Baptisan dan Pencobaan Yesus: Markus 1:9-13

Pendahuluan
Injil Markus, sebagai injil yang paling ringkas dibandingkan dengan Matius, Lukas, dan Yohanes, menekankan aspek dinamis pelayanan Yesus Kristus. Markus langsung membawa pembacanya pada peristiwa pelayanan publik Yesus tanpa terlalu banyak memberikan narasi kelahiran atau masa kecil-Nya. Fokus Markus ialah pada Yesus sebagai Mesias yang penuh kuasa dan Anak Allah yang datang untuk melaksanakan misi keselamatan.
Dalam Markus 1:9-13, kita mendapati dua peristiwa yang sangat penting dalam awal pelayanan Yesus: baptisan Yesus (ayat 9–11) dan pencobaan di padang gurun (ayat 12–13). Kedua peristiwa ini tidak hanya menjadi awal resmi pelayanan Yesus, tetapi juga mengandung makna teologis yang dalam: identitas Yesus sebagai Anak Allah yang dikasihi, pengurapan dengan Roh Kudus, serta pengujian ketaatan-Nya dalam menghadapi pencobaan.
Beberapa ahli teologi Reformed, seperti John Calvin, Herman Ridderbos, Geerhardus Vos, hingga R. C. Sproul, melihat bagian ini sebagai fondasi Kristologi dan soteriologi: Kristus sebagai Adam kedua yang taat, Sang Mesias yang diutus, serta teladan bagi umat-Nya.
Latar Belakang Historis dan Teologis
Konteks Injil Markus
Markus menulis Injilnya kemungkinan besar untuk jemaat Kristen non-Yahudi, mungkin di Roma, yang menghadapi penderitaan dan penganiayaan. Dengan menekankan peristiwa baptisan dan pencobaan, Markus ingin menunjukkan bahwa Yesus sendiri memasuki penderitaan dan ujian, serta menang dengan kuasa Roh Kudus.
Makna Baptisan dalam Yudaisme
Dalam konteks Yahudi, baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan (Markus 1:4). Namun, Yesus tidak memiliki dosa yang perlu diakui atau ditinggalkan. Mengapa Yesus harus dibaptis? Pertanyaan ini menjadi pusat pembahasan para teolog, karena Yesus yang tanpa dosa rela mengambil bagian dalam baptisan tersebut. Jawaban umumnya adalah bahwa Yesus dibaptis bukan karena kebutuhan pribadi, tetapi untuk mengidentifikasikan diri dengan umat manusia berdosa, serta untuk mengawali pelayanan publik-Nya sebagai Mesias.
Makna Padang Gurun
Dalam Perjanjian Lama, padang gurun adalah tempat pencobaan, ujian, dan pembentukan umat Allah. Israel dicobai di padang gurun selama 40 tahun (Ulangan 8:2). Adam dicobai di taman Eden tetapi gagal. Kristus, Anak Allah, diuji di padang gurun, tetapi Ia menang. Dengan demikian, Markus ingin menunjukkan Yesus sebagai Israel sejati dan Adam kedua yang taat kepada Allah.
Eksposisi Ayat
Markus 1:9: “Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di Galilea, dan Ia dibaptis di Sungai Yordan oleh Yohanes.”
Perikop ini dimulai dengan penekanan geografis: Yesus datang dari Nazaret di Galilea, sebuah kota kecil yang tidak memiliki reputasi besar (bdk. Yoh. 1:46). Hal ini menegaskan kerendahan hati Yesus, yang datang dari tempat sederhana untuk melaksanakan karya keselamatan.
Yesus dibaptis oleh Yohanes, yang sebelumnya sudah menegaskan bahwa ia tidak layak membungkuk dan membuka tali kasut-Nya (Markus 1:7). Yohanes sendiri tahu bahwa baptisannya adalah untuk orang berdosa, sehingga tindakan Yesus menerima baptisan tampak paradoksal.
