Studies in Tertullian and Augustine: Eksposisi Alkitab dan Pengaruhnya dalam Teologi Kristen

Studies in Tertullian and Augustine: Eksposisi Alkitab dan Pengaruhnya dalam Teologi Kristen

Pendahuluan

Sepanjang sejarah gereja, dua tokoh besar dari Gereja Barat awal memiliki pengaruh yang luar biasa dalam perkembangan doktrin dan spiritualitas Kristen, yakni Tertullian (±155–220 M) dan Agustinus dari Hippo (354–430 M). Keduanya lahir dan melayani di wilayah Afrika Utara, yang pada masa itu merupakan pusat intelektual Kristen. Tertullian dikenal sebagai “bapak teologi Latin,” sedangkan Agustinus disebut sebagai salah satu “doktor gereja” terbesar yang warisannya terus membentuk pemikiran teologi Reformed hingga hari ini.

Artikel ini akan mengulas studi eksposisi Alkitab berdasarkan pemikiran Tertullian dan Agustinus, lalu menelusuri bagaimana tafsiran mereka tentang dosa, kasih karunia, gereja, dan etika Kristen membentuk kerangka iman yang kita warisi. Pandangan beberapa pakar teologi Reformed juga akan dilibatkan untuk memperlihatkan relevansi ajaran mereka bagi gereja modern.

1. Latar Belakang Tertullian dan Agustinus

1.1. Tertullian: Bapak Teologi Latin

Tertullian adalah seorang pengacara yang bertobat kepada Kristus dan kemudian menjadi penulis Kristen yang produktif. Ia memperkenalkan istilah-istilah teologis Latin yang kelak sangat penting, seperti “Trinitas” (Trinitas), “persona”, dan “substantia” untuk menjelaskan relasi Bapa, Anak, dan Roh Kudus.

Dalam tulisannya, Tertullian menekankan:

  • Kekudusan hidup Kristen di tengah dunia kafir.

  • Perjuangan iman melawan ajaran sesat seperti Gnostisisme.

  • Kehidupan etis yang mencerminkan identitas sebagai umat Allah.

1.2. Agustinus: Doktor Anugerah

Agustinus lahir di Tagaste (Aljazair modern) dan menjalani kehidupan yang penuh pencarian sebelum bertobat. Karyanya seperti Confessiones (Pengakuan) dan De Civitate Dei (Kota Allah) menjadi warisan klasik Kristen. Ia menekankan doktrin dosa asal (original sin), anugerah yang berdaulat (sovereign grace), dan kedaulatan Allah dalam keselamatan.

Menurut Agustinus, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, melainkan hanya oleh kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus. Pemikiran ini kelak menjadi dasar utama dalam teologi Reformasi, terutama dalam karya Martin Luther dan Yohanes Calvin.

2. Eksposisi Alkitab dalam Pemikiran Tertullian

Tertullian sangat setia pada Kitab Suci. Beberapa pemikiran eksposisinya antara lain:

2.1. Kristologi: Sang Firman yang Menjadi Daging

Dalam tulisannya Against Praxeas, Tertullian menafsirkan Yohanes 1:1–14 dengan menekankan bahwa Kristus adalah Firman Allah yang kekal dan memiliki keberadaan yang sejati sebagai Allah. Ia menolak pandangan modalisme yang menyamakan Bapa dan Anak sebagai “sosok yang sama.”

Bagi Tertullian, Firman itu adalah pribadi yang berbeda, tetapi satu substansi dengan Bapa. Pandangannya ini menjadi fondasi awal doktrin Trinitas yang kelak ditegaskan dalam Konsili Nicea (325 M).

2.2. Etika Kekudusan

Mengacu pada Matius 5:13–16 tentang garam dan terang dunia, Tertullian menekankan bahwa orang Kristen harus hidup kudus di tengah masyarakat kafir. Ia menolak kompromi dengan budaya dunia, bahkan menentang keras partisipasi orang Kristen dalam arena gladiator atau praktik duniawi yang tidak sesuai dengan Injil.

Pandangan ini mencerminkan teologi antitesis: orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi yang berbeda dari dunia.

2.3. Pengorbanan Kristus

Dalam tulisannya, Tertullian sering mengutip Yesaya 53 untuk menegaskan bahwa kematian Kristus adalah penggenapan nubuat Perjanjian Lama. Ia melihat salib sebagai pusat keselamatan, bukan sekadar teladan moral, tetapi sebagai karya penebusan yang objektif.

