Kisah Para Rasul 5:34–39 Kuasa Allah di Atas Rencana Manusia

Kisah Para Rasul 5:34–39 Kuasa Allah di Atas Rencana Manusia

Pendahuluan

Kisah Para Rasul 5:34–39 mencatat sebuah momen penting dalam sejarah gereja mula-mula. Para rasul ditangkap oleh Mahkamah Agama (Sanhedrin) karena memberitakan Injil Yesus Kristus, namun di tengah sidang itu seorang anggota terkemuka, yaitu Gamaliel, tampil dengan sebuah nasihat yang bijaksana. Ia memperingatkan agar para pemimpin Yahudi berhati-hati dalam memperlakukan para rasul, dengan alasan bahwa jika pekerjaan mereka berasal dari manusia, maka akan gagal dengan sendirinya; tetapi jika berasal dari Allah, maka tidak ada seorang pun yang dapat menggagalkannya.

Perikop ini memiliki nilai apologetis dan teologis yang dalam. Dalam perspektif Reformed, teks ini berbicara tentang kedaulatan Allah dalam memelihara gereja-Nya, kelemahan perlawanan manusia terhadap pekerjaan Allah, serta hikmat Allah yang bekerja bahkan melalui orang-orang di luar iman untuk melindungi umat pilihan-Nya.

Konteks Historis dan Literer

1. Situasi Gereja Mula-Mula

Konteks pasal 5 adalah masa awal pertumbuhan gereja di Yerusalem. Injil diberitakan dengan kuasa, banyak mukjizat terjadi, dan jumlah orang percaya bertambah (Kis. 5:12-16). Namun, pertumbuhan ini menimbulkan kecemburuan dari para pemimpin agama Yahudi (ayat 17). Mereka menahan para rasul dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus.

2. Tokoh Gamaliel

Gamaliel adalah seorang Farisi, anggota Sanhedrin, dan guru yang sangat dihormati (ayat 34). Menurut tradisi Yahudi, ia adalah cucu Hillel, seorang rabi besar, dan guru dari Saulus dari Tarsus (Paulus) (Kis. 22:3). Keberadaan Gamaliel memberi bobot otoritatif pada pernyataannya.

3. Posisi Perikop dalam Narasi Kisah Para Rasul

Kisah Para Rasul ditulis oleh Lukas untuk menunjukkan bagaimana Injil menyebar dari Yerusalem hingga ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Perikop ini memperlihatkan bahwa sekalipun ada perlawanan keras, Allah tetap memelihara pertumbuhan Injil melalui cara yang tak terduga, bahkan melalui suara seorang anggota Sanhedrin.

Eksposisi Ayat demi Ayat

Kisah Para Rasul 5:34: “Tetapi bangkitlah seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, namanya Gamaliel, seorang pengajar hukum yang sangat dihormati seluruh orang banyak. Ia meminta supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar.”

Gamaliel diperkenalkan sebagai tokoh yang memiliki otoritas moral dan intelektual. Sebagai seorang Farisi, ia mewakili golongan yang lebih rohani dibanding Saduki yang cenderung sekuler. Ia dikenal sebagai nomodidaskalos (pengajar hukum) yang disegani.

Menurut Calvin, campur tangan Gamaliel menunjukkan bahwa Allah dapat memakai orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus untuk melindungi gereja-Nya. Ini sejalan dengan doktrin providentia Dei (pemeliharaan Allah).

Kisah Para Rasul 5:35: “Ia berkata kepada mereka: ‘Hai orang-orang Israel, perhatikanlah baik-baik apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini!’”

Gamaliel memulai dengan nasihat untuk berhati-hati. Nada peringatannya menunjukkan adanya potensi bahaya jika mereka bertindak terburu-buru. Ia tidak secara terbuka membela para rasul, tetapi mendorong Sanhedrin untuk mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan mereka.

