Ibrani 12:5 Jangan Anggap Enteng Didikan Tuhan
.jpg)
“Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;’”— Ibrani 12:5 (AYT)
Pendahuluan
Penderitaan dan kesulitan hidup kerap membuat orang Kristen mempertanyakan kasih dan maksud Allah. Banyak orang, bahkan umat percaya, sulit menerima kenyataan bahwa Allah yang penuh kasih dapat membiarkan penderitaan terjadi. Namun, Ibrani 12:5 mengundang kita untuk melihat penderitaan dari kacamata disiplin ilahi, bukan hukuman murka.
Artikel ini akan membahas makna disiplin Tuhan berdasarkan Ibrani 12:5, serta bagaimana pandangan ini diperjelas dalam teologi Reformed. Kita akan mengeksplorasi peran kasih Allah dalam mendidik anak-anak-Nya, bentuk-bentuk disiplin itu, serta bagaimana kita seharusnya meresponinya.
I. Konteks Ibrani 12:5
A. Nasihat kepada Jemaat yang Menderita
Surat Ibrani ditulis untuk jemaat Kristen Yahudi yang sedang mengalami penganiayaan dan godaan untuk meninggalkan iman mereka. Dalam pasal 12, penulis membandingkan hidup Kristen dengan perlombaan yang membutuhkan ketekunan dan penguatan.
Ayat 5 merupakan kutipan dari Amsal 3:11-12, yang berbicara tentang didikan Tuhan kepada anak-anak-Nya. Penulis mendorong pembacanya untuk tidak mengabaikan atau menganggap enteng didikan itu, dan juga tidak menjadi putus asa karenanya.
B. Kata Kunci: “Didikan”
Kata Yunani untuk “didikan” adalah “παιδεία” (paideia), yang dapat diterjemahkan sebagai:
-
Pembinaan anak
-
Disiplin
-
Koreksi moral
Artinya bukan semata-mata hukuman, tetapi pendidikan yang dimotivasi oleh kasih.
II. Disiplin Tuhan Bukan Hukuman, Tetapi Kasih
A. R.C. Sproul: Perbedaan antara Hukuman dan Disiplin
R.C. Sproul menekankan bahwa Allah tidak lagi menghukum umat-Nya, sebab murka Allah telah dicurahkan seluruhnya atas Yesus Kristus di kayu salib.
“Apa yang kita terima hari ini sebagai penderitaan bukanlah hukuman dari Allah, tetapi disiplin dari seorang Bapa yang mengasihi.”
– R.C. Sproul, The Holiness of God
Allah mendidik kita bukan untuk membinasakan, tetapi untuk menyucikan dan memperlengkapi kita.
B. John Calvin: Tanda Anak-Anak Allah
Calvin menulis dalam komentarnya tentang Ibrani bahwa disiplin Allah adalah bukti bahwa kita adalah anak-anak-Nya.
“Jangan mengeluh ketika dipukul oleh Allah. Itu adalah tanda bahwa kita bukan anak-anak haram, tetapi anak yang sah, yang dikasihi oleh-Nya.”
– John Calvin, Commentary on Hebrews
III. Tanggapan yang Salah terhadap Didikan Tuhan
Ibrani 12:5 memperingatkan dua reaksi ekstrem:
A. Menganggap Enteng
Orang yang menganggap enteng disiplin Tuhan menolak belajar dari penderitaan. Ia melihat penderitaan hanya sebagai kebetulan atau sekadar cobaan, tanpa menyadari bahwa itu adalah cara Tuhan berbicara dan membentuk karakter kita.
B. Putus Asa
Sebaliknya, ada orang yang putus asa, merasa Tuhan meninggalkannya. Ia gagal melihat bahwa penderitaan itu lahir dari kasih, bukan kebencian.
Jonathan Edwards mengingatkan bahwa kasih Tuhan yang mendidik kita kadang lebih dalam daripada yang kita harapkan.
“Kasih Tuhan tidak selalu tampak lembut. Kadang, Ia menebas berhala kita untuk menyelamatkan jiwa kita.”
– Jonathan Edwards
IV. Tujuan dari Disiplin Ilahi
A. Menumbuhkan Kekudusan
Ibrani 12:10 menyatakan bahwa Allah mendidik kita untuk mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Tujuan utama disiplin adalah transformasi karakter, bukan pembalasan dosa.