Menurut Calvin, baptisan Yesus adalah tanda solidaritas dengan umat manusia berdosa, di mana Ia memikul beban dosa mereka meskipun Ia sendiri tanpa dosa. Yesus rela masuk ke dalam barisan orang berdosa, bukan karena Ia perlu dibersihkan, melainkan karena Ia adalah “Anak Domba Allah” (Yohanes 1:29) yang akan menanggung dosa dunia.
Herman Ridderbos menekankan bahwa baptisan ini adalah momen inaugurasi mesianis, ketika Yesus secara resmi masuk ke dalam pelayanan publik, menyatakan diri sebagai Mesias yang diurapi Roh.
Markus 1:10: “Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.”
Setelah baptisan, Markus mencatat dua hal penting: langit terkoyak dan Roh Kudus turun seperti burung merpati.
Langit Terkoyak
Kata Yunani yang digunakan Markus, schizomenous (terbelah/terkoyak), menunjukkan suatu peristiwa kosmis. Ini bukan hanya sebuah penglihatan biasa, tetapi menandakan terbukanya hubungan antara surga dan bumi. Markus kembali menggunakan kata ini saat tabir Bait Suci terkoyak pada kematian Yesus (Markus 15:38), sehingga menandai awal dan akhir pelayanan Yesus dalam bingkai keterbukaan akses manusia kepada Allah melalui Dia.
Roh Kudus Turun
Roh Kudus turun “seperti burung merpati”. Simbol merpati mengingatkan pada kisah Nuh (Kejadian 8:8–12), di mana merpati membawa tanda kehidupan baru setelah air bah. Di sini, Roh Kudus turun atas Yesus sebagai tanda pengurapan dan penyertaan Allah dalam pelayanan Mesias.
Geerhardus Vos menafsirkan peristiwa ini sebagai manifestasi kerajaan Allah yang sedang masuk ke dalam dunia melalui Yesus Kristus. Roh Kudus turun bukan hanya sebagai tanda pribadi, melainkan sebagai inagurasi eskatologis dari pelayanan Yesus.
R. C. Sproul menambahkan bahwa pengurapan ini adalah konfirmasi publik bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, sesuai nubuat Yesaya 11:2 dan Yesaya 61:1.
Markus 1:11: “Lalu terdengarlah suara dari sorga: Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Suara Bapa dari surga menegaskan identitas Yesus:
-
“Engkaulah Anak-Ku” – menunjuk pada status mesianis dan keilahian Yesus. Istilah ini berakar pada Mazmur 2:7, sebuah mazmur kerajaan yang digenapi dalam Kristus.
-
“yang Kukasihi” – menunjuk pada kasih kekal Bapa kepada Anak, yang juga mengingatkan pada pernyataan Allah tentang Ishak (Kejadian 22:2), memperlihatkan tipologi pengorbanan.
-
“kepada-Mulah Aku berkenan” – menggemakan Yesaya 42:1, nubuat tentang Hamba Tuhan yang dipilih Allah untuk membawa keadilan dan keselamatan.
Dengan demikian, suara Bapa menggabungkan tema Mesias Raja (Mazmur 2), Anak yang dikasihi (Kejadian 22), dan Hamba Tuhan (Yesaya 42). Calvin melihat ini sebagai penegasan publik dari panggilan Yesus: Ia adalah Mesias yang diutus, Anak Allah sejati, dan Hamba yang taat.
Markus 1:12: “Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun.”
Perhatikan kata “segera” (euthus) yang khas dalam Injil Markus, menunjukkan dinamika cepat dan penuh kuasa. Roh Kudus yang baru saja turun atas Yesus sekarang menggerakkan Dia ke padang gurun.
Padang gurun adalah simbol keterasingan, kesulitan, dan ujian iman. Roh Kudus sendiri yang memimpin Yesus ke tempat itu, menunjukkan bahwa pencobaan ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari rencana Allah.
Sinclair Ferguson menekankan bahwa pelayanan Yesus tidak dapat dilepaskan dari konflik rohani. Dari awal, Roh Kudus memimpin Dia untuk berhadapan langsung dengan kuasa Iblis.
