Ibrani 12:18–25 Sinai dan Sion: Pilihan Antara Hukum dan Anugerah

Pendahuluan: Dua Gunung, Dua Realitas, Satu Pilihan
Penulis Ibrani dengan sangat tajam menyajikan kontras yang dramatis antara dua gunung: Gunung Sinai, tempat Allah menyatakan hukum-Nya dengan kedahsyatan dan murka, dan Gunung Sion, lambang anugerah dan persekutuan kekal di dalam Kristus. Kedua gunung ini bukan hanya mewakili lokasi geografis, tetapi mewakili dua pendekatan terhadap Allah: melalui hukum atau melalui Injil.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksposisi ayat demi ayat dari Ibrani 12:18–25, serta menggali maknanya dalam terang teologi Reformed.
1. Gunung Sinai: Ketakutan dan Kekudusan Allah (Ibrani 12:18–21)
a. Deskripsi Sinai: Kekudusan yang Menggetarkan
“Sebab kamu tidak datang ke gunung yang dapat disentuh, yang terbakar api, atau kepada kegelapan, kegelapan yang pekat, dan badai...”
Gambaran ini mengacu pada Keluaran 19, ketika Israel berkemah di depan Gunung Sinai. Allah menyatakan diri-Nya dalam api, gemuruh, dan ketakutan, menegaskan bahwa Ia adalah Allah yang kudus, dan manusia berdosa tidak bisa mendekat tanpa pengantara.
John Owen:
“Sinai menandai pemisahan mutlak antara manusia berdosa dan Allah yang kudus. Ia menunjukkan kebinasaan yang pasti jika tidak ada perantara.”
b. Efek Sinai: Takut dan Ketidakmampuan
“...begitu menakutkan penglihatan itu sehingga Musa berkata, ‘Aku sangat takut dan gemetar.’”
Jika bahkan Musa — hamba Allah yang paling setia — gemetar ketakutan, maka siapa pun tidak layak mendekat kepada Allah berdasarkan hukum.
2. Gunung Sion: Anugerah, Persekutuan, dan Penebusan (Ibrani 12:22–24)
a. “Namun, kamu telah datang ke Gunung Sion…”
Kontrasnya tajam. Bukan Sinai yang menakutkan, melainkan Sion yang penuh kasih karunia. Di sini, penulis menyampaikan bahwa orang percaya sekarang memiliki akses langsung kepada:
-
Kota Allah yang hidup – Yerusalem surgawi
-
Beribu-ribu malaikat dalam perayaan
-
Jemaat anak-anak sulung – orang percaya sejati
-
Allah sebagai Hakim
-
Roh orang benar yang telah disempurnakan
-
Yesus – pengantara perjanjian baru
-
Darah Yesus yang berbicara lebih baik daripada darah Habel
b. Makna Teologis Gunung Sion
R.C. Sproul:
“Gunung Sion bukan sekadar tempat, tapi kondisi persekutuan yang hanya bisa dicapai melalui darah Anak Domba.”
Gunung Sion melambangkan:
-
Anugerah dibanding penghakiman
-
Persekutuan dibanding pemisahan
-
Pengantara Yesus dibanding ketakutan akan hukum
Louis Berkhof:
“Di dalam Kristus, orang percaya tidak lagi berdiri di kaki gunung maut, melainkan di tengah-tengah kota kekal yang penuh sukacita.”
3. Yesus sebagai Pengantara yang Lebih Agung (Ibrani 12:24)
a. Darah yang Berbicara Lebih Baik
Darah Yesus dibandingkan dengan darah Habel:
-
Darah Habel menuntut pembalasan (Kejadian 4:10)
-
Darah Yesus menawarkan pengampunan dan pendamaian
John Calvin:
“Yesus tidak hanya menyamakan diri dengan Habel sebagai orang benar yang dibunuh, tetapi melampauinya dalam keefektifan kurban darah-Nya.”
b. Yesus = Pusat Gunung Sion
Tanpa Yesus, Sion sama saja dengan Sinai. Tapi melalui Yesus, kita memiliki:
-
Pengampunan sempurna (Ibrani 10:14)
-
Akses ke hadirat Allah (Ibrani 4:16)
-
Kehidupan kekal (Ibrani 5:9)
4. Peringatan Terakhir: Jangan Menolak Dia yang Berbicara (Ibrani 12:25)
“Karena itu, lihatlah supaya kamu tidak menolak Dia yang berbicara…”
Peringatan ini sangat serius. Penulis Ibrani menyatakan bahwa jika bangsa Israel yang mendengar suara Allah secara fisik dan tidak taat dihukum, maka lebih besar lagi hukuman bagi mereka yang menolak Yesus yang berbicara dari surga.
Herman Bavinck:
“Penolakan terhadap Injil bukan sekadar pelanggaran moral, melainkan pemberontakan terhadap komunikasi Allah yang terakhir dan tertinggi.”
5. Aplikasi Eksistensial: Bagaimana Kita Menanggapi Dua Gunung Ini?
a. Jangan Datang ke Sinai dengan Perbuatan
-
Kita tidak akan pernah cukup baik untuk memenuhi tuntutan hukum
-
Ketakutan dan kutuk akan selalu menyertai pendekatan berdasarkan usaha sendiri
b. Datanglah ke Sion dengan Iman kepada Kristus
-
Melalui iman, kita diterima di dalam komunitas surgawi
-
Kita mengalami damai, bukan ketakutan
c. Hidup dalam Kekudusan dan Rasa Syukur
Ibrani 12:28 melanjutkan:
“Karena kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan, marilah kita bersyukur dan menyembah Allah dengan takut dan hormat.”
6. Kesimpulan: Undangan ke Gunung Sion Tidak Boleh Diabaikan
Ibrani 12:18–25 adalah ajakan Injil yang paling indah sekaligus paling serius. Kita semua berdiri di antara dua gunung:
-
Gunung Sinai: ketakutan, penghakiman, pemisahan
-
Gunung Sion: kasih karunia, pengampunan, persekutuan
Kristus memanggil kita untuk datang ke Sion, melalui darah-Nya yang kudus, dan menerima kerajaan yang tidak terguncangkan.