Yohanes 6:67 Beriman Ketika Banyak yang Meninggalkan
"Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: 'Apakah kamu tidak mau pergi juga?'"
— Yohanes 6:67 (TB)
Pendahuluan: Ketika Banyak yang Mundur
Ayat Yohanes 6:67 muncul dalam konteks yang sangat penting dalam Injil Yohanes. Yesus baru saja menyampaikan pengajaran yang keras mengenai "roti hidup" (Yohanes 6:48-58), termasuk pernyataan kontroversial-Nya bahwa orang harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya untuk memperoleh hidup kekal. Reaksi banyak pengikut-Nya sangat negatif. Yohanes 6:66 mencatat bahwa “Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.”
Dalam ayat selanjutnya, Yesus mengarahkan sebuah pertanyaan kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Ini bukan pertanyaan retoris biasa, melainkan ujian iman yang dalam. Eksposisi ayat ini membuka pintu bagi kita untuk memahami tema ketekunan, pemurnian iman, dan pemilihan ilahi sebagaimana diajarkan dalam teologi Reformed.
I. Latar Belakang Konteks Yohanes 6:67
1. Konteks Historis dan Naratif
Yesus baru saja melakukan mukjizat besar memberi makan lima ribu orang (Yohanes 6:1–15). Namun, setelah itu Ia menyampaikan ajaran tentang identitas-Nya sebagai "roti hidup" yang turun dari surga. Ajakan untuk makan daging dan minum darah membuat banyak orang tersandung. Ini bukan hanya karena keanehan bahasanya, tetapi karena makna rohaninya yang mendalam dan menantang kepercayaan lama.
Menurut John Calvin, reaksi negatif tersebut menunjukkan bahwa hati manusia yang keras tidak dapat menerima kebenaran rohani kecuali melalui penerangan Roh Kudus. Calvin menulis dalam Commentary on the Gospel of John, “Roh yang sama yang memampukan kita untuk menerima roti jasmani haruslah membuka hati untuk menerima roti rohani itu, yaitu Kristus.”
2. Ujian Ketekunan Iman
Yohanes 6:67 adalah momen kontras. Setelah penolakan dari banyak orang, Yesus menantang para murid yang tersisa dengan pertanyaan langsung: "Apakah kamu tidak mau pergi juga?"
R.C. Sproul dalam John: An Expositional Commentary menekankan bahwa ini adalah pertanyaan ujian, bukan karena Yesus tidak tahu jawaban mereka, tetapi karena Ia ingin mereka secara sadar memilih untuk tetap tinggal. Sproul mengatakan, "Kristus menyaring bukan hanya orang banyak, tetapi juga para pengikut-Nya yang sejati melalui pengajaran yang sulit."
II. Eksposisi Yohanes 6:67 dalam Perspektif Reformed
1. Pertanyaan Yesus sebagai Pemurnian Iman
Pertanyaan Yesus bukanlah bentuk keraguan atau kelemahan. Justru ini adalah sarana pemurnian iman. Dalam teologi Reformed, pengujian iman adalah instrumen yang Tuhan gunakan untuk menyatakan siapa yang sungguh-sungguh dipilih dan dilahirkan kembali.
Dr. Joel Beeke menulis bahwa pertanyaan ini “menjadi sarana ilahi untuk memurnikan gereja dari pengikut palsu.” Dalam konteks ini, mereka yang tersisa akan menunjukkan buah ketekunan (perseverance of the saints), salah satu doktrin kunci dalam Calvinisme.
2. Pemilihan Ilahi dan Respon Murid Sejati
Dalam ayat selanjutnya (Yoh. 6:68), Simon Petrus menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.” Ini menegaskan bahwa hanya orang-orang yang telah dipilih dan dilahirkan kembali yang akan tetap bertahan bersama Kristus.
Menurut teologi Reformed, respons seperti ini bukanlah hasil keputusan manusia yang netral, tetapi bukti karya Roh Kudus dalam hati. Charles Hodge menjelaskan bahwa “iman yang bertahan adalah bukti pemilihan.” Dalam konteks Yohanes 6:67, murid sejati akan bertahan bukan karena mereka lebih pintar, tapi karena mereka dilahirkan dari Allah (Yohanes 1:13).
3. Kontras antara Murid Sejati dan Murid Palsu
Yesus tahu siapa yang sejati dan siapa yang palsu di antara pengikut-Nya. Dalam Yohanes 6:64, Ia berkata: “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Bahkan, dalam Yohanes 6:70 Ia menyebut Yudas sebagai “iblis.” Ini memperkuat pandangan bahwa tidak semua yang dekat secara fisik dengan Yesus adalah murid sejati.
