Mikhael dan Mayat Musa: Yudas 1:9

Mikhael dan Mayat Musa: Yudas 1:9

Pendahuluan

Surat Yudas adalah salah satu kitab paling pendek namun padat dalam Perjanjian Baru. Tujuan utama surat ini adalah memperingatkan jemaat akan kehadiran guru-guru palsu dan penyimpangan doktrinal. Dalam bagian tengah suratnya, Yudas menyampaikan ilustrasi mengejutkan yang tidak ditemukan dalam kitab-kitab lain dalam Alkitab:

Yudas 1:9 (AYT)
Mikhael saja, sang penghulu malaikat, ketika bertengkar dengan Setan tentang mayat Musa, tidak berani mengucapkan kata-kata hujatan kepadanya, melainkan hanya berkata, ‘Kiranya Tuhan memarahi kamu!’”

Ayat ini menimbulkan berbagai pertanyaan: Siapa Mikhael? Mengapa dia bertengkar dengan Iblis? Apa pentingnya mayat Musa? Dan mengapa Yudas menyisipkan cerita ini ke dalam suratnya?

Artikel ini akan mengupas tuntas ayat ini dari pendekatan ekspositori dan teologi Reformed, menunjukkan nilai teologis, polemik melawan bidat, serta prinsip kerendahan dan kepercayaan kepada otoritas Allah.

1. Latar Belakang Surat Yudas

Surat Yudas ditulis oleh Yudas, saudara Yakobus dan (kemungkinan besar) saudara tiri Yesus. Tujuannya adalah memperingatkan tentang penyusup dalam gereja yang menyalahgunakan kasih karunia Allah sebagai alasan untuk hidup dalam dosa (Yudas 1:4).

Yudas menggunakan berbagai referensi Perjanjian Lama dan sumber Yahudi non-kanonik, seperti Kitab Henokh dan Kenaikan Musa, untuk memberikan peringatan spiritual kepada gereja.

Dalam teologi Reformed, pemahaman akan konteks ini penting. Kitab suci adalah satu-satunya otoritas ilahi, namun penulis ilham Tuhan kadang merujuk sumber ekstra-Biblikal bukan untuk mengabsahkannya sebagai kanonik, tetapi sebagai ilustrasi yang dipahami pembaca waktu itu.

2. Teks dan Struktur Yudas 1:9

Mikhael saja, sang penghulu malaikat, ketika bertengkar dengan Setan tentang mayat Musa, tidak berani mengucapkan kata-kata hujatan kepadanya, melainkan hanya berkata, ‘Kiranya Tuhan memarahi kamu!’”

a. Mikhael: Sang Penghulu Malaikat

Mikhael disebut sebagai “penghulu malaikat” (archangelos)—pemimpin para malaikat. Ia juga muncul dalam Daniel 10:13, 21 dan Wahyu 12:7 sebagai figur pelindung umat Allah dan pemimpin pasukan surgawi melawan Iblis.

b. Pertengkaran tentang Mayat Musa

Kisah ini tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama, tetapi diyakini bersumber dari tradisi Yahudi Assumption of Moses” (Kenaikan Musa), teks pseudepigrafa yang hanya sebagian kecilnya masih bertahan hari ini.

Dalam tradisi itu, disebutkan bahwa Setan menuntut mayat Musa karena:

  • Ia adalah pembunuh (Keluaran 2:12),

  • Atau karena tubuhnya belum diserahkan kepada Allah sepenuhnya,

  • Atau karena Iblis ingin menyesatkan umat Israel lewat penyembahan terhadap jasad Musa.

c. Respon Mikhael: Kerendahan dan Otoritas Ilahi

Yang menarik adalah respons Mikhael. Ia tidak melawan dengan otoritas pribadi, melainkan menyerahkan penghakiman kepada Tuhan:
Kiranya Tuhan memarahi kamu!”

3. Eksposisi Teologis: Tiga Pilar Kebenaran dari Ayat Ini

a. Kerendahan dalam Konfrontasi Rohani

Mikhael, meskipun makhluk surgawi, tidak menggunakan otoritas pribadi untuk menghakimi Setan. Ia menunjukkan ketundukan kepada otoritas ilahi. Ini menegaskan prinsip Reformed bahwa:

Segala otoritas penghakiman adalah milik Tuhan.

John Calvin menegaskan:

Mikhael tidak mempercayakan dirinya pada kekuatannya sendiri meskipun ia malaikat agung. Ini menunjukkan bahwa penghakiman atas kejahatan hanya milik Allah.”

Dalam konteks spiritual warfare, ini sangat penting. Gereja tidak melawan Iblis dengan kekuatan daging atau emosi, tetapi dalam kuasa firman dan otoritas Tuhan.

b. Iblis sebagai Penuduh dan Penuntut

Dalam Alkitab, Setan sering disebut sebagai penuduh” (lih. Ayub 1–2, Zakharia 3:1–2). Di sini pun ia muncul dalam peran itu. Ia menuntut mayat Musa sebagai simbol bahwa dosa manusia memberikan Iblis “hak” atas mereka.

