Sejarah Doktrin Kristen
1. Pendahuluan: Mengapa Mempelajari Sejarah Doktrin Penting?
Sejarah doktrin Kristen adalah perjalanan umat Allah dalam menjaga, menjelaskan, dan mempertahankan iman yang satu (Yudas 1:3). Bagi teologi Reformed, pemahaman akan doktrin bukan sekadar spekulasi, tetapi adalah cara gereja hidup dalam terang kebenaran yang diwahyukan oleh Allah dalam Kitab Suci.
R.C. Sproul:
“Doktrin bukan hanya penting, itu esensial. Salah doktrin berarti salah tentang Allah.”
2. Zaman Gereja Mula-Mula: Dasar Kristologi dan Trinitas
a. Perjuangan Awal Gereja
Gereja mula-mula berhadapan dengan berbagai ajaran sesat seperti:
-
Gnostisisme (penolakan inkarnasi)
-
Doketisme (Yesus hanya tampak seperti manusia)
-
Arianisme (menolak keilahian Yesus)
Augustinus menekankan perlunya iman yang rasional, dan bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan:
“Aku percaya agar aku dapat mengerti.” (Credo ut intelligam)
b. Konsili Nicea (325 M)
Menyatakan bahwa:
-
Yesus adalah Allah sejati dari Allah sejati
-
Sehakikat (homoousios) dengan Bapa
Ini menjadi tonggak awal doktrin Trinitas yang ortodoks, dasar yang sangat penting bagi teologi Reformed.
3. Zaman Bapa Gereja dan Konsili Ekumenis
Periode ini dipenuhi oleh pembelaan terhadap ortodoksi, serta pembangunan sistem doktrinal berdasarkan Kitab Suci dan tradisi apostolik.
John Calvin banyak merujuk kepada Bapa Gereja seperti Athanasius dan Agustinus, yang dengan konsisten menyuarakan doktrin anugerah dan keilahian Kristus.
Tema utama yang berkembang:
-
Trinitas
-
Inkarnasi
-
Kristologi
-
Kristus sebagai pengantara keselamatan
4. Abad Pertengahan: Skolastisisme dan Dominasi Roma
a. Teologi Katolik Diterjemahkan ke dalam Sistem Filsafat
-
Anselmus: "Mengapa Allah menjadi manusia" – pengembangan awal doktrin penebusan.
-
Thomas Aquinas: Mencoba menyelaraskan iman dan akal dalam Summa Theologica.
Namun teologi Reformed kemudian mengkritik bahwa:
-
Teologi menjadi terlalu spekulatif
-
Tradisi sering menggantikan otoritas Alkitab
John Owen: “Jika fondasi kita bukan Firman Allah, maka seluruh bangunan akan roboh.”
5. Reformasi Protestan: Kembali ke Kitab Suci
a. Solusi dari Krisis Doktrin
Reformator seperti Martin Luther dan John Calvin melihat korupsi dalam gereja bukan hanya secara moral, tetapi secara doktrinal. Mereka memulihkan:
-
Sola Scriptura – hanya Kitab Suci yang menjadi otoritas tertinggi
-
Sola Fide – dibenarkan hanya oleh iman
-
Sola Gratia – keselamatan adalah anugerah Allah
-
Solus Christus – hanya Kristus yang menyelamatkan
-
Soli Deo Gloria – hanya bagi kemuliaan Allah
b. Calvin dan Institusi Agama Kristen
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa:
-
Teologi harus praktis
-
Doktrin harus mengarah pada kekudusan
-
Allah adalah pusat segala sesuatu (teosentris)
6. Pascareformasi dan Sistematisasi Reformed
Setelah era Reformasi, muncul kebutuhan untuk merapikan dan menyistematisasikan doktrin:
a. Pengaruh Teolog Reformed
-
Theodore Beza: Memperkuat doktrin predestinasi
-
Francis Turretin: Pengembang sistem teologi polemik Reformed
-
Herman Bavinck dan Louis Berkhof: Mewakili sistematika modern Reformed yang sangat memengaruhi abad ke-20
Berkhof:
“Teologi sistematika bukan hanya pengetahuan, tetapi penyembahan.”
7. Era Modern: Tantangan terhadap Ortodoksi
a. Rasionalisme dan Liberalisme Teologi
-
Penolakan terhadap mukjizat
-
Relativisme doktrinal
-
Serangan terhadap keilahian Kristus
b. Respons Reformed
Tokoh seperti Cornelius Van Til dan J. Gresham Machen menegaskan bahwa:
-
Kitab Suci tetap relevan
-
Teologi tidak boleh tunduk pada modernisme
-
Doktrin yang benar akan menghasilkan iman yang benar
Machen:
“Kekristenan bukan sekadar hidup baik, tapi pewartaan fakta ilahi.”
8. Teologi Reformed dan Penjagaan Doktrin
Teologi Reformed menekankan bahwa:
-
Allah adalah pusat dari seluruh sejarah keselamatan
-
Semua doktrin bersumber dari dan ditujukan untuk memuliakan Allah
-
Pemeliharaan doktrin adalah tugas setiap generasi gereja
a. Peran Katekismus dan Pengakuan Iman
-
Katekismus Heidelberg
-
Pengakuan Iman Westminster
-
Kanon Dort
Semua berfungsi untuk mengajar generasi berikutnya dan membentengi gereja dari penyimpangan.
9. Kesimpulan: Menjaga Warisan yang Kudus
Sejarah doktrin Kristen bukan sekadar catatan masa lalu. Ini adalah perjalanan kesetiaan umat Allah terhadap Firman-Nya. Dalam terang teologi Reformed, doktrin bukanlah beban, tetapi sukacita dan dasar pertumbuhan iman.
“Peganglah segala sesuatu yang baik...” (1 Tesalonika 5:21)