Dalam tafsiran Reformed, ini menunjukkan bahwa hikmat umum (common grace) dapat bekerja melalui orang yang tidak memiliki iman sejati, namun masih dipakai Allah untuk menahan kejahatan dan menjaga keberlangsungan Injil.

Kisah Para Rasul 5:36: “Sebab dahulu telah tampil Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa, dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut; tetapi ia dibunuh, dan semua pengikutnya tercerai-berai dan lenyap.”

Gamaliel memberi contoh gerakan yang gagal. Teudas adalah seorang pemimpin pemberontak yang mengaku memiliki otoritas khusus. Namun, setelah ia dibunuh, gerakannya hancur. Poinnya: setiap pekerjaan manusiawi tanpa dasar ilahi akan runtuh dengan sendirinya.

John Stott (dalam tradisi Injili-Reformed) menekankan bahwa argumentasi Gamaliel memiliki nilai historis sekaligus prinsip teologis: bahwa gerakan tanpa dasar Allah hanya bersifat sementara.

Kisah Para Rasul 5:37: “Sesudah dia tampil pula Yudas, orang Galilea, pada zaman pendaftaran, dan ia menyeret banyak orang dalam pemberontakan. Tetapi ia juga binasa dan semua pengikutnya tercerai-berai.”

Contoh kedua adalah Yudas dari Galilea, yang memimpin pemberontakan melawan sensus Romawi. Sama seperti Teudas, gerakan ini gagal total. Gamaliel menekankan pola berulang: gerakan manusiawi berakhir dengan kegagalan tragis.

Dalam perspektif Reformed, hal ini meneguhkan ajaran tentang kefanaan usaha manusiawi yang tidak berada dalam rencana Allah. Mazmur 127:1 menegaskan: “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”

Kisah Para Rasul 5:38: “Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini, biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap.”

Gamaliel menyimpulkan bahwa pendekatan terbaik adalah tidak melawan secara agresif. Jika gerakan para rasul hanyalah fenomena manusiawi, maka pada waktunya akan lenyap. Pernyataan ini mencerminkan prinsip hikmat manusiawi, tetapi Lukas menuliskan ini untuk menunjukkan bahwa Injil tidak mungkin gagal, karena berasal dari Allah.

Calvin menegaskan bahwa meskipun kata-kata Gamaliel mungkin lahir dari motivasi politik atau kehati-hatian, Allah menaruh kebenaran dalam mulutnya untuk membela para rasul. Ini adalah contoh nyata dari providentia Dei.

Kisah Para Rasul 5:39: “Tetapi jika hal itu berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkannya; kamu akan melawan Allah sendiri!”

Inilah inti dari nasihat Gamaliel. Pekerjaan Allah tidak dapat digagalkan oleh manusia. Sejarah keselamatan berulang kali membuktikan bahwa semua lawan Allah akhirnya gagal, sedangkan rencana Allah tetap tegak.

Dalam perspektif Reformed, ayat ini menegaskan doktrin kedaulatan Allah (Dei providentia dan Dei potentia). Herman Bavinck menulis: “Kedaulatan Allah terlihat dalam fakta bahwa segala sesuatu yang bertentangan dengan-Nya pun akhirnya harus melayani tujuan-Nya.”

Analisis Teologis

1. Kedaulatan Allah atas Gereja

Ayat ini memperlihatkan bahwa Allah berdaulat atas masa depan gereja. Sekalipun gereja diperhadapkan dengan perlawanan, Allah sendiri yang menjamin keberlanjutan Injil. Doktrin ini selaras dengan pengakuan Reformed: “Aku percaya akan gereja yang kudus dan am.”

2. Kerapuhan Usaha Manusiawi

Contoh Teudas dan Yudas menunjukkan bahwa semua usaha manusia yang tidak berasal dari Allah pada akhirnya gagal. Ini meneguhkan ajaran Reformed bahwa hanya anugerah Allah yang memberi keberlangsungan pada pelayanan.