3. Eksposisi Alkitab dalam Pemikiran Agustinus

3.1. Dosa Asal (Original Sin)

Agustinus mendasarkan doktrin ini pada Roma 5:12, “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang...” Menurut Agustinus, seluruh umat manusia mewarisi dosa Adam, sehingga manusia mati secara rohani. Tanpa anugerah Allah, manusia tidak dapat berbalik kepada-Nya.

Ini melahirkan perdebatan besar dengan Pelagius yang menolak dosa asal. Agustinus menegaskan bahwa keselamatan sepenuhnya adalah anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia.

3.2. Anugerah yang Efektif

Agustinus menafsirkan Yohanes 6:44, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa...” Ia menekankan bahwa karya keselamatan bersifat monergistik: Allah bekerja sendiri, menarik orang berdosa kepada Kristus.

Bagi Agustinus, anugerah bukan hanya sebuah tawaran, melainkan kuasa Allah yang efektif menyelamatkan.

3.3. Kasih dan Kota Allah

Dalam De Civitate Dei, Agustinus menafsirkan sejarah dunia berdasarkan dua kota: Kota Allah (civitas Dei) dan Kota Manusia (civitas terrena). Mengacu pada Wahyu 21 dan Ibrani 11, ia menjelaskan bahwa umat Allah adalah warga surgawi yang sedang berziarah di dunia.

Pemikiran ini sangat berpengaruh bagi etika politik Kristen sepanjang sejarah.

4. Tertullian dan Agustinus dalam Perspektif Teologi Reformed

Teologi Reformed sangat dipengaruhi oleh keduanya. Beberapa poin penting:

4.1. Pengaruh Tertullian

  • Tertullian meletakkan dasar bagi doktrin Trinitas yang kelak menjadi pilar iman Reformed.

  • Pandangannya tentang kekudusan hidup tercermin dalam doktrin Reformed tentang pengudusan (sanctification).

  • Seruan Tertullian agar gereja berbeda dari dunia paralel dengan teologi Abraham Kuyper tentang antitesis: antara kerajaan Allah dan kerajaan dunia.

4.2. Pengaruh Agustinus

  • Doktrin dosa asal menjadi dasar pandangan Reformed tentang kondisi manusia yang total depravity (kerusakan total).

  • Pemahamannya tentang anugerah yang berdaulat mengilhami ajaran Reformasi tentang sola gratia.

  • Konsep kedaulatan Allah dalam sejarah beresonansi dengan teologi Reformed mengenai providensi dan kerajaan Allah.

5. Pandangan Beberapa Pakar Teologi

5.1. John Calvin

Calvin menyebut Agustinus sebagai “bapa semua orang Reformed.” Ia sangat dipengaruhi oleh doktrin anugerah Agustinus, khususnya dalam Institutes of the Christian Religion.

5.2. B.B. Warfield

Warfield menilai Agustinus sebagai teolog terbesar yang pernah ada sebelum Reformasi, dan menyebutnya sebagai “the first real Calvinist.”

5.3. J.I. Packer

Packer menekankan bahwa tanpa pemikiran Agustinus, Reformasi tidak mungkin terjadi. Menurutnya, Tertullian dan Agustinus bersama-sama menyiapkan landasan bagi iman Reformed yang Alkitabiah.

6. Relevansi bagi Gereja Masa Kini

  1. Kesetiaan pada Firman – Gereja modern dipanggil untuk meneladani Tertullian dan Agustinus yang menjadikan Alkitab sebagai pusat iman.

  2. Identitas Kristen – Di tengah dunia yang sekuler, kita dipanggil hidup sebagai garam dan terang, seperti ditekankan Tertullian.

  3. Anugerah yang Berdaulat – Pemahaman Agustinus tentang kasih karunia menolong kita menyadari bahwa keselamatan sepenuhnya adalah karya Allah.

  4. Pengharapan Eskatologis – Pemikiran Agustinus tentang Kota Allah mengingatkan bahwa kita adalah peziarah yang menantikan Yerusalem baru.

Kesimpulan

Studi tentang Tertullian dan Agustinus menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk dasar iman Kristen yang Alkitabiah. Tertullian menekankan kekudusan dan pertahanan iman, sementara Agustinus menegaskan anugerah dan kedaulatan Allah.

Keduanya menjadi batu pijakan penting bagi teologi Reformed yang kita warisi hari ini. Seperti ditegaskan oleh Calvin dan Packer, warisan mereka bukan hanya milik masa lalu, melainkan juga sebuah panggilan bagi gereja modern untuk terus hidup setia pada Firman, mengandalkan anugerah Allah, dan menjadi saksi Kristus di dunia.

Next Post Previous Post