
Damai sejahtera
-
Sukacita rohani
-
Keyakinan akan pemeliharaan Allah
B. Hidup dalam Kekudusan sebagai Tanggapan
Perjamuan Injil bukan undangan untuk hidup semaunya, tetapi untuk hidup dalam kekudusan sebagai tamu kerajaan.
John Calvin menekankan bahwa:
“Kasih karunia tidak membenarkan dosa, tetapi mengajak kita untuk meninggalkannya.”
VI. Perjamuan Kudus: Bayangan dan Peneguhan dari Pesta Injil
A. Sakramen sebagai Cicipan Awal
Perjamuan Kudus adalah tanda dan meterai dari janji Injil, serta cicipan kecil dari pesta besar yang akan datang.
1 Korintus 11:26 menyatakan bahwa saat kita mengambil Perjamuan Kudus, kita memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang—artinya, kita hidup di antara penebusan yang sudah dan yang akan datang.
B. Kehadiran Kristus yang Nyata secara Rohani
Teologi Reformed menolak pandangan Katolik tentang transubstansiasi, tetapi juga menolak pandangan simbolik semata. Kristus hadir secara rohani, dan makanan rohani benar-benar terjadi.
John Calvin berkata:
“Kita tidak naik ke surga untuk menemukan Kristus, tetapi Roh Kudus mengangkat hati kita ke hadirat-Nya dalam perjamuan.”
VII. Pesta Injil Eskatologis: Penggenapan di Masa Depan
A. Perjamuan Kawin Anak Domba
Wahyu 19:6–9 berbicara tentang perjamuan kawin Anak Domba, di mana umat tebusan dari segala bangsa akan duduk bersama Kristus dalam kekekalan.
-
Tidak ada air mata
-
Tidak ada dosa
-
Sukacita penuh dan tidak terputus
Herman Bavinck menulis:
“Seluruh sejarah keselamatan menuju kepada pesta kekal bersama Allah—itulah esensi dari surga.”
B. Menantikan dengan Iman yang Teguh
Hidup Kristen hari ini adalah persiapan menuju pesta tersebut. Dalam penderitaan dan perjuangan, kita menantikan hari di mana kita duduk dan makan bersama Kristus dalam kemuliaan.
Kesimpulan: Undangan yang Tak Ternilai kepada Pesta Injil
Perjamuan Injil adalah gambaran penuh kasih akan apa yang Allah tawarkan kepada umat-Nya:
-
Kristus sebagai santapan rohani
-
Anugerah yang tidak layak kita terima
-
Undangan yang harus dijawab dengan iman
-
Sukacita yang mulai dirasakan sekarang, dan akan digenapi kelak
Mari kita hidup setiap hari dalam terang pesta itu:
-
Bersyukur
-
Beribadah dengan sukacita
-
Mengundang orang lain untuk datang ke meja anugerah
-
Menantikan penggenapannya dalam kekekalan
“Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.”
— Wahyu 19:9