3. Hikmat Umum dan Pemeliharaan

Gamaliel adalah contoh bagaimana Allah memakai hikmat umum untuk melindungi gereja. Walaupun ia bukan pengikut Kristus, ucapannya menjadi sarana providensial untuk menunda atau mencegah tindakan keras terhadap para rasul.

4. Bahaya Melawan Allah

Gamaliel menutup dengan peringatan keras: melawan gereja berarti melawan Allah sendiri. Doktrin Reformed menekankan kesatuan Kristus dengan gereja-Nya (union with Christ). Maka menyerang gereja berarti menentang Kristus sendiri (Kisah Para Rasul 9:4).

5. Eskatologi dan Kepastian Injil

Perkataan Gamaliel juga memiliki dimensi eskatologis. Injil tidak bisa dihentikan karena berasal dari Allah yang kekal. Janji Yesus dalam Matius 16:18 digenapi: “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Perspektif Beberapa Ahli Teologi Reformed

  1. John Calvin: melihat peran Gamaliel sebagai instrumen providensial. Allah memakai dia untuk melindungi gereja pada tahap awal pertumbuhannya.

  2. Matthew Henry: menekankan nilai moral-spiritual dari nasihat Gamaliel. Ia melihat ini sebagai pelajaran bahwa orang bijak harus berhati-hati agar tidak melawan pekerjaan Allah.

  3. Herman Bavinck: menafsirkan ayat ini sebagai bukti kedaulatan Allah yang mengatur sejarah. Semua yang melawan Allah akhirnya dipakai untuk menggenapi rencana-Nya.

  4. R.C. Sproul: menyoroti dimensi apologetis ayat ini. Fakta bahwa Injil tetap bertahan sepanjang sejarah membuktikan bahwa gerakan ini memang berasal dari Allah.

  5. John Stott: meskipun bukan tokoh Reformed klasik, Stott memberi komentar penting bahwa nasihat Gamaliel memiliki kebijaksanaan terbatas. Kebenaran rohani yang lebih dalam adalah: kita tahu dengan pasti Injil berasal dari Allah, sebab dibuktikan oleh kebangkitan Kristus.

Implikasi Praktis

  1. Penghiburan bagi Gereja yang Menderita
    Gereja di setiap zaman menghadapi penganiayaan. Namun janji bahwa pekerjaan Allah tidak dapat digagalkan menjadi sumber penghiburan.

  2. Kewaspadaan terhadap Perlawanan
    Ayat ini memperingatkan individu dan bangsa agar tidak melawan Injil. Melawan pekerjaan Allah berarti menghadapi murka Allah.

  3. Kerendahan Hati dalam Pelayanan
    Segala usaha pelayanan harus disandarkan pada Allah. Jika hanya mengandalkan kekuatan manusia, semuanya akan gagal.

  4. Pengakuan akan Hikmat Allah
    Kadang Allah memakai orang-orang yang tidak percaya untuk melindungi gereja. Ini mengingatkan kita bahwa Allah bekerja dengan cara yang misterius.

  5. Kepastian Eskatologis
    Injil akan menang pada akhirnya. Sejarah membuktikan bahwa banyak kerajaan runtuh, tetapi gereja tetap ada.

Kesimpulan

Kisah Para Rasul 5:34–39 menyingkapkan kebenaran besar tentang kedaulatan Allah dalam memelihara gereja-Nya. Melalui nasihat Gamaliel, Allah menunjukkan bahwa semua usaha manusia yang melawan Injil akan gagal, sementara pekerjaan yang berasal dari Allah tidak dapat dihentikan.

Dalam perspektif Reformed, teks ini meneguhkan doktrin tentang kedaulatan Allah, kefanaan usaha manusia, hikmat umum, dan kepastian kemenangan Injil. Gereja dipanggil untuk terus berharap pada janji bahwa Kristus akan membangun gereja-Nya, dan tidak ada kuasa yang dapat menggagalkannya.

Next Post Previous Post