Roh yang Dicurahkan: Kisah Para Rasul 2:17-18

Roh yang Dicurahkan: Kisah Para Rasul 2:17-18

Pendahuluan

Peristiwa pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta menandai permulaan era baru dalam sejarah keselamatan. Dalam khotbahnya yang penuh kuasa, Rasul Petrus mengutip nubuat dari Yoel 2:28-29 untuk menjelaskan peristiwa besar yang sedang terjadi di hadapan orang banyak di Yerusalem.

Bagian yang dikutip dan dibahas adalah:

Kisah Para Rasul 2:17-18 (AYT)
“Dan, pada hari-hari terakhir akan terjadi, Allah berfirman: bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia. Dan, anak-anakmu laki-laki dan anak-anakmu perempuan akan bernubuat, dan anak-anak mudamu akan melihat penglihatan, dan orang-orang tua di antaramu akan memimpikan mimpi-mimpi. Bahkan, ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan hamba-hamba-Ku perempuan pada hari-hari itu, Aku akan mencurahkan Roh-Ku, dan mereka akan bernubuat.”

Nubuat ini menyatakan realitas baru dalam pekerjaan Roh Kudus, dan menggenapi janji Allah yang sebelumnya hanya dialami oleh para nabi, imam, dan raja, kini berlaku bagi semua umat percaya. Bagaimana pemahaman ini dijelaskan dalam kerangka teologi Reformed? Mari kita eksplorasi secara mendalam.

1. Konteks Pentakosta dan Kutipan dari Yoel

a. Konteks Kisah Para Rasul 2

Pentakosta terjadi 50 hari setelah kebangkitan Yesus. Murid-murid berkumpul di satu tempat, dan Roh Kudus turun dalam rupa lidah-lidah api. Banyak orang Yahudi dari berbagai daerah mendengar mereka berbicara dalam bahasa mereka masing-masing. Petrus berdiri dan menjelaskan bahwa ini bukan mabuk, tetapi penggenapan nubuat dari nabi Yoel.

b. Kutipan dari Yoel 2:28-29

Nabi Yoel menubuatkan suatu masa depan ketika Roh Allah akan dicurahkan ke atas semua manusia. Petrus menegaskan bahwa “hari-hari terakhir” dimulai dengan kedatangan Kristus, dan peristiwa Pentakosta adalah bagian dari penggenapannya.

R.C. Sproul:
“Pentakosta bukanlah dimulainya pekerjaan Roh Kudus, melainkan perluasan dan pendalaman dari apa yang telah Allah janjikan sejak dahulu kala.”

2. Eksposisi Ayat demi Ayat Berdasarkan Teologi Reformed

Kisah Para Rasul 2:17a – “Pada hari-hari terakhir akan terjadi...”

Dalam teologi Reformed, istilah “hari-hari terakhir” tidak merujuk pada akhir dunia secara langsung, melainkan periode antara kenaikan Kristus dan kedatangan-Nya kembali. Artinya, kita hidup dalam masa itu sekarang.

Herman Bavinck:
“Masa Mesianis adalah masa terakhir karena seluruh sejarah keselamatan telah menemukan puncaknya dalam Kristus.”

Kisah Para Rasul 2:17b – “Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia”

Pencurahan Roh ini menunjukkan kesetaraan rohani, bukan lagi terbatas pada kelompok elit religius. “Semua manusia” merujuk pada segala latar belakang: usia, gender, status sosial, dan bangsa.

John Calvin:
“Melalui pencurahan Roh, Allah mengangkat umat-Nya menjadi raja dan nabi. Tidak ada lagi batasan sebagaimana dahulu dalam Perjanjian Lama.”

Kata kunci: “mencurahkan” – menunjukkan kelimpahan, bukan sekadar pemberian terbatas.

Kisah Para Rasul 2:17c – “Anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat...”

Bernubuat di sini tidak selalu berarti meramalkan masa depan, tetapi menyampaikan firman Allah dengan kuasa dan kebenaran. Dalam Perjanjian Baru, semua orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi dan penyampai kebenaran Injil.

Louis Berkhof:
“Nubuat dalam gereja masa kini berfungsi sebagai pengajaran dan peneguhan kebenaran ilahi yang telah diwahyukan sepenuhnya.”

Implikasi Reformed: Semua orang percaya, baik pria maupun wanita, memiliki peran aktif dalam misi Allah, meski tetap menjaga tatanan pelayanan sesuai prinsip biblika.

Kisah Para Rasul 2:17d – “Anak-anak muda melihat penglihatan... orang tua memimpikan mimpi”

Dalam konteks kitab nabi-nabi, penglihatan dan mimpi adalah media komunikasi Allah. Tapi dalam terang Kristus, ini menunjuk pada pengertian rohani yang diberikan Roh Kudus kepada berbagai generasi.