Namun, Mikhael tidak berdebat—ia menyerahkan penghakiman kepada Tuhan. Dalam Reformed Theology, ini mencerminkan doktrin pembenaran: kita tidak berdiri di hadapan Allah karena tidak tertuduh, tetapi karena Kristus membenarkan kita di hadapan penghakiman Allah.

c. Kepercayaan pada Kedaulatan Allah

Doa Mikhael, “Kiranya Tuhan memarahi kamu!”, menunjukkan penyerahan penuh pada keadilan dan waktu Tuhan. Ini mencerminkan iman sejati yang tidak mengambil pembalasan secara pribadi.

Herman Bavinck menyatakan:

Kedaulatan Allah tidak hanya berarti kekuasaan-Nya atas dunia, tetapi juga keadilan-Nya atas segala kejahatan, yang akan dinyatakan pada waktu-Nya sendiri.”

4. Pandangan Para Teolog Reformed

John Calvin

Calvin dalam komentarnya terhadap surat Yudas memperingatkan agar kita tidak terlalu spekulatif terhadap kisah-kisah misterius, tetapi mengambil esensinya:

Bukan soal bagaimana kisah ini terjadi, tetapi pelajaran yang ingin disampaikan: bahwa bahkan malaikat pun tahu batas otoritasnya.”

Herman Bavinck

Bavinck menekankan bahwa kisah ini menekankan keunikan Allah dalam penghakiman, dan bahwa setiap kekuatan rohani yang benar tunduk pada otoritas ilahi.

Allah tidak menyerahkan penghakiman bahkan kepada ciptaan surgawi tertinggi sekalipun.”

R.C. Sproul

Sproul menggarisbawahi bahwa ayat ini mengajarkan tentang bahaya pengandalan pada kekuatan rohani yang tidak berdasar Firman. Ia menyatakan:

Gereja zaman ini terlalu sering bermain-main dengan kuasa rohani tanpa menyadari bahwa hanya dalam Firman dan otoritas Tuhan kita memiliki perlindungan dan kemenangan sejati.”

5. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

a. Jangan Main-Main dengan Kuasa Rohani

Banyak pengajaran kontemporer tentang spiritual warfare yang terlalu spekulatif dan emosional. Kisah ini mengajarkan bahwa bahkan Mikhael tidak bertindak sembarangan, melainkan tunduk pada otoritas Allah.

Gereja harus berdoa, bukan menghujat Iblis. Harus tunduk pada Firman, bukan menciptakan taktik spiritualisme spekulatif.

b. Beriman kepada Penghakiman Allah

Seperti Mikhael, kita dipanggil untuk percaya kepada keadilan Tuhan. Ketika difitnah, dituduh, atau dizalimi, respons orang percaya bukan pembalasan, tetapi doa dan kepercayaan bahwa “Tuhan akan memarahi musuh-musuh-Nya.”

c. Waspada terhadap Ajaran yang Tidak Berdasar Firman

Yudas menyisipkan kisah ini untuk mengkritik pengajar palsu yang bersikap lancang, bahkan menghujat makhluk surgawi (Yudas 1:8). Ini adalah peringatan agar gereja menjaga kemurnian ajaran dan kerendahan dalam hal-hal rohani.

6. Keunikan Naratif: Inspirasi tapi Tidak Otomatis Kanonik

Bagi banyak pembaca, muncul pertanyaan: Apakah Yudas 1:9 membenarkan kitab-kitab non-kanonik?

Jawabannya dalam perspektif Reformed: tidak.

Yudas hanya mengutip bagian dari tradisi yang dikenal oleh penerima suratnya untuk menyampaikan kebenaran yang sejalan dengan wahyu Allah. Ini mirip seperti Paulus mengutip penyair Yunani dalam Kisah 17:28 atau 1 Korintus 15:33—bukan karena penyair itu diilhamkan, tetapi karena kutipannya mengandung kebenaran umum.

7. Kristus: Penggenapan dari Semua Perlindungan Rohani

Akhirnya, Mikhael menyerahkan penghakiman kepada Tuhan. Dalam terang Injil, kita tahu bahwa Tuhan itu adalah Kristus sendiri. Dialah yang telah menang atas Iblis (Kolose 2:15), dan melindungi umat-Nya dari penuduhan Iblis.

Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka?” (Roma 8:33)

Kita tidak perlu takut akan tuduhan si jahat, karena Kristus adalah Pembela kita yang sejati.

8. Kesimpulan: Kerendahan, Iman, dan Ketundukan

Yudas 1:9, meskipun misterius dan jarang dibahas, mengandung pelajaran besar:

  • Jangan bersikap lancang terhadap hal-hal rohani.

  • Serahkan penghakiman kepada Tuhan.

  • Percayalah bahwa Kristus adalah pembela yang sempurna.

  • Pegang Firman, bukan spekulasi.

Dalam dunia yang penuh sensasi rohani dan ajaran tidak sehat, gereja dipanggil untuk berdiri teguh dalam Firman dan memuliakan Tuhan dalam ketundukan seperti Mikhael.

Next Post Previous Post