Markus 1:13: “Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia.”
Yesus berada di padang gurun selama 40 hari, yang mengingatkan pada 40 tahun perjalanan Israel. Namun, berbeda dengan Israel yang gagal, Yesus menang.
Dicobai oleh Iblis
Markus tidak mencatat detail pencobaan seperti Matius 4 dan Lukas 4, tetapi menekankan keberadaan Iblis sebagai lawan langsung Yesus. Markus menampilkan konflik kosmis: Yesus berhadapan dengan kuasa kegelapan.
Binatang-Binatang Liar
Detail yang unik di Markus adalah penyebutan “binatang-binatang liar”. Hal ini mungkin menekankan dua hal:
-
Keadaan padang gurun yang berbahaya dan penuh ancaman, menekankan penderitaan Yesus.
-
Ada juga kemungkinan nuansa eskatologis, di mana kehadiran Yesus mengisyaratkan pemulihan ciptaan yang rusak.
Malaikat-Malaikat Melayani
Meski Yesus berhadapan dengan pencobaan berat, Ia tidak dibiarkan sendiri. Malaikat-malaikat melayani Dia, menunjukkan penyertaan Allah.
John Calvin menekankan bahwa pelayanan malaikat ini adalah penghiburan dari Allah bagi Kristus yang sedang menjalani penderitaan-Nya, dan sekaligus jaminan bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya dalam pencobaan.
Sintesis Teologis
-
Kristologi: Yesus dinyatakan sebagai Anak Allah yang dikasihi, Mesias yang diurapi, dan Hamba Tuhan yang taat. Baptisan dan pencobaan menegaskan identitas serta misi-Nya.
-
Pneumatologi: Roh Kudus berperan aktif, mengurapi Yesus, memimpin-Nya ke padang gurun, dan menyertai dalam pencobaan.
-
Soteriologi: Baptisan Yesus adalah solidaritas dengan manusia berdosa; pencobaan Yesus adalah kemenangan Adam kedua bagi keselamatan umat manusia.
-
Eskatologi: Pencobaan di padang gurun melambangkan konflik kosmis antara Kerajaan Allah dan kuasa kegelapan, yang akan berakhir dengan kemenangan Kristus.
Implikasi Praktis
-
Solidaritas Kristus dengan Umat-Nya
Yesus rela dibaptis bersama orang berdosa, meskipun Ia tanpa dosa. Hal ini mengajarkan bahwa Kristus sungguh-sungguh mengidentifikasikan diri dengan kita. -
Pencobaan sebagai Bagian dari Rencana Allah
Seperti Yesus dipimpin Roh ke padang gurun, demikian pula orang percaya mungkin dibawa ke dalam pencobaan. Namun, Allah tetap menyertai. -
Kemenangan atas Pencobaan
Yesus menang di mana Adam dan Israel gagal. Oleh karena itu, orang percaya dapat hidup dalam kemenangan melalui persatuan dengan Kristus. -
Penyertaan Allah yang Penuh Kasih
Dalam pencobaan, Allah tidak meninggalkan kita, tetapi menyediakan penghiburan dan pertolongan, sama seperti malaikat melayani Yesus.
Kesimpulan
Markus 1:9-13 adalah teks yang kaya dengan makna teologis. Baptisan Yesus menandai inaugurasi pelayanan Mesias, di mana identitas-Nya diteguhkan oleh Bapa dan pengurapan Roh Kudus. Pencobaan di padang gurun menegaskan ketaatan dan kemenangan-Nya atas Iblis, menjadikan Dia Adam kedua dan Israel sejati yang berhasil.
Para ahli teologi Reformed sepakat bahwa bagian ini tidak hanya menyatakan identitas Kristus, tetapi juga dasar keselamatan orang percaya. Melalui baptisan dan pencobaan Yesus, kita melihat kasih, ketaatan, dan kemenangan Kristus yang menjadi milik umat-Nya.