Kisah Para Rasul 2:41: Pertobatan dan Pertumbuhan Gereja dalam Terang
.jpg)
Teks Kisah Para Rasul 2:41 (TB)
“Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.”
Pendahuluan
Ayat Kisah Para Rasul 2:41 menjadi penanda penting dalam sejarah gereja: kelahiran komunitas Kristen perdana melalui pekerjaan Roh Kudus. Ini adalah klimaks dari pemberitaan Petrus pada hari Pentakosta yang menghasilkan pertobatan masif. Namun, apa arti peristiwa ini bagi gereja masa kini, dan bagaimana teologi Reformed menafsirkan realitas spiritual, sosiologis, dan teologis dalam teks ini?
I. Konteks Historis Kisah Para Rasul 2:41
1. Latar Pentakosta
Kisah ini terjadi pada hari Pentakosta, 50 hari setelah Paskah, saat Roh Kudus dicurahkan kepada para murid. Petrus berkhotbah dengan kuasa, menafsirkan peristiwa itu sebagai penggenapan nubuat Yoel (Kis. 2:17–21) dan menegaskan bahwa Yesus yang disalibkan adalah Mesias yang dijanjikan.
2. Reaksi Jemaat
Setelah mendengar khotbah Petrus, orang-orang “tertegun dan berkata... apa yang harus kami perbuat?” (Kis. 2:37). Jawaban Petrus: bertobat dan dibaptis.
II. Eksposisi Kisah Para Rasul 2:41
Mari kita telaah bagian ini berdasarkan kata kunci utama.
A. “Orang-orang yang menerima perkataannya...”
Ini menekankan respon pribadi terhadap Firman Tuhan. Dalam kerangka Reformed:
-
Firman Allah adalah alat utama Roh Kudus dalam regenerasi (lih. Roma 10:17).
-
Penerimaan ini bukan hasil persuasi manusia, tapi karya anugerah ilahi (Efesus 2:8-9).
Menurut John Calvin:
“Tanpa Roh Kudus, pemberitaan Injil hanyalah suara di udara. Tapi bila Firman dan Roh bersatu, hati yang mati dibangkitkan untuk hidup.”
B. “...memberi diri dibaptis...”
Baptisan menjadi respons iman yang nyata. Ini:
-
Menyimbolkan kematian dan kebangkitan bersama Kristus (Roma 6:4).
-
Adalah tanda dan meterai perjanjian anugerah, bukan sarana otomatis keselamatan (Bavinck & Berkhof).
Teologi Reformed memandang baptisan sebagai tanda eksternal dari realitas internal: iman sejati.
C. “...bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”
Peningkatan jumlah ini bukanlah efek strategi marketing, tapi buah pemberitaan Injil yang setia dan pekerjaan Roh Kudus.
Menurut Dr. Sinclair Ferguson:
“Pertumbuhan gereja Perjanjian Baru adalah hasil dari pengajaran yang murni, kehidupan yang kudus, dan pekerjaan Roh Kudus, bukan manipulasi.”
III. Teologi Reformed atas Pertobatan dan Baptisan
A. Pertobatan (Metanoia)
Dalam Reformed soteriology, pertobatan adalah:
-
Hasil regenerasi: bukan sebab, tetapi akibat dari kelahiran baru.
-
Melibatkan perubahan pikiran, hati, dan kehendak terhadap dosa dan Allah.
Louis Berkhof menyatakan:
“Pertobatan sejati terdiri dari kesedihan terhadap dosa, kebencian terhadap dosa, dan pembalikan hidup menuju ketaatan.”
B. Baptisan sebagai Tanda Perjanjian
Menurut Heidelberg Catechism dan Westminster Confession:
-
Baptisan adalah “tanda dan meterai dari kebenaran oleh iman.”
-
Ini menggambarkan penyucian dari dosa dan penyatuan dengan tubuh Kristus.
Baptisan dalam Kisah 2 bukan tindakan individualis, tapi inisiatif untuk masuk ke dalam komunitas umat Allah.
IV. Dimensi Gerejawi dalam Kisah 2:41
A. Gereja sebagai Komunitas Orang Percaya
Gereja mula-mula bertumbuh bukan hanya dalam jumlah, tetapi dalam kualitas rohani (lihat Kis. 2:42–47).
Orang-orang yang dibaptis segera dihubungkan dalam komunitas—mereka bertekun dalam pengajaran rasul, persekutuan, dan doa.
Teolog Michael Horton menulis:
“Gereja bukan hasil keputusan pribadi, tetapi buah dari pemilihan kekal dan pekerjaan Roh dalam sejarah.”
B. Pertumbuhan sebagai Anugerah
Reformed theology menekankan bahwa pertumbuhan gereja adalah hak prerogatif Allah.
-
Manusia menabur dan menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:6-7).
-
Tiga ribu orang bertobat karena Allah telah menetapkan dan memanggil mereka secara efektif.
V. Aspek Pneumatologis: Pekerjaan Roh Kudus
Kisah Para Rasul 2 adalah deklarasi besar akan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan gereja.
-
Roh Kudus menyertai pemberitaan Injil.
-
Roh Kudus membuka hati pendengar (lih. Kis. 16:14).
-
Roh Kudus menciptakan komunitas baru: gereja.
Menurut John Owen, “Tanpa Roh, tidak ada Firman yang bisa menghidupkan; dan tanpa Firman, tidak ada Roh yang bisa dikenal dengan benar.”
VI. Aplikasi Kontemporer: Gereja Abad 21
A. Pemberitaan Injil Harus Inti Gereja
-
Gereja tidak bertumbuh karena musik bagus, fasilitas keren, atau program ramai.
-
Gereja bertumbuh jika Injil dikhotbahkan dengan setia dan kuasa Roh Kudus bekerja.
B. Baptisan Bukan Formalitas
Banyak orang menganggap baptisan hanya sebagai ritual sosial. Namun Reformed theology menekankan bahwa baptisan adalah:
-
Pengakuan iman.
-
Masuk ke dalam komunitas umat perjanjian.
C. Gereja Bukan Produk, Melainkan Tubuh Kristus
-
Orang tidak “bergabung ke gereja” seperti ke klub.
-
Gereja adalah hasil karya penebusan Kristus dan Roh Kudus mempersatukan anggotanya.
VII. Kutipan Teologi Reformed Terkait Kisah 2:41
John Stott: “Khotbah Petrus adalah contoh klasik penginjilan yang berpusat pada Kristus — hasilnya adalah pertobatan dan pembentukan gereja.”
RC Sproul: “Kisah 2:41 menunjukkan bahwa pertobatan adalah buah dari karya supranatural Roh Kudus, bukan hasil persuasi manusia semata.”
Herman Bavinck: “Baptisan adalah sakramen yang memperkenalkan orang ke dalam komunitas perjanjian — bukan karena kebajikan manusia, tapi karena anugerah Allah.”
Cornelius Van Til: “Tanpa dasar ontologi dari Allah yang menyatakan diri dalam sejarah, tidak ada makna dari ‘tiga ribu pertobatan’ itu.”
VIII. Penginjilan dan Teologi Pemilihan
Salah satu pertanyaan umum adalah:
Kalau Allah sudah menetapkan siapa yang diselamatkan, kenapa kita harus memberitakan Injil?
Teologi Reformed menjawab:
-
Karena Injil adalah alat pilihan Allah untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya.
-
Pemberitaan Firman dan pekerjaan Roh tidak terpisahkan (Roma 10:14–17).
Petrus berkhotbah bukan untuk "memaksa pertobatan," melainkan sebagai saluran Allah untuk memanggil umat-Nya.
IX. Relevansi untuk Pemuridan dan Penggembalaan
A. Membangun Jemaat berdasarkan Firman
-
Jemaat perlu dikembalikan kepada pola Kisah Para Rasul: khotbah, pertobatan, baptisan, persekutuan.
B. Baptisan Harus Diikuti Disiplin Rohani
-
Baptisan bukan titik akhir.
-
Orang yang dibaptis perlu terus diajarkan, dimuridkan, dan dipimpin untuk bertumbuh.
Kisah Para Rasul 2:42 adalah langkah lanjut dari 2:41. Gereja yang sehat bukan hanya ramai, tapi juga mendalam.
Kesimpulan: Kembali kepada Inti Gereja Sejati
Kisah Para Rasul 2:41 bukan hanya cerita sejarah, tapi cermin bagi gereja masa kini. Dalam terang teologi Reformed, kita diajar bahwa:
-
Pertobatan sejati adalah hasil dari pemberitaan Firman yang murni dan pekerjaan Roh Kudus.
-
Baptisan adalah respon iman dan tanda masuknya seseorang ke dalam komunitas perjanjian.
-
Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang setia kepada Injil, bukan pada tren dunia.
-
Semua pertumbuhan gereja adalah hasil anugerah Allah, bukan usaha manusia.