John Owen menegaskan:
“Disiplin Allah menolong kita melihat kebobrokan dosa, dan menarik kita kembali kepada anugerah-Nya.”
– The Mortification of Sin
B. Melatih Ketekunan
Seperti seorang pelatih melatih atlet, Tuhan menggunakan penderitaan untuk menguatkan iman kita (Yakobus 1:2-4). Orang yang dilatih akan menjadi dewasa dan matang secara rohani.
V. Bentuk-Bentuk Disiplin Tuhan
A. Melalui Firman dan Roh Kudus
Seringkali Roh Kudus menegur hati kita melalui firman. Ketika hati kita tertusuk oleh kebenaran dan dipanggil bertobat, itulah bentuk disiplin yang lembut dari Tuhan.
B. Melalui Keadaan Hidup
Allah dapat mendisiplinkan melalui peristiwa sulit: kegagalan, kehilangan, penyakit, penundaan, bahkan relasi yang rusak. Dalam semuanya itu, Allah bekerja menyempurnakan iman kita.
C. Melalui Gereja
Dalam komunitas gereja, Tuhan memberi peneguran dan disiplin gerejawi untuk membimbing umat-Nya. Teologi Reformed sangat menghargai peran gereja sebagai alat Tuhan untuk mendidik umat-Nya.
VI. Tanda-Tanda Seseorang Menerima Disiplin dengan Benar
A. Bertumbuh dalam Kerendahan Hati
Orang yang menerima disiplin Allah akan menjadi lebih rendah hati, menyadari keterbatasannya, dan menggantungkan diri kepada anugerah Tuhan.
B. Bertobat dari Dosa
Disiplin sejati menuntun kepada pertobatan. Bukan hanya menyesal karena menderita, tetapi karena menyadari telah mengecewakan hati Tuhan.
C. Bertumbuh dalam Buah Roh
Hasil akhir dari disiplin adalah buah kebenaran (Ibrani 12:11). Ini bukan perubahan sesaat, tetapi kehidupan yang menunjukkan kasih, sukacita, kesabaran, dan penguasaan diri.
VII. Kapan Disiplin Menjadi Hukuman?
Bagi orang yang menolak kasih karunia, penderitaan bukan lagi menjadi didikan, tetapi bisa menjadi hukuman (Ibrani 10:26-27). Inilah mengapa penting untuk taat saat ditegur, bukan mengeraskan hati.
VIII. Menerima Disiplin Tuhan dalam Kasih
A. Jangan Marah kepada Tuhan
Allah mendisiplinkan dengan hati Bapa, bukan sebagai algojo. Dia lebih peduli pada karakter kita daripada kenyamanan kita.
B. Bersyukur dalam Segala Hal
Teologi Reformed mendorong sikap syukur bahkan dalam penderitaan, karena Allah berdaulat penuh atas segala peristiwa hidup (Roma 8:28).
C. Terus Melihat kepada Yesus
Yesus sendiri adalah teladan utama kita dalam menghadapi penderitaan. Ibrani 12:2-3 mengingatkan bahwa Ia menanggung salib karena sukacita yang disediakan bagi-Nya.
IX. Disiplin dalam Pandangan Reformasi
A. Reformasi Menolak Dualisme: Kasih vs Penderitaan
Para reformator menolak pandangan bahwa penderitaan selalu berarti Allah sedang menghukum. Sebaliknya, mereka menekankan providensia Allah yang bekerja bahkan melalui penderitaan.
B. Westminster Confession of Faith
Pengakuan iman Westminster menegaskan bahwa Allah mengasihi anak-anak-Nya secara kekal, dan menggunakan disiplin sebagai cara untuk memulihkan relasi dan menjaga umat-Nya tetap di jalan kebenaran.
Kesimpulan: Disiplin Tuhan Adalah Karunia
Ibrani 12:5 adalah pengingat bahwa penderitaan bukanlah akhir, melainkan alat Tuhan untuk membentuk kita seperti Kristus. Teologi Reformed memandang disiplin ilahi bukan sebagai murka, tetapi kasih dalam bentuk yang paling murni—kasih yang tidak membiarkan anak-anak-Nya binasa dalam kebodohan dosa.
Jika hari ini engkau sedang dalam penderitaan, jangan putus asa. Jangan juga menganggap enteng. Dengarkan suara kasih dari Bapa yang sedang mendidikmu untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya.