Kisah Para Rasul 3:22 Nubuat Musa dan Pemenuhan dalam Kristus

Pendahuluan
Salah satu teks penting dalam pidato Petrus di Serambi Salomo (Kisah Para Rasul 3) adalah ayat 22, yang berbunyi:
"Sebab Musa telah berkata: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku; dengarkanlah Dia dalam segala sesuatu yang Ia katakan kepadamu." (Kisah Para Rasul 3:22, AYT)
Ayat ini mengutip nubuat Musa dalam Ulangan 18:15-19, yang menyatakan bahwa Allah akan membangkitkan seorang nabi seperti Musa dari antara bangsa Israel. Petrus, dalam konteks Perjanjian Baru, menafsirkan ayat ini sebagai penggenapan dalam pribadi Yesus Kristus.
Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi ayat ini menurut beberapa tokoh teologi Reformed seperti John Calvin, R.C. Sproul, Herman Bavinck, dan B.B. Warfield, serta dampaknya bagi penginjilan dan pengajaran gereja masa kini.
I. Konteks Historis dan Redaksional
1. Latar Belakang Kisah Para Rasul 3
Kisah Para Rasul 3 menggambarkan mujizat penyembuhan seorang lumpuh oleh Petrus dan Yohanes, yang menjadi titik awal bagi khotbah penginjilan yang kuat di hadapan orang banyak. Petrus kemudian menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan bahwa kuasa penyembuhan berasal dari Yesus, Mesias yang telah dibunuh oleh umat Israel namun dibangkitkan Allah.
Dalam pidatonya, Petrus mengaitkan peristiwa ini dengan nubuat Musa, menegaskan bahwa Yesus adalah Nabi yang telah dijanjikan.
2. Kutipan dari Ulangan 18:15
Petrus dengan sengaja mengutip Ulangan 18 untuk menunjukkan bahwa Yesus bukanlah hanya penyembuh atau guru biasa, melainkan penggenapan dari nubuat Musa, figur sentral dalam sejarah Israel. Dalam teologi Reformed, hal ini menunjukkan kesinambungan antara Perjanjian Lama dan Baru, di mana semua nubuat dan bayangan PL mencapai puncaknya dalam Kristus.
II. Tafsiran Teologi Reformed: Siapakah Nabi Seperti Musa Itu?
1. John Calvin: Yesus adalah Penggenapan Total
Calvin dalam Commentaries on the Acts of the Apostles menekankan bahwa Yesus tidak hanya “seperti Musa”, tetapi jauh lebih besar dari Musa.
"Kristus tidak hanya menyamai Musa dalam hal berbicara kepada Allah dan menyampaikan hukum-hukum-Nya, tetapi Dia juga menjadi perantara sejati yang tidak hanya menyampaikan firman tetapi menyelamatkan."
Menurut Calvin, penekanan pada “dengarkanlah Dia” adalah panggilan untuk tunduk penuh kepada Kristus, karena Dia adalah wahyu terakhir dari Allah (bdk. Ibrani 1:1-2).
2. R.C. Sproul: Yesus sebagai Nabi, Imam, dan Raja
Sproul menafsirkan peran Yesus sebagai nabi tidak bisa dipisahkan dari fungsinya sebagai imam dan raja. Dalam Essential Truths of the Christian Faith, Sproul menjelaskan:
"Yesus sebagai Nabi membawa Firman Allah, tetapi lebih dari itu—Dia adalah Firman itu sendiri. Musa adalah bayangan, Yesus adalah realitas."
Dengan demikian, kutipan Petrus menegaskan posisi Yesus sebagai Pemimpin yang mutlak, bukan hanya bagi Israel, tetapi seluruh umat manusia.
3. Herman Bavinck: Inkarnasi Sebagai Perwujudan Nubuat Musa
Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck menyatakan bahwa penggenapan Ulangan 18:15 dalam Yesus adalah bukti keagungan inkarnasi.
"Hanya dalam inkarnasi—Firman menjadi manusia—nubuat Musa benar-benar digenapi. Tuhan benar-benar hadir di tengah-tengah umat-Nya sebagai seorang yang seperti mereka, namun tanpa dosa."
Artinya, keunikan Yesus sebagai nabi bukan hanya karena pesan-Nya, tetapi karena hakikat ilahi dan kemanusiaan-Nya yang sempurna.
4. B.B. Warfield: Otoritas Yesus sebagai Nabi Ilahi
Warfield, yang banyak menulis mengenai inspirasi Kitab Suci, menekankan otoritas Yesus sebagai nabi bukan berasal dari sekadar pengurapan Roh Kudus, tetapi karena natur-Nya sebagai Allah sendiri.
"The prophet like unto Moses is one whose words must be heard, because He speaks not only on behalf of God, but as God."
Bagi Warfield, tidak mendengarkan Yesus berarti menolak suara Allah secara langsung.
III. Penekanan Teologis Ayat Ini dalam Gerakan Reformed
1. Kristosentrisme
Gereja Reformed selalu menekankan bahwa seluruh Kitab Suci berpusat pada Kristus. Kisah Para Rasul 3:22 adalah contoh konkret bagaimana PL harus dibaca secara kristologis. Nubuat Musa tidak ditujukan kepada pemimpin sembarangan, tetapi kepada Mesias sejati.
2. Suffisiensi Kristus
Ayat ini juga menunjukkan bahwa dalam Kristus terdapat kecukupan wahyu Allah. Kita tidak menantikan nabi lain karena Yesus adalah nabi terakhir dan sempurna (lih. Ibrani 1:1-2). Hal ini menjadi dasar bagi doktrin Sola Scriptura—bahwa firman Kristus yang tercatat dalam Alkitab sudah cukup bagi keselamatan dan kehidupan orang percaya.
3. Tanggung Jawab untuk Mendengar dan Taat
Pernyataan “dengarkanlah Dia dalam segala sesuatu” adalah panggilan untuk ketaatan radikal. Dalam Reformed theology, iman yang sejati selalu disertai ketaatan, bukan sekadar pengakuan lisan. Kisah Para Rasul 3:22 menjadi seruan keras bagi gereja untuk kembali kepada suara Kristus, bukan kepada suara dunia atau tradisi yang menyesatkan.
IV. Aplikasi Homiletis dan Penginjilan
1. Injil yang Didasarkan pada Nubuat PL
Khotbah Petrus menunjukkan bahwa penginjilan yang alkitabiah harus didasarkan pada penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama. Ini membuktikan bahwa Injil bukan sesuatu yang baru, melainkan bagian dari rencana kekal Allah.
2. Yesus Adalah Satu-Satunya Otoritas
Dalam dunia pascamodern yang penuh relativisme, Kisah Para Rasul 3:22 menjadi deklarasi otoritas tunggal Kristus dalam menyatakan kebenaran. Tidak ada nabi, filsuf, atau pemimpin rohani lain yang layak dibandingkan dengan Dia.
3. Seruan untuk Mendengar Kristus
Bagi gereja masa kini, ayat ini menggemakan perintah Allah dalam peristiwa transfigurasi: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, dengarkanlah Dia” (Lukas 9:35). Mendengarkan Kristus berarti membaca, merenungkan, dan mentaat Firman setiap hari.
V. Perbandingan dengan Tokoh-Tokoh Lain dalam Alkitab
Musa vs. Yesus
-
Musa adalah perantara hukum; Yesus adalah perantara kasih karunia.
-
Musa memimpin keluar dari perbudakan fisik; Yesus membebaskan dari perbudakan dosa.
-
Musa adalah bayangan; Yesus adalah realitas.
Para Nabi Lain
Semua nabi PL menunjuk kepada seseorang yang lebih besar dari mereka. Kisah Para Rasul 3:22 meneguhkan bahwa seluruh suara kenabian adalah gema dari suara Kristus.
VI. Catatan Akhir: Relevansi Teologis di Era Digital
Dalam era digital yang penuh informasi dan disinformasi, kita perlu kembali pada suara Kristus sebagai otoritas final. Kisah Para Rasul 3:22 menjadi pelita di tengah kebingungan zaman. Dengan mengenal Yesus sebagai Nabi yang dijanjikan, kita tidak hanya mengenal pesan, tetapi juga Pribadi Allah sendiri.
Kesimpulan
Kisah Para Rasul 3:22 adalah ayat yang sangat kaya secara teologis dan praktis. Dalam teologi Reformed, ayat ini menunjukkan:
-
Kesatuan PL dan PB dalam Kristus,
-
Peran Yesus sebagai Nabi ilahi,
-
Panggilan kepada umat untuk mendengar dan taat.
Dengan merujuk pada para tokoh seperti Calvin, Sproul, Bavinck, dan Warfield, kita melihat bahwa ayat ini bukan sekadar kutipan dari PL, tetapi pengungkapan pusat dari seluruh narasi Alkitab: bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya secara sempurna dalam Kristus, dan kita dipanggil untuk mendengarkan Dia.