Sinclair Ferguson:
“Penglihatan dan mimpi rohani berarti kemampuan melihat kebenaran Allah dengan jelas — bukan hal mistik, tapi pewahyuan rohani.”

Kisah Para Rasul 2:18 – “Ke atas hamba-hamba-Ku... Aku akan mencurahkan Roh-Ku”

Ini menghapus perbedaan antara strata sosial. Roh Kudus diberikan bahkan kepada para hamba — simbol dari inklusi sosial dan kerendahan hati Injil.

Bavinck:
“Roh Kudus tidak mengenal batas status sosial. Injil adalah kekuatan Allah yang bekerja dalam setiap orang, bukan berdasarkan kelayakan, tapi anugerah.”

3. Perbandingan Pencurahan Roh di PL dan PB

a. Perjanjian Lama: Terbatas dan Selektif

  • Roh dicurahkan hanya kepada nabi, imam, atau raja (misalnya Musa, Samuel, Daud).

  • Tidak semua umat memiliki akses langsung kepada Roh Kudus.

b. Perjanjian Baru: Universal dan Melimpah

  • Setiap orang percaya menerima Roh Kudus (Efesus 1:13-14).

  • Roh Kudus diam di dalam hati, memberi kepastian keselamatan dan kuasa untuk pelayanan.

Calvin menyebut pencurahan Roh sebagai:
“Kesempurnaan dari janji Injil, yang memberikan terang dan kekuatan bagi orang percaya untuk mengenal dan melayani Tuhan.”

4. Pandangan Para Teolog Reformed

John Calvin

Menekankan aspek pendemokratisasian Roh Kudus — bahwa sekarang semua orang percaya mendapat bagian yang sama dalam persekutuan dengan Allah.

Louis Berkhof

Membedakan antara:

  • Pencurahan awal (Pentakosta) sebagai peristiwa historis.

  • Penerapan pribadi Roh Kudus sebagai bagian dari pembaruan batin yang terus terjadi.

Herman Bavinck

Melihat bahwa pekerjaan Roh Kudus tidak hanya menyangkut regenerasi dan pengudusan, tapi juga penggenapan janji eskatologis.

R.C. Sproul

Menekankan bahwa pekerjaan Roh Kudus adalah untuk memuliakan Kristus dan memberdayakan gereja untuk menjadi terang dunia.

5. Aplikasi Teologis dan Pastoral

a. Tidak Ada Umat Allah Tanpa Roh Kudus

Dalam teologi Reformed, kelahiran baru (regenerasi) hanya mungkin melalui Roh Kudus. Maka, semua orang percaya telah menerima Roh, bukan hanya sebagian.

b. Kesetaraan dalam Pelayanan

Baik pria maupun wanita, tua maupun muda, semua dipanggil untuk melayani dalam kapasitas masing-masing — bukan berdasarkan jabatan, tetapi berdasarkan anugerah Roh.

c. Jangan Abaikan Peran Roh Kudus

Roh Kudus bukan hanya untuk penghiburan, tetapi untuk misi dan kuasa pelayanan. Tanpa Roh, gereja mati.

d. Roh Kudus Memperlengkapi Gereja

Nubuat, penglihatan, dan mimpi menunjuk pada karunia rohani yang memperlengkapi gereja. Namun, teologi Reformed juga berhati-hati terhadap klaim karismatik yang tidak teruji oleh Firman.

6. Perbedaan Reformed dan Pandangan Karismatik

Teologi Reformed mengakui realitas pencurahan Roh Kudus, tetapi:

  • Menekankan Firman sebagai wahyu utama, bukan pengalaman mistik.

  • Melihat nubuat sebagai pengajaran dan aplikasi Firman, bukan tambahan wahyu baru.

Berkhof:
“Pekerjaan Roh harus diuji berdasarkan wahyu tertulis — Alkitab.”

7. Hubungan dengan Amanat Agung

Pencurahan Roh Kudus adalah fondasi untuk penggenapan Amanat Agung (Matius 28:19-20). Yesus berkata: “Kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atasmu dan kamu akan menjadi saksi-Ku...” (Kisah 1:8)

Maka:

  • Tanpa Roh Kudus, gereja tidak punya daya misi.

  • Pencurahan Roh Kudus = awal penginjilan global.

Kesimpulan

Kisah Para Rasul 2:17-18 adalah pernyataan monumental bahwa Allah telah memulai era baru melalui pencurahan Roh Kudus. Tidak lagi terbatas, tidak lagi bersyarat, tetapi diberikan kepada semua orang percaya, untuk memberdayakan, menghibur, menguduskan, dan mengutus.

Pencurahan Roh Kudus:

  • Menggenapi nubuat PL.

  • Mengangkat semua umat percaya sebagai pelayan Allah.

  • Memperluas misi Allah ke seluruh bumi.

  • Menunjukkan kesatuan dan kesetaraan dalam tubuh Kristus.

Next Post Previous Post