Menurut Louis Berkhof, ini adalah bukti bahwa anugerah yang menyelamatkan itu tidak umum atau universal dalam efeknya. Anugerah umum mungkin membawa seseorang dekat secara lahiriah, tetapi hanya anugerah khusus yang membawa keselamatan sejati.
III. Aplikasi Teologis dan Praktis dari Yohanes 6:67
1. Kristus Tidak Takut Ditinggalkan
Yesus tidak berkompromi demi mempertahankan jumlah pengikut. Ia mengutamakan kebenaran daripada popularitas. Ini bertentangan dengan pendekatan modern yang sering menyederhanakan Injil agar diterima oleh banyak orang.
Dalam tulisannya, John MacArthur menyatakan, “Kristus tidak menurunkan standar-Nya untuk menyenangkan manusia. Ia mengajarkan kebenaran walaupun banyak yang berpaling.” Yohanes 6:67 menjadi contoh bahwa Injil yang sejati akan menyingkapkan hati manusia dan memisahkan iman sejati dari yang palsu.
2. Ujian Iman adalah Realitas Kristen
Pertanyaan Yesus adalah tantangan bagi setiap orang percaya: Apakah kita tetap bertahan ketika pengajaran-Nya sulit diterima? Apakah kita tetap percaya saat banyak orang lain mundur?
Menurut Sinclair Ferguson, “Ketika kita berhadapan dengan pengajaran yang sulit atau situasi yang tidak masuk akal secara duniawi, iman sejati akan berpegang pada pribadi Kristus, bukan pada kenyamanan atau pengertian manusia.”
3. Ketekunan sebagai Bukti Keselamatan
Yohanes 6:67 juga menegaskan pentingnya doktrin ketekunan orang percaya. Orang yang benar-benar diselamatkan akan bertahan sampai akhir. Mereka mungkin jatuh, tetapi mereka tidak akan meninggalkan Kristus secara permanen.
Loraine Boettner dalam The Reformed Doctrine of Predestination menegaskan bahwa “ketekunan bukanlah dasar keselamatan, tetapi buah dari keselamatan.” Murid yang sejati, seperti Petrus, akan berkata: “Kepada siapa kami akan pergi?” karena mereka telah mencicipi hidup yang kekal dari Kristus.
IV. Relevansi Kontekstual bagi Gereja Masa Kini
1. Gereja yang Setia vs Gereja Populer
Di tengah arus budaya pascamodern yang menolak absolutisme kebenaran, gereja-gereja yang setia pada Firman akan mengalami pengurangan jumlah secara kuantitatif, namun akan mengalami pertumbuhan secara kualitatif.
Yohanes 6:67 mengajarkan bahwa ketika Injil diberitakan dengan murni, ada konsekuensi: orang akan pergi atau orang akan bertahan. Kualitas lebih penting dari kuantitas. Doktrin ini sangat relevan bagi gereja masa kini yang sering tergoda untuk menarik orang dengan sensasi, bukan dengan Firman.
2. Tantangan Iman Pribadi
Pertanyaan Yesus kepada kedua belas murid itu bersifat personal dan masih berlaku bagi setiap kita hari ini: "Apakah kamu juga mau pergi?"
Ini adalah pertanyaan introspektif: apakah iman kita tergantung pada kenyamanan, komunitas, atau pada pribadi Kristus? Saat pencobaan datang, iman yang sejati tidak akan lari, melainkan semakin teguh.
Kesimpulan: Iman yang Tetap Bertahan di Tengah Penolakan
Yohanes 6:67 bukan sekadar pertanyaan biasa dari Yesus, melainkan penyingkap iman sejati. Dalam kerangka teologi Reformed, ayat ini menyuarakan kebenaran tentang pemilihan, ketekunan, dan pemurnian iman melalui ujian.
Para teolog Reformed seperti Calvin, Sproul, Berkhof, dan Beeke menunjukkan bahwa hanya melalui karya Roh Kudus dan anugerah pemilihan, seseorang dapat bertahan ketika yang lain pergi. Pertanyaan Yesus menantang setiap kita untuk merenungkan dasar iman kita—apakah benar-benar bersandar pada Kristus sebagai Roti Hidup?
"Apakah kamu juga mau pergi?" Adalah pertanyaan yang terus bergaung di setiap zaman. Dan hanya mereka yang mengenal Yesus sebagai satu-satunya sumber hidup yang kekal yang akan menjawab, seperti Petrus, “Tuhan, kepada siapa kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.”