Yesus Bangkit dan Hadir Nyata: Kisah Para Rasul 1:3

Yesus Bangkit dan Hadir Nyata: Kisah Para Rasul 1:3

“Kepada mereka, Ia juga menunjukkan diri-Nya sendiri hidup setelah Ia menderita, dengan banyak bukti, sambil menampakkan diri kepada mereka selama empat puluh hari dan berbicara tentang Kerajaan Allah.”(Kisah Para Rasul 1:3, AYT)

Pendahuluan

Kisah Para Rasul 1:3 merupakan ayat yang sangat penting dalam fondasi teologis kekristenan, terutama dalam pemahaman mengenai kebangkitan Kristus dan kesinambungan misi-Nya melalui Gereja. Ayat ini menjadi pengantar penting sebelum Yesus naik ke surga dan menyampaikan mandat besar kepada para rasul. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri eksposisi ayat ini berdasarkan pemikiran beberapa tokoh teologi Reformed ternama seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, dan Martyn Lloyd-Jones, serta melihat aplikasinya dalam konteks gereja masa kini.

I. Teks dan Struktur Ayat

Mari kita perhatikan beberapa bagian penting dari ayat ini:

  1. “Ia menunjukkan diri-Nya sendiri hidup setelah Ia menderita”

  2. “Dengan banyak bukti”

  3. “Sambil menampakkan diri kepada mereka selama empat puluh hari”

  4. “Berbicara tentang Kerajaan Allah”

Setiap bagian ini memiliki makna teologis yang dalam dan penting dalam kerangka teologi Reformed.

II. Eksposisi Teologis

1. “Ia menunjukkan diri-Nya sendiri hidup setelah Ia menderita”

John Calvin, dalam komentarnya atas Kisah Para Rasul, menekankan bahwa ini adalah bagian dari bukti historis dan spiritual bahwa Yesus benar-benar bangkit secara fisik, bukan hanya sebagai ide atau ilusi rohani. Calvin menyatakan:

“Kristus tidak hanya bangkit secara rohani di hati para murid, tetapi Ia benar-benar, dalam tubuh yang mulia, berdiri di tengah-tengah mereka.”

Teologi Reformed sangat menekankan realitas historis kebangkitan, karena dari sinilah iman Kristen mendapatkan landasannya (1 Korintus 15:14). Kebangkitan bukanlah mitos, tetapi fakta sejarah yang mengukuhkan keilahian Kristus dan kuasa keselamatan-Nya.

R.C. Sproul menambahkan bahwa penderitaan Yesus menunjuk pada penebusan yang telah tuntas. “He suffered once for all,” tulis Sproul, mengutip Ibrani 9:26. Artinya, penderitaan-Nya tidak hanya menandai penggenapan nubuatan, tetapi juga menjadi dasar dari semua janji keselamatan.

Aplikasi: Kebangkitan Yesus adalah bukti nyata kasih Allah yang menebus dan menghidupkan kembali pengharapan umat-Nya.

2. “Dengan banyak bukti”

Kata Yunani yang digunakan untuk “bukti” adalah tekmerion, yang berarti bukti yang tidak terbantahkan.

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa iman Kristen bukanlah iman yang buta, tetapi bertumpu pada karya Allah yang objektif dalam sejarah:

“Iman Kristen berdiri di atas fondasi wahyu yang konkrit. Tuhan tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak, dan tindakan-Nya dapat diuji dalam sejarah.”

Kristus menampakkan diri secara berulang kali kepada murid-murid-Nya, makan bersama mereka (Lukas 24:42-43), menunjukkan luka-luka-Nya (Yohanes 20:27), dan bahkan mengajar mereka. Bukti ini membuat iman para rasul tak tergoyahkan, bahkan ketika mereka menghadapi penganiayaan.

Martyn Lloyd-Jones, seorang pengkhotbah Reformed yang terkenal, menyatakan:

“Kebangkitan adalah fakta yang memperkuat iman, bukan menggantikan akal budi. Fakta itulah yang mengubahkan Petrus dari seorang penakut menjadi pemberita Injil yang penuh kuasa.”

3. “Sambil menampakkan diri kepada mereka selama empat puluh hari”

Periode 40 hari dalam Alkitab selalu menunjuk pada masa persiapan atau penggenapan rencana Allah (contoh: Musa di Sinai, Yesus di padang gurun).

John Calvin menafsirkan ini sebagai masa transisi teologis di mana Yesus membentuk kembali pemahaman murid-murid tentang Kerajaan Allah:

“Murid-murid harus dilatih ulang bukan hanya untuk percaya, tetapi untuk memahami misi Kristus yang sebenarnya.”

Selama 40 hari ini, Yesus menguatkan dan memperlengkapi mereka secara rohani untuk menerima Roh Kudus dan memberitakan Injil ke seluruh dunia. Ini adalah kurikulum ilahi pasca-kebangkitan.

Bavinck menambahkan bahwa masa ini juga menegaskan bahwa Gereja berdiri di antara dua zaman: zaman kebangkitan Kristus dan kedatangan-Nya kembali.

Aplikasi: Masa 40 hari pasca-kebangkitan Yesus adalah masa peneguhan iman dan persiapan untuk pelayanan gereja yang mulia.

4. “Berbicara tentang Kerajaan Allah”

Topik yang dibahas Yesus bukan hal-hal politis atau sekadar penghiburan pribadi, tetapi Kerajaan Allah. Dalam teologi Reformed, Kerajaan Allah bukan hanya kerajaan di masa depan, tetapi realitas rohani yang hadir sekarang melalui Kristus.

R.C. Sproul menjelaskan dalam bukunya The Kingdom of God bahwa:

“Kerajaan Allah bukan hanya pemerintahan ilahi atas hati manusia, tetapi juga penggenapan rencana Allah di bumi melalui Gereja.”

Dalam tradisi Reformed, Kerajaan Allah juga dikaitkan erat dengan kedaulatan Allah atas seluruh aspek kehidupan (sfera publik, budaya, politik). Hal ini sejalan dengan pemikiran Abraham Kuyper yang terkenal dengan pernyataan:

“Tidak ada satu inci pun dari seluruh dunia ini yang tidak diklaim Kristus sebagai milik-Nya.”

Lloyd-Jones juga menekankan bahwa pewartaan Kerajaan Allah adalah pewartaan Kristus sebagai Raja atas segala sesuatu – termasuk hati, gereja, dan bangsa-bangsa.

III. Relevansi Eksposisi untuk Gereja Masa Kini

1. Pentingnya Kebangkitan yang Nyata

Banyak gereja saat ini terjebak dalam simbolisme semata dan kehilangan penekanan pada fakta kebangkitan. Teologi Reformed mengingatkan kita bahwa Kristus sungguh-sungguh bangkit dalam tubuh. Ini adalah jaminan pengharapan dan kehidupan kekal.

2. Iman Berdasarkan Bukti

Iman Kristen bukan sekadar emosi atau pengalaman pribadi, tetapi berdiri di atas kebenaran objektif. Gereja Reformed mengajarkan apologetika berdasarkan fakta sejarah dan wahyu khusus, yang memberikan kekuatan logis dan spiritual dalam penginjilan.

3. Mempersiapkan Diri untuk Misi

Masa empat puluh hari mengajarkan kita pentingnya pembinaan iman sebelum pelayanan. Gereja masa kini harus meneladani Yesus dalam mempersiapkan para pemimpin secara rohani dan teologis.

4. Misi Kerajaan Allah

Pewartaan Injil tidak boleh lepas dari konteks Kerajaan Allah. Ini berarti Injil harus mengubah kehidupan pribadi sekaligus membentuk budaya, hukum, dan masyarakat. Gereja dipanggil menjadi agen Kerajaan Allah di dunia.

IV. Kesimpulan

Kisah Para Rasul 1:3 menyimpan kekayaan teologis yang sangat besar. Dalam satu ayat ini, kita melihat:

  • Kepastian kebangkitan Yesus,

  • Dasar apologetik iman Kristen,

  • Proses pelatihan rohani para rasul,

  • Dan penekanan pada misi Kerajaan Allah.

Dalam terang teologi Reformed, ayat ini tidak hanya berbicara tentang sejarah, tetapi juga tentang panggilan gereja hari ini. Seperti para rasul, kita dipanggil untuk menjadi saksi yang meyakini kebangkitan Kristus, memperlengkapi diri, dan memberitakan Injil Kerajaan sampai ke ujung bumi.

Penutup

Gereja masa kini perlu kembali merenungkan kedalaman ayat ini dan mengambil pelajaran dari para teolog Reformed yang telah menggali maknanya dengan mendalam. Kebangkitan Kristus bukan hanya untuk direnungkan saat Paskah, tetapi harus menjadi semangat gereja sepanjang tahun dalam menyatakan Kerajaan Allah.

Next Post Previous Post